T u J u H B e L a S

173 31 9
                                    

"Terima kasih." Harry membungkuk sopan.

"Datanglah kemari sesuka hati, sepertinya Sarah dan Lolly sangat menyukaimu."

Amicia melirik tajam ke arah dua sepupunya, Sarah menunjukkan wajah sungkan sementara Lolly tersenyum lebar.

"Ayo." Amicia menarik lengan Harry dan pergi.

"Sampai jumpa!" Lolly berseru menggoda dari kejauhan.

Amicia menyipitkan matanya sembari menoleh singkat ke belakang. Kembali menoleh ke depan, ia menghela nafas pasrah. Belum pernah ia menanggapi keusilan adik sepupunya dengan serius, Amicia selalu tahu bahwa itu lelucon.

"Ada apa?"

"Tidak." Amicia menggeleng.

Suara-suara daun kering bergesekan. Mereka terus melangkah diliputi keheningan yang menyejukkan telinga.

"Apa kau keberatan dengan semua ini?" Amicia menoleh, takut apabila segala upaya ini hanyalah kebohongan.

"Aku takkan menyia-nyiakan senyumanku hanya untuk sesuatu yang tidak penting."

Amicia tergelak kecil, bertahan pada senyuman tipis. "Hei... Aku sudah memperkenalkan keluargaku."

Pria itu hanya melirik dari sudut matanya.

"Aku ingin mengenal keluargamu."

"Aku tidak punya keluarga."

"Lantas siapa yang menggandeng tanganmu ketika kau berjalan di depan altar? Yang duduk di bangku paling depan? Yang menggandeng tanganku saat memasuki upacara? Siapa mereka?"

"Iblis."

Amicia tertegun akan jawaban Harry, kepalanya menunduk cepat. Detik itu juga ia tahu bahwa masalah kedua pihak bukanlah masalah yang biasa saja.

"Maaf..."

"Jangan meminta maaf."

"Tapi sungguh, aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat..."

"Jika kau berpikir berbicara pada mereka akan membuatmu merasa dekat denganku maka hal itu tidak akan pernah terjadi, Amicia."

"Kenapa?"

Garis-garis wajahnya menekan. "Semua orang yang mendengar kisahnya selalu berakhir menjauhi diriku..."

"Aku tidak akan."

"Kau akan." Langkahnya terhenti, menatap ke dalam mata gadis itu "Setelah kau mendengarnya."

Kalimat penuh penekanan itu terdengar seperti paksaan bagi Amicia, keningnya berkerut kesal melihat pria itu sama sekali tidak mau mempercayainya.

Amicia membuang wajahnya ke tanah, lalu mereka kembali berjalan.

"Ingatlah aku takkan melupakan apa yang telah kau lakukan padaku, Harry... Dan bagaimana caramu mengubah pemikiranku saat ini."

Harry melirik penasaran.

"Kukira kau orang yang jahat, namun ternyata kau orang yang baik." Gadis itu menjawab sendiri.

Harry mendengus kesal. Entah apa yang ia harapkan usai kalimat paling naif itu meluncur dari bibir Amicia, mungkin ia menginginkan sesuatu yang lebih spesifik.

"Bagaimana rasanya hidup sendirian dengan uang sebanyak itu?"

"Hampa."

"Kenapa kau tidak mencari orang lain selama hidupmu?"

"Karena aku tidak membutuhkan mereka."

"Ah... Jadi sepertinya aku tidak berguna, ya?"

Harry menoleh, ia tidak bisa melukai mimpi seorang gadis tangguh.

Once Upon A Time In Eroda [H.S.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang