T i G a P u L u H E n A M

113 22 1
                                    

Amicia menelan ludahnya gugup, sampai di tahap dimana ia mendudukkan wanita itu di sofa ruang tamu belum ada hal mengerikan yang terjadi. Amicia berharap Harry akan bangun lebih cepat.

Julia Dickinson tersenyum menyadari ketakutan di mata Amicia. Jujur ia sudah tidak bernafsu berurusan dengan wanita itu, ia ingin menyingkirkan Ian secepat mungkin. Akan tetapi sedikit bermain dengan Harry mungkin akan menyenangkan.

"Jangan khawatir, aku tidak sedang mencari masalah denganmu sekarang, targetku bukan dirimu."

Amicia memicingkan matanya tidak suka. "Harry belum bangun, katakan apa maumu."

"Sebentar lagi dia akan bangun."

"Berisik."

"BOOM!"

"KYAA!" Amicia berlari ke atas ketika mendengar suara dentuman yang diciptakan dari sepatu boot heels milik Julia. Ia menghampiri kamarnya cepat dan berteriak takut kepada Harry. "HARRY!"

Wanita berbadan dua itu menindih tubuhnya secara spontan, Harry bangkit dengan cepat sembari menatap heran ke arah istrinya. "Fuck... Ada apa?" Ujarnya parau menahan bahu Amicia.

"Mrs. Dickinson... Ia datang untuk bertemu denganmu."

Harry mengumpat dalam hati. "Shit... Tunggu di sini."

"Tidak, aku ikut!" Amicia berubah cepat.

Terkadang Harry tidak tahu dengan suasana hati Amicia yang mudah berubah. Bagaimana pun keduanya kini sudah turun dan menyambut wanita itu layaknya sedang berada di ruang konselor. Harry yang terlalu angkuh untuk sekedar berganti baju layak hanya melapisi tubuhnya dengan jubah tidur tebal, duduk sembari melipat kedua tangan seperti seorang mafia.

"Permisi, aku harap kau tidak akan meninjuku." Ia berkata seolah kalimatnya terdengar indah, ada senyum tipis di sana.

Harry paling tidak suka orang yang berbasa-basi. "Cepat katakan."

Deg.

Suara seraknya membuat Julia sedikit bergairah, berbeda dengan suara suaminya yang agak cempreng. Sesekali ia melirik ke arah Amicia dan tersenyum tidak jelas, pasti sangat beruntung menjadi gadis secantik dirinya dan menikahi seorang Harry Styles.

Tubuhnya mulai memanas. Inilah sisi liarnya, sedikit susah berada dalam posisi serius ketika menemukan ketertarikan dari lawan bicaranya sebagai seorang hypersex.

"Pertama-tama aku takkan lama kalau... Uhm, suaramu enak didengar Mr. Styles."

Amicia menggenggam ujung roknya sembari melirik ke arah Harry, pria itu tidak bereaksi sedikitpun.

"Aku tau kau takkan menghajarku, jadi dengan segala hormat boleh aku duduk di sebelahmu? Kau takkan bisa mendengar suara lembutku kecuali... Usir istrimu, karena tatapannya sungguh mengganggu pidatoku. Aku berjanji tidak akan lama."

Amicia sungguh merasa tersinggung, ia memang ikut hanya karena penasaran dengan topik yang keduanya bahas. Singkatnya, ia cemburu.

Degup jantungnya kian menggebu. "Harry tidak akan menghajarmu, tapi aku yang akan menghajarmu." Ancam Amicia. "Katakan satu kali lagi."

"Bolehkah aku duduk di sebelahmu, Mr. Styles?" Wanita itu sengaja mengatakannya dengan suara yang lebih halus.

Amicia bangkit dari duduknya. "DASAR!" Namun tangan Harry mencekalnya, dalam situasi ini ia tidak boleh membuat keributan lagi. Amicia kembali duduk pasrah.

Wanita itu berusaha menyembunyikan senyumnya dan menunggu jawaban Harry.

Ia dapat mengenal bagaimana seorang Julia Dickinson hanya dengan melihat dari gelagat dan penampilan nyentriknya. "Satu menit, tidak lebih atau dia akan menghajarmu."

Once Upon A Time In Eroda [H.S.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang