⚠ S e m B i L a N B e L a S ⚠

189 25 12
                                    

Entah harus bagaimana Amicia menghadapi orang di hadapannya, usai pertengkaran sengit mereka Amicia tidak tahu harus senang atau sedih melihat sosoknya berdiri dengan senyum lebar di wajah.

"A-apa yang kau lakukan di sini?" Amicia bertanya kepada Alyona.

Gadis itu tampak santai menenteng koper berisi bajunya. "Bekerja."

Amicia mengatupkan bibirnya yang sempat menganga.

Sejurus kemudian kedua alisnya terangkat seolah terkagum. "Harry tidak memberitahumu?"

Langsung menyebut nama, hal itu membuat Amicia curiga. Ia hanya bisa menunduk lemas, ikut mempertanyakan kenapa pria itu tidak bercerita padanya.

Tiba-tiba saja Harry datang dari belakangnya.

"Masuk."

Amicia berbalik cepat, pria itu berujar dingin tanpa menurunkan sedikit dagunya.

"Aku ingin bicara."

Amicia benar-benar bingung sekarang, apa yang ia lewatkan?

...

Keduanya sedang berada di koridor lantai dua, Amicia menatap Harry cemas ketika pria itu mulai menjelaskan tanpa melihat ke arah matanya.

"Dia bekerja di sini."

"Bekerja apa?"

"Pelayan." Barulah Harry menatap ke arahnya. Namun tidak berlangsung lama, ia kembali membuang wajahnya. Tidak mungkin Harry prihatin usai apa yang gadis itu lakukan padanya...

Amicia tampak menunduk kecewa. "Pelayan?" Ia bertanya lagi.

"Pelayan pribadiku."

Deg.

Jantungnya seolah jatuh ke perut, sesuatu yang menyakitkan menyerang ulu hatinya.

"K-kukira kau tidak suka tinggal bersama orang lain?" Suaranya terdengar seperti memohon.

"Dia akan berguna, mulai sekarang kau tidak perlu mengurusku. Kau bebas melakukan apapun sesuka hatimu, bukankah itu yang kau mau?" Matanya melirik tajam.

Gadis batin Amicia menggeleng miris, ia hanya bisa menatap Harry dalam sembari berusaha menutupi kesedihan.

"Tenang saja, kau masih punya uangku..." Lantas Harry pergi begitu saja meninggalkan dirinya mematung sendirian.

Uang... Itu yang Harry anggap? Batinnya berprasangka. Ia benar-benar seperti gadis murahan yang hanya bisa disuap dengan uang.

Udaranya terasa mengental, ia mulai kesulitan meraup oksigen dan tak lama isakan kekecewaan terdengar dari mulutnya. Amicia segera berlari ke dalam kamar dan menenggelamkan wajahnya di atas bantal.

Ia menggeru keras meredam perasaan yang pada akhirnya sanggup ia luapkan.

Instingnya mengatakan bahwa kebetulan ini tidak baik-baik saja, entah bagaimana Amicia merasa cemburu meski seharusnya ia bahagia karena tidak perlu berurusan dengan seorang pria yang telah menghancurkan masa depannya.

Amicia berusaha untuk menghentikan tangisnya, berbagai penyesalan mulai memenuhi pikiran. Andai ia tidak pernah bertengkar dengan Ashton hanya karena masalah pernikahan, andai ia tidak pernah datang ke panti di hari itu, andai ia tidak pergi ke lapangan di waktu senja, andai ia menuruti perintah ibunya lebih cermat.

Ini semua tidak akan terjadi.

***

Sosok itu terlihat sedang duduk di sofa dengan TV menyala, Amicia bahkan belum pernah menyentuh remotnya dan Alyona justru sudah berlagak seperti tuan rumah.

Once Upon A Time In Eroda [H.S.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang