T i G a P u L u H S a T u

111 21 4
                                    

Seorang wanita baru saja turun dari pelabuhan, ia tersenyum dan berterima kasih pada sang nahkoda. Jauh di atas sana, ada permukiman warga yang nyaris terlihat ramai dengan suara seliwer dan percakapan semu.

Wanita penuh wibawa dengan pakaian serba merahnya yang sedikit nyentrik itu pergi menyusuri tangga yang terpahat kokoh di sisi tebing, ia berjalan sambil sesekali melihat lautnya dari ketinggian. Ketika tiba di atas ia tersenyum tipis kepada semua orang yang sempat ia lalui.

Pandangannya kembali ke depan. Wanita itu tahu kemana tujuannya— mengikuti prosedur yang kenalannya berikan ia dapat berbaur dengan penghuni pulau Eroda tanpa terlihat mencolok.

Kakinya melangkah cepat di atas heels setinggi tiga senti tebalnya ketika melihat sebuah kereta kuda sudah menunggunya di depan pohon raksasa. Wanita itu segera menghampiri dan berdiri di depan seorang pria yang terlihat seperti pelayan.

"Apa benar ini tumpanganku?" Tanya wanita itu tanpa basa-basi.

"Benar, nyonya."

Wanita itu mengangguk. "Antar aku ke sana."

***

Amicia bungkam ketika Harry membawa seorang wanita datang ke rumah mereka. Bukan karena ia cemburu, tapi karena betapa berkuasanya aura yang dikeluarkan. Amicia tahu wanita ini bukan orang biasa, entah bagaimana jantungnya berdebar... Ditambah ia datang dengan Maddi, pelayan yang Harry bawa dari villa istananya— tunggu, jangan-jangan?!

"Perkenalkan, aku Mrs. Rudolf."

Amicia tidak pernah mendengar nama semacam itu di Eroda, terdengar seperti legenda. "Aku... Mrs. Styles." Jawabnya kikuk.

"Baik, Mrs. Styles. Aku akan memeriksamu."

Amicia menatap Harry yang berdiri jauh di hadapannya— yakni hanya beberapa jengkal di sebelah Mrs. Rudolf.

"Dia agak takut dengan penanganan medis..." Bisik Harry. Ia memang tidak terlalu sinis ketika berada di luar negeri, maka dari itu ia tak perlu repot-repot menjaga suaranya agar tetap rendah maupun memberi tatapan mematikan pada Mrs. Rudolf.

"Ahh, aku mengerti..."

Amicia tidak dapat mendengar bisikan mereka berdua, namun ia tahu Harry sedang bersekongkol.

"Aku baik-baik saja." Suara Amicia terdengar ragu.

"Aku tidak akan menyuntikmu, hanya sedikit pemeriksaan dan tidak ada obat."

"Tapi aku baik-baik saja..." Ulang Amicia memelas.

"Mrs. Styles, semua ibu hamil harus diperiksa untuk kesehatan bayi dan orang tuanya. Kau bisa menanyakan hal yang mengganjal di benakmu padaku, aku akan melayanimu segenap hati."

"Amicia." Pancaran dari mata Harry menyiratkan permohonan, ia harus ikut andil kali ini. Dirinya sedikit tidak tega melihat ketakutan di mata istrinya, namun gadis itu menelan ludahnya dan mengangguk pelan.

...

Segala peralatan telah dipersiapkan di sebuah kamar kosong yang Amicia bahkan tidak tahu bahwa ruangan ini ada.

Pasti suasananya akan mirip seperti di rumah sakit kalau saja dinding dan lantainya berwarna putih. Amicia berbaring di atas ranjangnya, kali ini bukan ranjang pasien yang bisa ditekuk-tekuk melainkan ranjang empuk yang sama seperti yang ada di kamarnya.

"Kau pernah mengalami gejala yang buruk di awal kehamilan?" Dokter itu sudah memberikan beberapa pertanyaan.

"Tidak." Jawab Amicia untuk kesekian kali.

"Aku tidak ingin menakutimu tapi aku ingin kau menjaga tubuhmu agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Semakin besar kandungan semakin banyak tenaga yang dibutuhkan, apalagi di cuaca ekstrim seperti ini..." Tutur Mrs. Rudolf. "Baiklah, aku akan kemari dua minggu sekali. Tapi kalian bisa memanggilku kapan saja jika kalian mau. Aku sarankan untuk meminta makanan apapun pada Harry, apapun yang kau mau. Para ibu sering mengidam di saat-saat seperti ini."

Once Upon A Time In Eroda [H.S.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang