E P I L O G

306 26 14
                                    

Seperti akhir dari kisah dongeng anak-anak, semuanya berakhir dengan bahagia. Harry yang sempat takut menjadi seorang ayah justru mengakui bocah yang sempat ia benci sebagai anaknya.

Darcy dan George memiliki kakak yang sangat penyayang dan itu saja sudah menyediakan kebahagiaan di dalam keluarga mereka.

Amicia berhutang sebuah cerita pada Harry. Dan Harry, tentu saja membuat kisahnya dengan sepenuh hati.

Hingga lima tahun kemudian...

Musim panas menghampiri kediaman keluarga Harry seperti tradisi. Setiap musim ini datang maka Harry akan membawa keluarganya pergi ke villanya yang mirip dengan istana. Amicia bilang ia ingin mengajari putra-putrinya hidup di dunia kerajaan.

"KYAAA!"

"CEPAT LARI!"

Bibirnya tersungging tipis, suara jerit anak-anak di luar rumah kini terdengar merdu baginya.

Harry membaca buku yang sudah ia tulis untuk dirinya sendiri. Akan tetapi sesuai permintaan Amicia, ia ingin buku itu dicetak untuk menjadi kisah bagi orang-orang terdekatnya.

Ia sedang berada di bab dimana Amicia menghabiskan sisa larangan keluar rumahnya untuk diam-diam menemui Ian. Tidak ada satu pun yang tahu rencana Amicia mengumpulkan orang-orang ketika hari 'pemakamannya' tiba.

Ian hanya dibekali peruntungan apabila sosoknya akan hidup atau mati di depan altar, sementara yang membuat Harry lebih kesal adalah Mrs. Rudolf yang paling mengetahui rencana rahasianya.

Pantas saja wanita itu tega mengkhianati, rupanya Amicia telah menyiapkan rencana yang sangat matang untuk membuat Harry terjatuh di atas lututnya. Dalam rencana ini keteguhan hati Harry dan Ian lah yang dipertaruhkan. Beruntung anak itu datang sebagai seorang penyelamat, apabila tidak maka hari ini tidak akan datang.

Amicia memang berbahaya.

Braaak!

Harry tertegun mendengar suara bantingan kecil di atas meja kerjanya, wajah remaja laki-laki itu tampak cemberut usai menaruh catur— mainan kesukaannya di atas meja. Harry terkekeh. "Mom terlalu sibuk bermain?"

Harry sangat salah sempat mengira wanita itu akan berat sebelah menimbang kasih sayangnya terhadap Ian.

Anak laki-laki itu duduk sembari menggunakan bahasa isyarat

"Apa kau sibuk?"

Harry menggeleng dan menyingkirkan bukunya. "Ayo bermain."

Tiba-tiba saja dua anak kecil lain masuk ke dalam ruang kerjanya.

"MAAFKAN DARCY!"

"MAAFKAN GEORGE!"

Dua anak kembar itu berujar bersamaan memeluk perut kakaknya. Darcy dan George sudah sangat pintar untuk berani minta maaf di usianya yang sangat muda. Entah apa yang sudah mereka perbuat saat sedang bermain di taman.

Raut keluh di wajah Ian memudar digantikan oleh senyum tipis, ia mengusap kedua puncak kepala adiknya pelan. Ian tumbuh menjadi remaja penyayang sama seperti ibunya- ibu tirinya.

"Hei, jangan ganggu Dad bekerja!" Sosok Amicia dengan rambut pendek sebahunya muncul.

Amicia memang lebih mirip seperti teman bagi anak-anaknya. Beruntung sifat lembutnya ketika di malam hari berhasil mengajarkan anak-anak itu arti sopan santun.

"Jangan membentak." Tutur Harry lembut.

Amicia menghela nafas gusar, memang mengurus anak itu melelahkan. Akan tetapi sejurus kemudian senyum tulusnya terukir, ia suka ketika seluruh anggota keluarganya berada di satu ruangan yang sama.

Once Upon A Time In Eroda [H.S.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang