⚠ D u A P u L u H S a T u ⚠

173 22 4
                                    

"Aku jamin diriku tidak akan merepotkan seperti Amicia..." Gadis itu berbisik, duduk di pangkuannya. "Ditambah, aku pintar. Aku dapat menggantikan tempatmu di acara pertemuan atau apapun itu." Alyona masih menatap lekat kedua manik hijaunya yang mulai terlihat resah.

"Gadis itu tidak menginginkanmu mirisnya lagi uangmu, kau tidak berguna Harry... Tapi denganku, kau berguna."

Harry agak sulit mencerna ucapan gadis di hadapannya, namun itu terdengar sangat masuk akal. Oh, kenapa rasanya menyakitkan? Amicia...

"Gadis itu tidak membutuhkanmu, aku membutuhkanmu. Aku butuh uangmu." Alyona menyimpulkan untuk kedua kali, memperjelas maksud.

"Fuck... Diamlah." Harry mulai diliputi oleh kabut gairah, ia tetap tidak ingin mencium bibir gadis di hadapannya. Ia takkan pernah mencium bibir wanita murahan, kecuali ibunya dan... Amicia.

"Ohh... Kau setuju?" Alyona melenguh ketika Harry menyusrukkan wajahnya ke ceruk lehernya.

Entah kenapa Harry sudah lelah berharap tentang masa depannya, sejak awal ia tahu ia takkan memiliki akhir yang baik. Mau tak mau ia segera membanting gadis itu ke kasur untuk kembali mencicipi tubuhnya.

Tangannya segera melucuti seragam gadis di hadapannya dan menggapai apapun yang bisa ia raih, tubuhnya terasa panas dan sesuatu seolah mendesak ingin keluar dari celananya.

Ketika pria itu mulai membungkuk, Alyona segera mendorong Harry dan bertukar posisi.

"Aku yang mengendalikanmu."

...

Amicia berdiri di depan pintunya gugup, namun entah bagaimana ucapan Ashton membuat senyum meringis di bibirnya terus terpatri.

"Oh tidak, aku sangat takut..." Entah bagaimana ia tak dapat menahan rasa menggebu-gebu, ia benar-benar berharap Harry mengungkapkan perasaan yang sama. Meski pria itu egois Amicia akan memaafkannya apabila ia mengatakan hal yang sama. Tangannya mulai membuka knop pintu.

Aroma rumahnya sudah tidak lagi terasa asing, begitu juga letak barang-barang antiknya. Amicia melangkahkan kakinya gelisah mengingat keberadaan Alyona, nyalinya menciut ketika ia justru mendapatkan seisi rumah sepi seakan tidak ada tanda kehidupan.

Mereka berdua tidak benar-benar selingkuh bukan?

Tiba-tiba saja telinganya mendengar suara derit kasur dari lantai dua, Amicia melangkahkan kakinya ringan menghampiri sumber suara. Rupanya suara itu berasal dari kamarnya.

Jantungnya berdegup kencang, ia segera mendobrak pintu itu agresif dan terkejut melihat apa yang ada di atas kasurnya.

"Ha..." Rahangnya terjatuh.

Kedua insan itu menoleh ke arahnya, Alyona masih duduk di atas Harry sementara pria itu menatapnya dengan mata terbelalak.

Keringat dingin mengucur di permukaan kulitnya, telapak tangannya seakan mati rasa dan sesaat dirinya seolah berdiri di atas sebuah papan kayu yang tipis. Amicia melarikan kedua tangannya untuk menutup mulut, pertahanannya runtuh dan ia mulai terisak.

Rasanya sangat menyakitkan melihat kedua insan itu melakukan kegiatan yang seharusnya mereka lakukan.

Harry menyingkirkan Alyona dari tubuhnya kasar, ia segera memakai boxernya cekatan, sesekali melirik ke arah Amicia takut gadis itu pergi. "Amicia, tunggu..."

"KALIAN JAHAT!" Amicia menjerit histeris dan langsung berlari.

"AMICIA!" Harry mengejar usai berhasil mengenakan kaus putihnya, batinnya mewanti-wanti melihat gadis itu turun dengan sangat cepat. "Tunggu..." Gumamnya ketakutan.

Once Upon A Time In Eroda [H.S.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang