"Raina, tunggu!" teriak Catra mengejar Raina.
"Please, kasih aku kesempatan" Air mata mata Catra sudah hampir jatuh mendengar kenyataan dia harus melepas Raina.
"Catra. Aku mohon, kamu ngertiin posisi aku. Aku gak mau kamu musuhan sama Dion" dengan sekuat tenaga Raina menjelaskan hal yang membuatnya harus menjauhi Catra.
"Ini bukan tentang itu kan,"
"Ahh, aku paham. Kamu gak mau Dion sedih, kamu gak mau dia terluka."
"Cat-"
"Ya Raina. Aku sadar kamu gak butuh aku lagi, disana-" Catra menunjuk hati Raina
" udah gak ada aku"
"gak gitu, cat"
Catra menggeleng sambil memasang senyum paksanya.
"Aku paham. Aku udah cukup ganggu kamu. Makasi, na. Udah pernah hadir dan ngasih tau aku apa arti cinta dan sakit hati. Kalo kamu gak dateng mungkin sampai hari ini aku masih akan main-main sama cewek."
Raina menatap Catra yang matanya sudah mengeluarkan cairan yang biasa kita sebut tangisan. May be.
Hancur. Satu kata yang mewakilkan perasaan Catra saat dia harus melepas Raina sosok yang mengubahkan jauh lebih baik. Belum pernah dia jatuh sedalam ini ke seorang gadis yang pada akhirnya melukai perasaannya hanya karna persahabatan. Ingin rasanya dia tertawa sambil menangis, entalah hati Catra benar-benar sakit.
"Aku sayang kamu. Kalo kamu butuh sandaran aku selalu ada, dimana dan kapanpun. Aku masih Catra yang dobrak kamar kamu karna kamu ilang, aku masih si bodoh yang gak bisa bedain merek pembalut kamu" mata Catra mulai berair.
"Aku masih sama, na. Aku akan tetep jadi payung kamu, walaupun kenyataannya kamu suka hujan"
"Tetep senyum. Kalo ada yang nyakitin kamu, ingat selalu ada Catra Zefano di samping kamu. Aku pergi" pamitnya.
Setelah meluapkan isi hatinya Catra mengelus pipi Raina untuk terakhir kalinya. Dia merasakan sakit yang teramat dalam saat harus mengatakan selamat tinggal. Sebelum pergi Catra mencium kening Raina sambil tersenyum tegar, tanpa kata apapun sebab apapun yang keluar dari mulutnya sudah terasa sia-sia. Raina akan tetap meninggalkannya.
Saat Catra berbalik pergi Raina juga ikut berbalik. Mereka berpisah mengambil jalan masing-masing.
"panggil nama gue, na. Tahan gue" batin Catra
"Lupain aku, Cat. Lupain" batin terdalam Raina.
"Selama tinggal my ex" lirih Raina yang masih bisa terdengar oleh Catra.
Mereka berpisah. Sampai Catra terasa cukup jauh, tiba-tiba tubuh Raina abruk. Dia terduduk di trotoar yang cukup sepi.
"Sakit, hiks. Sakit" ucapnya sambil memukul dadanya yang terasa sesak. Air matanya pun sudah mengalir deras.
Sungguh di depan Catra tadi dia berusaha sekuat mungkin menahan air matanya.
"Melepas kamu adalah hal terberat dalam kamus ku" ucap Raina lirih.
Raina menangis kencang tak peduli ada yang akan melihatnya dan menganggap dia gila. Yang ingin dia lakukan sekarang adalah berbalik dan mengejar Catra lantas memeluk laki-laki tinggi itu. Tapi itu semua akan terasa lucu sebab disini Raina lah yang mengakhiri kisah mereka.
"Ternyata sesakit ini mencintai kamu, na."
Besok adalah hari pernikahan Samuel-Airin. Dan hari ini para pria sedang mengadakan kumpul bersama, teman Samuel, Keynan dan Lucas berkumpul bersama. Memang mereka sudah mengenal cukup lama, satu circle kalo kata mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Pacar //KAISTAL
Fanfiction( Dalam tahap Revisi !!!) Revisi sangat ekstream, jadi kalo mau paham bisa di baca ulang. Karena ada banyak perbaikan penulisan dan alur yang berantakan, Airin mau agak rapi aja kok. "Kamu hanya senja yang datang dan pergi semaunya tanpa rasa bers...