Kini Dava dan Relvin sudah sampai di apart punya mereka berdua. Aslinya itu punya Relvin, tapi ya gitu. Mereka kan pacaran rasa suami istri, apa-apa mesti dibagi.
"Vin, a-aku mau pu-pulang aja ya...?" Dava berucap ketika baru saja masuk ke dalam apartemen.
"Melangkah satu kali lagi, kaki kamu aku patahin." Tubuh Dava menegang. Membalikan tubuhnya perlahan.
"V-vin aku-"
BRAKK!
Pintu apartemen ditutup kasar. Tangan kiri Relvin membawa kepala Dava ke pelukannya, sedangkan tangan kanannya mengganti sandi apartemen. Berjaga-jaga agar pacarnya ini tidak kabur.
"Hiksss..."
"Nangis?" Dagu Dava diapit pelan.
"Please Vin..."
"Aku nggak suka anak yang cengeng!"
Plak!
Tubuh Dava limbung ketika Relvin menampar pipinya kencang hingga akhirnya ia jatuh ke lantai. "Hiks jangan Vin, ampun hiks..." Mencoba menjauh dari Relvin yang berjalan mendekat. Sampai ia terpentok ke dinding.
Tubuh Dava bergetar, wajahnya ia sembunyikan di lipatan lututnya. Pipinya panas, dan sudut bibirnya perih. Sudah dipastikan bahwa sudut bibirnya robek.
"Look at me." Rambutnya ditarik kasar. Membuatnya mendongak.
"Sekarang aku kasih kamu pilihan. Mau nurut apa kata aku, ke kamar sekarang. Atau perlu aku paksa dulu supaya kamu nurut?" Relvin melepaskan jambakkannya dan mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya.
Dava langsung lari menuju kamar. Sampai disana ia mengunci pintu kamar. Ia mendudukkan dirinya dipojok lemari. Memeluk lututnya dengan mulut yang bergetar.
Tap! Tap! Tap!
Klek!
"Dava?" Dava semakin merapatkan tubuhnya. Tiba-tiba ia merasa tubuhnya melayang.
"Kenapa duduk disitu? Padahal udah ada kasur yang empuk." Relvin meletakkan Dava dipangkuan nya. Menciumi pipi Dava berkali-kali.
"Relvin..."
"Ya aku di sini. Kenapa?"
"Jangan marah hiks takut..."
"Marah? Siapa yang marah?" Relvin mengusap air mata Dava.
"Aku nggak marah-" Relvin mengambil korek yang ada didekatnya dan menyalakan lilin yang tadi ia bawa, "-kalo hukuman kamu udah selesai. Ngerti?"
"Tapi itu s-sakit Vin." Mencoba memohon agar Relvin memberikan keringanan.
"Kalo kamu nurut, nggak protes, dan nggak nangis. Hukumannya nggak bakal lama." Relvin mulai membuka kancing seragam milik Dava.
"Vin~"
Relvin tetap diam dan melanjutkan kegiatannya. Sekarang Dava hanya memakai bokser seatas lutut.
"Mau tiduran atau aku pangkuan?" Kalo bisa memilih, ia lebih baik memilih untuk keluar dari apartemen ini! Biar dikata gila karena gak pake baju! Yang penting dia selamat!
"P-pangku aja." Dava meremat seragam Relvin.
"Inget apa syaratnya?" Relvin bertanya sambil mengeluarkan pisau lipatnya.
"Nggak b-boleh nangis, ng-nggak boleh te-teriak, nggak bol-eh ngelawan, s-sama harus nu-nurut."
"Good boy." Relvin membenarkan posisi Dava dipangkuan nya, membuat kedua kaki Dava berada di samping kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran🍭 [Ketos VS Berandalan]
Short StoryCuma cerita asam-manis dari Ketos sama berandalan. Si Ketos kalem dan nggak suka sama hal berisik. Berbanding terbalik sama Si berandalan yang cerewet dan suka bikin heboh. Sifat mereka yang sangat bertolak belakang menjadi ciri khas tersendiri bagi...