Balasan Surat 🍭

44.5K 4.7K 818
                                    

••• Flashback •••

"M-maksud Lo?" Sumpah Dava bingung plus takut. Bingung mau ngerespon gimana, sama takut kalo Relvin nggak serius sama omongan dia.

"I mean the same as you think."

"Gue pikir Lo lagi bercanda. Gimana dong?" Sahut Dava.

Relvin tersenyum kecil. Tangannya mengelus pipi Dava.

Cup

Mata Dava membulat. Untung tempatnya udah lumayan sepi, kalo gak udah malu sampe ubun-ubun dia.

Tau malu juga kau, bang? Tadi-tadi aja kemana rasa malu kau itu? Dimakan bison apa ketendang gajah?

"Gimana sekarang?" Dava masih diam ketika Relvin bertanya. Melihat orang di depannya masih diam saja, Relvin langsung kembali mendekatkan wajah mereka. Sontak Dava mendorong Relvin sedikit kencang. "Kenapa?" Tanya Relvin ketika melihat pipi Dava berwarna merah.

"Lo — ke-kenapa cium-cium gue?" Dava tergagap. Tangannya meremat jaket Relvin.

"Kenapa, ya? Gak tau juga."

"..."

'BAJINGAN!'

Dava langsung mendorong Relvin kencang. "Awas Lo, bangsat!"

Sialan! Udah baper'in anak orang, mana kagak tanggung jawab lagi! Bajingan emang!

"Mau kemana?" Tubuh Dava menegang. Ia dapat merasakan rengkuhan pada pinggangnya, serta nafas hangat menyapu lehernya. "Hm, pertanyaan ku gak dijawab?"

Ku! Aku! Aku-kamu! Demi Alex, Dava gak papa kok. Sumpah! Cuma jantungnya aja yang lagi lomba maraton, 69 km/s.

"Mau—"

"Ketemu sama kakak kelas kamu itu?" Potong Relvin.

Memang, arah Dava berjalan kini menuju belakang sekolah.

Dava mengangguk kecil guna menjawab pertanyaan Relvin.

Rengkuhan pada pinggang Dava mengerat, "Aku udah bilangkan. Jangan ketemu sama dia."

"Mn," Dava menggeliat kecil, lehernya geli oleh sapuan nafas Relvin, "Lo cuma bilang kalo gue gak boleh pacaran, bukan ketemu sama Bang Tio."

"Kalo gitu jangan ketemu sama dia."

"Kenapa nyuruh-nyuruh? Emang Lo siapa gue?" Kesel Dava tuh lama-lama. Hubungannya gak jelas, cemburunya udah diluar batas.

"Lo mau gue jadi apa?" Tanya Relvin balik.

"Ya gak tau. Kok tanya saya."

Relvin tertawa kecil, "Kalo Lo jadi istri gue, mau gak?"

"Gak." Ketus Dava.

"Beneran? Terus kenapa ngejar-ngejar gue?"

"Kerena Lo ganteng."

"..."

Terlalu jujur — nyerempet bego. Padahal emang udah bego, bukan nyerempet lagi itu, mah.

"Cuma itu?"

Dava termenung sebentar, "Gue juga gak tau, tapi kata Aldi, kalo Lo liat orang terus keinget sama orang itu terus-terusan. Apalagi sampe kebawa mimpi, berati Lo suka sama orang itu — eh, bukan suka, tapi cinta. Jadi gak salah dong, kalo gue ngejar orang yang gue cintai. Bener, kan?"

Penuturan polos Dava membuat Relvin gemas, "Hm, Lo bener. Terus sekarang Lo mau apa? Soalnya gue udah suka sama Lo."

Mendengar ucapan Relvin, Dava langsung lesuh. "Kenapa?" Relvin bertanya bingung.

Pacaran🍭 [Ketos VS Berandalan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang