First Time 🍭

57.8K 5.6K 2K
                                    

"DAVA!"

Tubuh Dava tersentak ketika mendengar teriakan keras Relvin.

"R-Relv–"

Sret!

Tubuh Dava langsung jatuh didekapan Relvin.

Siswa itu yang melihat kejadian di depannya masih bingung.

"Jangan kasar dong! Itu anak orang, bukan anak kambing. Jangan narik sembarangan gitu!" Seru siswa itu ketika melihat Dava meringis kesakitan.

Relvin tak mendengar. Tatapannya masih jatuh pada seseorang yang berada dalam pelukannya, "Lo ada hubungan apa sama dia?"

Tubuh Dava bergetar kecil mendengar suara Relvin yang berada tepat di samping telinganya.

"Gu-gue gak ada hubungan apa-apa sam-sama dia." Jawab Dava terbata-bata.

"Oh."

Mendengar balasan Relvin, isakan Dava keluar.

"Rel-Relvin ... Jangan marah ... Ava mohon hiks ... Jangan ..."

Tak mendengarkan permohonan Dava, tatapannya kini beralih pada pria yang tadi dengan tidak sopan menyentuh 'miliknya'.

"Lo siapa?"

"Gue? Kenapa kepo? Suka Lo sama gue?" Ujar siswa itu menatap Relvin tajam. Tatapannya sesekali beralih pada Dava yang terisak dihadapan orang yang tadi sepertinya dipanggil 'Rel-vin'?

"V-Vin, a-aku—"

"Ssttt... Diem dulu sayang, aku masih ngomong sama dia. Nanti ada giliran kamu buat ngomong, oke?" Ucap Relvin lembut dengan senyumnya. Namun, matanya memancarkan sebaliknya.

Dengan itu Dava mengangguk. Rengkuhan Relvin pada pinggang Dava semakin erat.

"Sekali lagi gue tanya. Lo siapa?"

"Aidan." Balas siswa itu, "Lo kalo sama pacar sendiri gak usah kasar-kasar napa? Lo gak liat itu muka dia udah kek liat Malaikat Izrail? Kasian anjir."

Relvin mengernyitkan dahinya tak senang. 'Siapa dia? Berani mengatur dalam hubungannya dengan Dava.'

"Urusan gue sama pacar gue, itu bukan urusan Lo." Ucap Relvin lalu menunduk menatap Dava yang menyembunyikan wajahnya dibahu miliknya. "Kamu gak mau aku kasar lagikan, hm?"

Gelengan kepala ia dapatkan sebagai jawaban.

"Good boy, kalo gitu kamu masuk ke mobil. Tunggu aku disana, do you understand dear?"

"Yes..."

Cup

Kecupan lembut Relvin berikan pada kening Dava. Tangannya dengan lembut menghapus air mata yang ada diwajah kekasihnya. "Jangan nangis sayang."

Dava menggigit bibirnya guna menahan isakan. "Vin... k-kamu—"

"Hm? Aku kenapa?"

'Jangan salah paham...'

Namun, sayang. Dava tak berani mengatakannya. Karena ia tahu, sekali Relvin membuat keputusan, maka keputusan itu tak akan pernah bisa diubah. Tak peduli benar atau salah.

Dava ragu-ragu sebentar. Mendongak, dia menatap Relvin yang beberapa inci lebih tinggi darinya–

Cup

–dan memberikan kecupan singkat dipipi Relvin. Setelahnya, ia berjalan menuju mobil tanpa melihat kebelakang.

Siswa tadi – Aidan, menatap Relvin tajam. "Apa?" Tanyanya sewot.

Pacaran🍭 [Ketos VS Berandalan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang