"Dava, kembali kesini kamu!" Teriakan menggelegar terdengar disepanjang koridor sekolah. Terlihat seorang guru sedang mengejar salah satu muridnya.
"Ampun, Pak! Saya nggak sengaja, suwer! Itu kepala bapak aja yang suka jalan-jalan sendiri!"
"Dava, kurang ajar ya kamu!"
"Jangan pitnah saya ya, Pak! Saya punya banyak ajaran lho! Bapak aja kalah sama saya!"
Pak Danu berhenti dengan nafas tersengal-sengal, "Dava, kalo kamu nggak balik kesini dalam hitungan tiga detik, bapak bakal sita ijazah kelulusan kamu!"
Dava seketika menoleh dan melotot, "Nggak bisa gitu, dong! Pelanggaran hak cipta itu namanya!"
Pak Danu, "..."
Pelanggaran hak cipta?
"Emang kamu bikin karya apa? Sampe ada pelanggaran hak cipta segala."
"Itu ijazah kan karya saya. Nilai-nilai itukan punya saya, nilai bagus saya yang buat, nilai jelek juga saya yang buat. Jadi otomatis itu karya ciptaan saya, dong, Pak."
"..."
"Jadi, bapak gak boleh nyita-nyita ijazah saya, apalagi itu karya ekslusif, Pak," lanjut Dava dengan pemikiran random nya.
Pak Danu benar-benar sakit kepala gara-gara muridnya yang satu ini, "Bapak nggak mau tau, pokoknya besok kamu panggil orang tua kamu kesini!" Setelahnya Pak Danu pergi, "Oh iya," Pak Danu berbalik sembari menunjuk Dava, "Hari ini kamu bersihin kamar mandi dari lantai 1 sampai lantai 4, dan nggak ada protes!" Ujarnya ketika Dava akan membuka mulutnya.
Dava melongo menatap Pak Danu yang pergi kearah ruang guru, "Gue, Dava Jeffrey Torrency yang baik, hensem, gud boy, dan perpek gini disuruh bersihin kamar mandi?! Oh em ji hellooo, dih gak level! Mending ke kantin aja atau ke ruang OSIS, huh!"
Dava berbalik dan berjalan ke kantin, di sana dia bertemu dengan Aldi yang sedang makan bersama Seno, sontak matanya membulat, 'Si Aldi beneran lagi PDKT sama Seno? Wih, kesempatan langka, nih!'
Dengan itu, Dava mulai mengeluarkan ponselnya dan memotret mereka berdua, 'Hehehe liat aja nanti Al, habis duit lo gegara gue porotin.' Dava tertawa cekikikan hingga ia tak menyadari ada seseorang dibelakangnya yang menunduk guna melihat apa yang dia lakukan.
"Ngapain foto orang lain? Kenapa gak foto aku aja?"
Dava hampir saja melemparkan ponselnya ketika tiba-tiba suara rendah terdengar tepat disamping telinganya.
Ia menoleh dan mendapati Relvin menatapnya dengan datar.
"Apa? Kenapa lo di sini? Bukannya lagi pelajaran, ya?"
Ia heran, pasalnya pacarnya ini beneran ketos apa bukan, sih? Kok hobi banget bolosnya.
"Jam kos."
"Terus? Lo ke sini gitu kalo jam kos? Heh, sebagai ketos yang baik, budiman, dan berbudi luhur tuh gak boleh kayak gitu! Contoh gue, dong, kalo jam kos langsung cabut dari sekolah. Minimal kalo mau bolos tuh yang jauh dikit lah." Dava menyilangkan tangannya dan menatap Relvin dengan dagu terangkat.
Relvin menyenderkan tubuhnya pada dinding, salah satu tangannya berada pada saku celana dan satu lagi dengan cepat menarik pinggang Dava yang sontak membuat Dava terkejut.
"Apaan, sih? Bikin kaget aja tau gak!"
"Bolos ke Jerman mau?"
"..."
Tolonglah ya, itu bolos apa liburan? Jauh amat sampe Jerman.
Relvin terkekeh melihat wajah cengo Dava, "Kenapa? Katanya kalo bolos yang jauh. Apa kurang jauh? Kalo gitu mau ke mana, bilang aja, nanti aku turuti kalo itu mau kamu, sayang." Relvin menyingkirkan rambut Dava kebelakang telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran🍭 [Ketos VS Berandalan]
Short StoryCuma cerita asam-manis dari Ketos sama berandalan. Si Ketos kalem dan nggak suka sama hal berisik. Berbanding terbalik sama Si berandalan yang cerewet dan suka bikin heboh. Sifat mereka yang sangat bertolak belakang menjadi ciri khas tersendiri bagi...