"Jangan yang itu goblok! Yang ini aja lucu!" Dava sedari tadi debat dengan Aldi tentang kucing mana yang cocok untuk menjadi istri Romeo.
"Heh Bagong, noh yang pojok kalem tuh kucingnya. Cocok buat nemenin Romeo." Ujar Aldi menunjuk kucing berwarna abu-abu dengan bulu lebat di pojok ruangan.
"Bagus yang ini! Putih bersih, gendut, puas gue ntar kalo mau kelonan sama dia!"
"Pokoknya yang pojok gue milihnya!"
"Yang ini! Kan kucingnya di rumah gue! Ya berarti gue yang harusnya milih Markonah!"
"Tapikan itu kucing gue yang nyaranin buat dibawa pulang! Berarti gue lebih berhak dong! Kan secara nggak langsung gue yang milih dia buat diadopsi Juminten!"
Mbak-mbak yang sedari tadi melayani mereka hanya tersenyum canggung melihat perdebatan kedua orang yang ada dihadapannya.
"Permisi mas-"
"Mbak diem dulu! Saya masih berusaha untuk membela kebenaran buat calon istri kucing saya!" Dava menunjuk kucing putih yang sedari tadi menatapnya malas.
"Maaf mas tapi-"
"Bentar dulu mbak! Saya mau mempertahankan hak kucing yang ada dipojok sana!" Kini giliran Aldi yang menunjuk kucing abu-abu dipojokan.
"Gini mas-"
"Pokoknya harus dia yang jadi Juliet!" Kucing putih yang ditunjuk Dava hanya memalingkan wajahnya. Memiliki tuan seperti Dava dan Aldi mungkin akan menjadi neraka baginya.
"Enak aja! Romeo tuh bulunya item! Bagusan kalo sama abu-abu!"
"Permisi mas-"
"Ya nggak bisa gitu!"
"Bisa aja kenapa enggak?!"
"WOY BISA DENGERIN GUE DULU NGGAK SIH?!" Mbak-mbak yang sedari tadi menyimak langsung berteriak ketika merasa perdebatan ini tidak akan pernah berakhir.
Dava dan Aldi langsung diam. Mbak tadi langsung tersenyum ketika melihat mereka berdua terdiam menatap satu sama lain.
"Jadi gini mas. Kucing mas yang di rumah cowok?"
"Iya mbak."
"Berarti mas nggak bisa beli kucing yang di sebelah sini."
Dava dan Aldi saling menatap dengan bingung, 'Kenapa?' pikir keduanya.
"Kenapa mbak?"
"Soalnya deretan sini buat kucing cowok mas. Yang cewek ada di sebelah sana." Jawab mbak-mbak itu sambil menunjuk ke arah barat.
"Ini cowok?" Tanya Dava menunjuk kucing putih yang dari tadi ia perdebatkan.
"Iya mas." Jawab mbak itu ramah.
"Yang di sana juga cowok?" Aldi menunjuk kucing abu-abu itu.
"Iya mas. Deretan sini semuanya kucing cowok."
Mereka terdiam beberapa saat, 'Terus tadi debat buat apa?'
"Kalo gitu mau saya antar sekalian pilihkan kucing terbaik di sini?"
"Ah, iya mbak. Makasih ya. Sama kucing yang putih saya tetep mau beli."
"Yang abu-abu saya juga mau beli mbak." Aldi ikut berucap.
"Baik nanti biar teman saya yang mengurus. Mari silahkan!" Mbak-mbak tadi mengantar Dava dan Aldi yang masih senggol-senggolan sambil menendang pelan satu sama lain.
"Nah ini kucing yang paling bagus di sini mas." Dava melihat kucing yang memiliki bulu coklat dengan rambut yang lebat.
"Berapa ini mbak?" Tanya Aldi melihat Dava yang sepertinya tertarik dengan kucing itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran🍭 [Ketos VS Berandalan]
Historia CortaCuma cerita asam-manis dari Ketos sama berandalan. Si Ketos kalem dan nggak suka sama hal berisik. Berbanding terbalik sama Si berandalan yang cerewet dan suka bikin heboh. Sifat mereka yang sangat bertolak belakang menjadi ciri khas tersendiri bagi...