Olimpiade 🍭

76.7K 7.1K 755
                                    

"Pa, Ma. Hari ini adek mau minta uang tambahan."

"Uang tambahan? Emang uang yang biasanya kurang?" Harry bertanya sembari menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Uang sebenarnya bukan masalah.

"Enggak kurang tapi nanti jam 9 Relvin ada olimpiade. Dava mau ikut kesana juga."

"Ngapain? Mau ikut olimpiade juga?" Widya yang sedari tadi menyimak ikut membuka mulutnya.

"Enggaklah! Ngapain juga adek ikutan? Lagian adek kesana cuma mau bantu orang yang jualan." Dava menjawab setelah selesai meminum susunya.

"Kamu mau bantuin orang jualan? Tumben banget. Udah tobat kamu? Udah bosen jadi anak Mama sama Papa? Mau jadi gelandangan sekarang?"

Kata-kata Mamanya jleb banget lho dihati...

"Ya kali Ma! Anak ganteng-ganteng gini mau jadi gelandangan? Adek tuh mau bantu penjualnya biar dagangan mereka cepet habis." Jelas Dava dengan wajah sombong. Kurang baik apa lagi dia? Udah ganteng, baik hati, rajin menabung lagi.

"Dih, bilang aja mau jajan susah banget kayaknya." Harry menimpali ketika mendengar ucapan anaknya.

"Ini udah beda konteks ya Pa."

"Ya, ya, ya. Terserah kamu aja."

Dava menjulurkan tangannya ke arah Harry.

"Apa?"

"Uang?" Jawab Dava tersenyum lebar.

Harry merogoh dompet dari saku celananya. "Berapa?"

Jari Dava menunjukan angka 5.

Harry langsung mengeluarkan uang berwarna oranye dan memberikan pada Dava.

"KOK LIMA RIBU?!"

"Lha itu tanganmu nunjukin angka lima maksudnya lima ribu kan?" Tanya Harry sambil terkekeh pelan ketika melihat ekspresi putranya.

"LIMA RATUS RIBU PAPA! PELIT AMAT SIH SAMA ANAK SENDIRI JUGA!"

Widya yang sedari tadi menyimak hanya memijit pelipisnya. 'Kapan anak sama suamiku waras?'

"Lima ratus ribu? Banyak amat. Kamu mau malak Papa apa gimana?"

"Cuma lima ratus ribu dan Papa nggak mampu? Hump! Ma ayo cari Papa baru! Papa sekarang udah bangkrut." Ujar Dava memeluk mamanya dari belakang.

"Heh kurang ajar! Kamu lagi ngancem Papa ceritanya?"

"Enggak Pa. Enggak salah maksudnya." Jawab Dava dengan cengirannya.

"Anak durhaka. Ajaran siapa?"

"Papa lah."

"Oalah pantes."

Widya tak kuat rasanya menghadapi pasangan ayah dan anak ini. Boleh tukar tambah anak+suami gak sih?

"Mana uangnya?"

Harry mengambil uang tunai dan menyodorkan pada Dava.

"Kurang?"

"Hehehe udah cukup."

"Awas kalo macem-macem kamu." Ancam Harry menyentil dahi putranya.

"Tenang aja nggak macem-macem kok. Cuma satu macem aja." Dava langsung berlari keluar. Widya terkekeh pelan.

"ANAK DURHAKA KAMU YA DEK!"

Dari kejauhan Dava mendengar teriakan Papanya yang membuat tawanya lebih kencang.

Tin! Tin!

"Yo pak bos udah ganteng aja nih!" Mobil berwarna biru berhenti di depan rumah Dava.

"Lama Lo! Ngapain aja sih?" Kesal Dava berjalan mendekati mobil Aldi.

Pacaran🍭 [Ketos VS Berandalan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang