Prolog

7.1K 230 2
                                    

Happy Reading♡




***

“Ta, please, deh. Gue mau ke toilet dulu.”

Gadis itu memejamkan mata, suara musik bersahutan dengan berisiknya suasana malam ini seakan ikut tak mau mengalah. Membuat gadis dengan gaun hitam simple selutut itu mendengkus pelan.

Katanya acara ulang tahun, tapi malah terlihat seperti diskotik.

Sedari tadi, kakinya tak berhenti bergerak. Tangannya kini menyenggol kecil lengan teman di samping yang mengobrol santai sambil tertawa-tawa renyah, membuatnya kali ini menoleh terganggu.

“Kenapa, sih?” tanyanya agak sedikit kesal.

“Gue mau ke toilet,” rengek gadis itu sudah tak tahan.

Sementara temannya terus saja menahan, tapi kali ini meringis melihat ekspresinya. “Iya, tunggu bentar. Mau datang, kok.”

“Nanti, kan bisa, Dita. Nggak lama kok gue, nanti langsung balik cepat. Oke?”

Sudah tak tahan, gadis itu berlari kecil menjauhi kerumunan menuju toilet.

Huh! Temannya itu memang menyebalkan sekali. Masa iya dia mau ke toilet tapi ditahan-tahan.

Sejenak gadis itu nampak merapikan gaun hitamnya, lalu mendongak  kembali dan melangkah keluar toilet ingin menuju tempatnya berada tadi.

“Hessa?”

Langkahnya tertahan ketika telinganya mendengar suara familiar menyebut namanya, ia menoleh dan tersenyum kecil. “Kak Rian? Kok di sini?”

Laki-laki tampan yang dipanggil Rian itu ikut tersenyum kecil sembari melangkah mendekat. “Iya. Dita itu adiknya temanku. Kamu juga ngapain di sini? Oh, atau ... Dita itu teman kamu?”

Hessa mengangguk. “Iya, Kak,” jawabnya kikuk.

“Ya udah, ayo bareng.”

Hessa mengangguk, melangkah lebih dulu diikuti Rian.

“Eh!” Hessa berhenti spontan, memekik tiba-tiba membuat Rian ikut menoleh bingung.

“Kenapa?”

Tangan Hessa meraba rambut sebelah kirinya. “Hehe, copot,” ujarnya dengan memperlihatkan jepitan rambut yang sudah di genggamannya, ia meringis pelan.

Rian terkekeh pelan. “Sini, aku benerin.”

Hessa menggeleng. “Nggak usah, Kak,” tolaknya. Ia merunduk membuka tas selempangnya, hendak memasukkan jepitan rambut itu. Namun entah datang darimana, seseorang berlari menabraknya.

Bruuuk!

Hessa terjatuh dengan keadaan yang mengenaskan. Begitu pula orang yang menabraknya meski tak separah Hessa, ia bahkan menginjak gaun Hessa.

Beberapa orang di sekitar juga menoleh, mungkin karena suaranya terlampau keras.

“Hessa, kamu nggak papa?” Rian maju mendekat, mengulurkan tangannya yang langsung dibalas Hessa. Ia membantu Hessa bangkit, tapi karena gaunnya diinjak seseorang tadi membuatnya kini terjatuh kembali.

“Akhh!” Hessa merintih pelan, seketika mendorong orang itu agar menjauh. “Minggir, dong!”

“Iya, iya. Santae kali.” Cowok itu berdiri menjauh dan tanpa kata apa-apa lagi berlalu meninggalkan Hessa yang kembali dibuat menggeram kesal.

“Lagian ngapain, sih, di keramaian gini lari-lari? Nggak lihat ada ada banyak orang, untung cuma gue yang ketabrak, kalau semua orang di sini ketabrak sama dia gimana? Sakit banget, tahu!” Tanpa sadar Hessa sudah meracau panjang membuat Rian tak tahu harus bereaksi apa, antara ingin tertawa atau membelanya.

“Tapi ... kamu nggak papa, kan?”

Hessa tersadar, dan tersenyum kecil. “Iya, nggak papa kok, Kak.”

“Eh, aku mau ke sana ya, Kak. Dita pasti udah ngomel, soalnya tadi mau ngenalin pacarnya yang ganteng katanya.”

“Oh, ya udah. Aku juga mau ke sana,” ujar Rian sembari menunjuk teman-temannya di ujung restoran.

Hessa mengangguk, lalu mereka menjauh sampai di sana.

“Tuh, gue cepet, kan? Lagian seganteng ap—Dita? Astaga, Lo kenapa?”

Dita menoleh begitu mendengar suara Hessa, ekspresi wajahnya memias. Ia langsung menarik Hessa menjauhi kerumunan, mencari tempat yang agak sepi.

“Hessa, gue malu. Ta–tadi it–itu gue ... huhuhu. Tolongin gue, Hessa.” Dita terus merengek diikuti air matanya yang menetes perlahan, beberapa kali tangannya mengusap kasar pipi tapi beberapa kali juga air matanya tetap jatuh.

Hessa tak paham, tapi ia maju merengkuh sahabatnya itu. “Oke, jelasin pelan-pelan.”

Dita membalas pelukan Hessa, perasaannya kacau sekali. Hatinya dihancurkan hanya dalam waktu satu detik dan dalam satu kalimat.

Beberapa menit berlalu, isakan Dita juga sudah perlahan tenang seiring usapan yang Hessa berikan pada punggung Dita.

Hessa melepaskan pelukannya. “Oh ya, bukannya tadi Lo mau ngenalin pacar Lo? Gue sampai cepet-cepet, lho."”

“HUAAA, KENAPA LO INGETIN!”

Hessa spontan mundur terkejut saking kagetnya, ia menutup kedua telinganya. “Apa, sih? Nggak usah teriak-teriak!”

Dita melengkungkan bibirnya ke bawah. Ia berdehem singkat dan mengambil napas panjang sejenak, lalu kembali menatap serius Hessa. “Gue ... udah nggak punya pacar.”

Hessa terdiam, beberapa detik ia mengerjap dengan kening berkerut yang terlihat jelas. "Eum ... maksudnya?"

Dita menarik napas lelah. “Maksudnya, sekarang ... GUE JOMBLO, HESSA.”

Dita mendengkus sebal, kembali melengkungkan bibirnya ke bawah. “Huh, puas lo?” ujarnya dengan nada kesal setengah mati dan berlalu meninggalkan Hessa.

“Lah? Apa salah gue?”



***

Pendek emang, namanya juga prolog, hehe(^^)

Ini author note 2022, setelah revisi. Nggak banyak yang diubah, atau bahkan hampir seluruhnya emang nggak diubah, cuma ngerapiin aja.

Cerita ini ditulis di awal 2019 kayaknya, dah lama bgt. Jadi kangen awal-awal nulis, makanya tiba-tiba obrak-abrik lapak yang sudah berdebu ini.

Ini cerita ringan konflik, bener-bener ringan seringan kapas ^_^

Jangan lupa jejaknya, guys♡

AlgaHessa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang