Happy Reading♡
***
"Pesanan datang!" Edo datang, dengan membawa pesanan mereka. Ia dengan hati-hati meletakkannya di atas meja.
Dika dan Hessa dengan riang menyambutnya, sama sekali tak bilang apapun pada Edo dan hanya menyantap makanannya.
"Emang nggak tahu diri ya lo berdua!" emosinya.
Dika terkikik melihat ekspresi kesal Edo, lebih tepatnya tertawa mengejek. "Udah babu, makin dibabuin."
"Biasalah," celetuk Hessa diiringi tawa darinya dan juga Dika. Mereka seakan senang melihat Edo yang seperti itu.
Edo belagak memanyunkan bibirnya, meski tak ada yang peduli karena Hessa dan Dika sudah sibuk dengan makanannya sendiri.
Hingga suara ribut dari arah tengah kantin menyita perhatian ketiganya, mereka kompak mendongakkan kepala ingin tahu.
"Ada apaan tuh?"
"Pasar Senin kek nya," celetuk Dika asal.
"Ini hari Rabu kenapa ada pasar Senin, goblok!" Edo menyahuti.
"Udah diem aja, kenapa masih disahutin, sih, nggak selesai ntar masalah kecil kek gini." Hessa lelah sendiri dengan mereka berdua, matanya menyipit melihat seseorang di antara kasak-kusuk di kantin itu.
"Dia ...." Hessa menunjuk kecil orang itu, membuat Ado dan Dika merapat merasa ada gosip baru.
"Siapa?" tanya Edo.
Dika manggut-manggut paham. "Yang cowok ya? Anak baru, tuh."
Hessa mengerutkan kening, menoleh pada Dika lalu kembali menatap ke cowok itu. "Lah? Alga?"
Edo dan Dika kompak menoleh. "Alga? Buset lo dah tahu namanya aja," ujar Edo setengah meledek.
Hessa mencibir tak peduli, malah menikmati pemandangan itu.
Di tengah-tengah kantin itu, ada cowok yang Hessa yakini itu adalah Alga. Meski ia masih tak paham kenapa cowok itu bisa ada di sini. Bahkan suaranya pun Hessa bisa mendengar jika itu memang suara Alga.
"Jangan, Ga. Please jangan putusin gue!"
"Lea? Dia Lea, kan?" tanya Edo mengecilkan suara, masih dengan mata menyipit menatap ke arah tengah kantin.
Dika di sebelah kanan mengangguk. "Bucin banget dia."
"Itu diputusin?" Kali ini Hessa yang bertanya.
"Lihat aja."
Ketiga mulai kompak diam dan mengamati drama dadakan di kantin. Ah, sepertinya bukan hanya mereka bertiga. Namun, kini seluruh kantin seperti kasak-kusuk ingin tahu apa yang terjadi.
"Gue udah nggak cinta sama lo, Lea!" Alga mencoba melepaskan genggaman tangan Lea dari pergelangan tangannya. Sok cool banget dia. Tengil mah tengil aja kali, batin Hessa di tempatnya.
"Tapi gue masih cinta sama lo!"
"Gue nggak, lagipun gue nggak peduli mau lo cinta atau nggak sama gue."
Lea maju mendekat, sorot matanya menandakan ia memang tak ingin diputuskan. Apalagi di tempat seperti ini, dimana harga dirinya. Meski begitu, rasa cintanya sama Alga terlampau besar untuk menaikkan harga dirinya sendiri. Miris.
"Kenapa? Kenapa kamu udah nggak cinta sama aku? Kenapa kamu putusin aku? Kenapa, Ga? Seenggaknya kasih aku alasan."
Alga agak tergagap ingin berkata. "Karena ...." Matanya melirik, tak sengaja menatap ke arah masuk kantin, dimana ada segerombol siswi masuk.
"Karena gue udah punya pacar!" serunya, langsung suara ribut terdengar di sekitar kantin.
Lea melemaskan bahunya kecewa. "Siapa?"
"Dia!" Alga menunjuk ke arah masuk kantin, bertepatan di saat itu siswi tadi menatap ke arahnya.
Siswi yang berjalan paling depan seakan memimpin, kini menatap Alga datar.
Sementara Alga berlari mendekat, tanpa kata merangkul cewek itu.
"Feby?" beo Lea, setengah tak percaya. Pasalnya, Febby merupakan seorang ketua PMR yang juga anggota pencak silat itu memang anti dengan hal yang berbau pacaran, dia selalu geli dengan hal begituan. Apalagi modelan Alga. Bukan apa-apa, tapi dia hanya tak suka.
Kini Febby melirik tak suka Alga yang mengalungkan tangannya di bahu.
"Kenapa? Nggak percaya?" Di laur digaan Alga malah semakin nantang Lea.
"Kita pacaran kan, Sayang?" Alga mengerling menatap Febby yang makin menatapnya tak suka.
Bukan menjawab, melainkan bunyi tulang yang membuat orang sekitar meringis dibuatnya hanya dnegan mendengar saja. Febby memelintir lengan Alga lalu menariknya ke belakang dengan teknik bela dirinya. Bahkan kini Alga sampai terjatuh, berdiri dnegan lututnya sambil meringis, meski dari tadi spontan berteriak keras saat Febby memelintir lengannya.
"Mau apa lo?"
"A–ampun bang jago!" Alga tergagap saat mengatakannya.
Febby menggertakkan giginya, ia semakin memutar tangan Alga ke belakang yang membuat Alga berteriak keras. "Bang lo bilang? Lo nggak lihat gue punya rambut panjang?"
"IYA, AMPUN MBAK JAGO! LAGIAN KEKUATAN LO KAYAK COWOK!"
Dengan sebal Febby melepaskan Alga, membuatnya langsung menghela napas lega seolah terlepas dari macan yang ingin memangsanya.
Beberapa orang yang menyaksikannya tertawa, ada juga yang malah merasa kasihan melihat Alga dipermalukan seperti itu. Apalagi di waktu pertama ia masuk sekolah sebagai maka baru di sini.
Tak terkecuali di tempat Hessa bersama dua temannya yang entah merasa kasihan tapi juga ingin tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlgaHessa [SELESAI]
Ficção Adolescente"Yaudah, kita pacaran aja. Eh, atau langsung nikah? Biar orang tua kita nggak jadi nikah." [Completed - Konflik Ringan] Perjuangan dan rencana gila yang dilakukan semata hanya untuk menggagalkan rencana pernikahan orang tua mereka. ___________ Algar...