Happy Reading♡
***
Masih dengan kaki terbalut heels, gaun simple untung saja tak terlalu mencolok untuk dibawa kemana-mana. Lalu dengan rambutnya, gadis itu sudah membuka gulungan, dan membuat kepangan menyamping sendiri.
Ini adalah tempat terakhir Hessa menerka-nerka keberadaan Alga. Rumah mamanya.
Dari semua tempat yang entah secara kebetulan atau memang sering dituju Alga. Mulai dari taman, apartemen, rooftop perusahaan papanya, sampai Indomaret jika kemungkinan Alga telat karena berebut permen kaki yang tersisa satu dengan anak kecil.
Gerbang rumah itu tertutup, tak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Namun, taman kecil di depan rumah, terlihat basah. Seolah bunga-bunga di sana menunjukkan tanda bahwa ia baru saja disiram.
"Permisi, Tante! Ini Hessa!"
Tak ada jawaban, gadis itu menggoyang-goyangkan besi gerbang.
Hessa berdecak sebal. Kenapa, ya, semesta selalu saja ada tingkah menyebalkannya. Apalagi langit semakin menggelap karena awan hitam.
"ALGA LO MAU NGERJAIN GUE, YA!"
Napas Hessa memburu, matanya berkaca-kaca. Tak peduli di depan rumah siapa, orang-orang memandanginya seperti apa. Ia tak peduli.
Tangannya kembali menggoyang-goyangkan gerbang, kali ini lebih keras.
Hingga seorang wanita paruh baya, kebetulan melewatinya membuat Hessa mencoba tenang.
"Eh, maaf, Bu. Saya mau tanya."
Wanita paruh baya dengan plastik besar di genggamannya itu berhenti melangkah. "Iya?"
"Eum ... yang punya rumah ini ke mana, ya? Kok sepi banget kayaknya. Gerbang juga dikunci."
"Aduh. Maaf saya nggak tahu. Saya cuma lihat, tadi pergi buru-buru gitu. Sama ... anak laki-lakinya yang ganteng itu kayaknya. Nggak tahu ke mana, deh, yang pasti buru-buru dan bawa koper. Mau pergi jauh mungkin."
Hessa terpaku di tempatnya.
"Kalau gitu, saya permisi." Wanita itu pamit, sebab rintik-rintik hujan mulai berjatuhan mengundang yang lainnya.
"Ah, iya. Makasih, Bu."
Hingga wanita itu pergi, Hessa seperti masih hilang kesadaran.
Apa katanya tadi?
Pergi jauh?
Bawa koper?
Buru-buru?
Tubuh Hessa merosot terjatuh, bersamaan dengan hujan yang ikut memeluk atau malah menertawai nasib mengenaskan.
"Janji Lo, Ga ...," lirihnya. Tak kuasa berkata lagi, bahkan suaranya seakan sudah hilang.
Tidak mungkin Alga pergi meninggalkannya setelah apa yang ia bilang pada gadis itu.
Iya, tak mungkin. Sekuat hati Hessa mencoba merapalkan kalimat itu dalam hatinya.
Hessa berjalan dengan lutut, mendekat ke arah gerbang, kembali menggoyang-goyangkannya.
Hujan semakin deras dan tak akan membuat gadis itu berhenti.
"TANTE, INI HESSA! APA TANTE NGGAK MAU BUKA GERBANGNYA BUAT HESSA? APA TANTE TEGA SAMA HESSA? ALGA, LO JUGA DI MANA? LO NGERJAIN GUE YA?"
Hessa meremas gaunnya yang sudah basah. Kepalanya menunduk dalam.
Please, ini hari bahagia mama!
KAMU SEDANG MEMBACA
AlgaHessa [SELESAI]
Teen Fiction"Yaudah, kita pacaran aja. Eh, atau langsung nikah? Biar orang tua kita nggak jadi nikah." [Completed - Konflik Ringan] Perjuangan dan rencana gila yang dilakukan semata hanya untuk menggagalkan rencana pernikahan orang tua mereka. ___________ Algar...