42. Papa Alga

369 24 0
                                    

Happy Reading♡

***

Hessa melompat turun dari taksi selepas membayar. Diusapnya kasar air mata yang tak henti-hentinya mengalir itu.

Masih mengenakan seragam sekolahnya, bahkan lengkap dengan sepatu dan tasnya. Hessa masuk tanpa permisi gerbang rumah di depannya yang terbuka sedikit.

Perasaannya masih sama. Sesak dan kacau tak karuan.

Beruntunglah seseorang yang ia cari berada di rumah. Tepatnya sedang berdiri di depan teras, memegang map biru. Sepertinya sedang sibuk, akan pergi.

Tak mau kehilangan kesempatan, Hessa mempercepat larinya.

"OM INDRA!"

Pria dengan setelan jas itu menoleh, menghentikan aktivitasnya yang seperti ingin menelepon seseorang.

Hessa memastikan jejak air matanya tak ada.

Senyum pria itu terbit. "Kenapa Hessa? Oh, kamu sudah tahu soal pernikahan saya dan mama kamu besok? Semuanya beres. Ka—"

"Om, Hessa mohon, Om. Batalin rencana pernikahan ini ya, Om. Hessa mohon!" Hessa menangkup kedua tangannya di depan dada, matanya mengerjap memohon meski perlahan mengembun.

Seketika air muka Indra berubah. "Kenapa saya harus melakukan itu? Hanya karena kamu alasannya?" tanyanya dingin.

"Tapi, Om. Mama Hessa jahat, Om. Dia punya alasan lain! Hessa mohon, batalin ya, Om?"

Duk!

Hessa menjatuhkan lututnya. Wajahnya mendongak, masih dengan tangan memohon. Kini hanya lututnya yang dijadikan tumpuan.

Hessa menggosokkan tangannya, merunduk dalam membuat dalam posisinya sudah seperti ingin sujud membuat Indra segera mundur menjauh.

"Hessa mohon, Om ...," lirih gadis itu.

"Apa yang kamu lakukan, Hessa! Berdiri sekarang!"

Hessa menggeleng keras. "Hessa nggak akan berdiri sebelum apa yang Hessa minta, Om turutin!"

"Tidak akan!"

Hessa tersentak, kalau kembali mendongak menatap pria itu tak percaya.

"Sampai kamu bersujud pun, saya tidak akan menuruti apa yang kamu inginkan. Bahkan tanpa ijin kamu, saya akan tetap menikah dengan mama kamu."

Setelah mengatakan hal menyakitkan bagi Hessa, pria itu melangkah menjauh. Tak sengaja matanya bertubrukan dengan mata Alga tak jauh dari tempatnya. Dugaannya, anaknya itu melihat semua yang baru saja terjadi.

Meski begitu ia tak peduli. Sorot luka yang dipancarkan anaknya itu, ia pun tak peduli. Egois memang!

Alga merasakan sesak itu, Alga merasakannya. Hessa memohon sampai seperti itu di depan matanya sendiri.

Ia melangkah lunglai, menghampiri gadis yang masih dalam posisinya sedari tadi. Ikut menumpukan pada lututnya.

Begitu merasa seseorang mendekat, Hessa mendongak. Seketika tangisnya yang sempat terhenti, kini kembali lagi.

"Alga!" Hessa memeluk erat cowok itu, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Alga. Rasanya tak bisa dideskripsikan lagi, ia begitu hancur.

Alga mengusap lembut rambut panjang Hessa, mencoba menenangkan. Yang pada nyatanya, ia juga sama sakitnya.

"Ada gue," bisiknya pada Hessa. Seolah memberitahu bahwa jika Hessa merasa kesepian, nyatanya tak seperti itu sebab ada dirinya. Ada dirinya yang selalu ada menemani Hessa.

AlgaHessa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang