37. Ponsel Baru

335 31 0
                                    

Happy Reading♡

***

Sore ini, belum sempat Hessa pulang dan ganti baju, ia sudah ditarik pergi ke sebuah tempat.

Di sinilah ia sekarang, di taman menunggu seseorang dan berharap membawa kabar gembira.

Kabar gembira tentang jadiannya kakak sepupunya itu.

Iya, selama ini, Hessa jadi Mak comblang membantu sang kakak sepupu untuk jadian dengan pujaan hatinya.

Semoga kali ini usahanya berhasil.

"Hessa!"

Gadis itu tersenyum lebar, berharap penantiannya sampai sini saja. Sebab dari tadi ia menunggu sepupunya itu balik, tapi lama sekali.

Hessa membalikkan badan, menoleh ke sumber suara yang baru saja memanggilnya.

Ternyata Hessa salah. Bukan orang yang ditunggunya yang datang.

"Yaaah, gue pikir Nando yang datang."

Alga, cowok itu yang datang. Ia mengambil duduk di samping Hessa dengan kening berkerut tak suka. "Nando siapa?" tanyanya, lalu tersentak saat ingat sesuatu.

"Cowok yang waktu itu datang ke sekolah terus tiba-tiba meluk lo? Cowok yang juga tadi pagi jemput lo sebelum gue?"

"Iy—wait, kok lo tahu kalau dia pernah datang ke sekolah? Lo lihat?"

Alga menghembuskan napas kasar. Sebisa mungkin ia berusaha merubah ekspresi wajahnya yang mengeras tak suka. "Itu nggak penting sekarang."

Ada perasaan mengganjal saat Hessa mengeluh jika yang datang adalah dirinya, bukan cowok itu. Alga jadi bertanya-tanya, siapa sebenarnya cowok itu? Kenapa tiba-tiba datang dan seolah-olah sangat dekat dengan Hessa dibanding dirinya?

Alga berdehem keras, lalu tersenyum lebar seperti biasanya. Seolah tak terjadi apa pun.

Dia memang pandai mengubah ekspresi wajah seolah tak ada apa-apa. Begitu dengan Hessa. Mungkin memang karena sudah terbiasa seperti itu dengan keadaan.

"Bentar, gue mau tunjukin sesuatu." Alga merogoh saku seragamnya, mengambil sesuatu dari sana lalu ditunjukkan pada Hessa.

"Apaan?" tanya Hessa masih tak paham meski sudah melihat apa yang ditunjukkan padanya. Sebuah ponsel.

"Handphone gue baru!" jawab Alga, heboh seperti biasa.

"Kali ini ruang penyimpanannya lebih gede. Terus kameranya juga lebih oke. Hmmm ... apalagi, ya? Ah, yang pasti ada kuotanya."

Hessa mengerjap pelan, tatapannya beralih pada ponsel di tangan Alga.

Iya, sih. Memang berbeda dari yang terakhir Hessa lihat. Lebih wow gitu, tapi aneh aja saat Alga menjelaskan tadi.

Melihat Hessa yang masih diam, Alga kembali melanjutkan, "Terus tadi dari Dapid gu—"

"Dapid siapa?"

Alga mengangkat alisnya, menoleh dengan tatapan bingung. "Ya Dapid, lo nggak tahu?"

Hessa menggeleng.

"Alaaah, Dave itu lho! Lo masa nggak tahu, sih!" ujar Alga saat paham dengan ekspresi bingung Hessa.

"Namanya, kan, Dave. Bukan Dapid."

"Aslinya mah Dapid, itu sok ganteng aja jadi Dave!" sahut Alga tanpa dosa.

Hessa manggut-manggut. "Kayak lo, ya? Sok ganteng aja namanya Alga. Aslinya mah Yaya."

Alga mendelik tak terima. "Itu tuh karena Mbak Rina. Dulu waktu pertama kali kerja di rumah tuh ngiranya gue anak perempuan, karena rambut gue emang gondrong panjang gitu."

Hessa mengangguk paham, masih menunggu kelanjutannya.

"Nama gue, kan, Algara Wardana. Jadi Mbak Rina manggilnya Rara. Terus anaknya yang masih kecil nggak bisa bilang Rara gitu, kan. Jadi, manggilnya Yaya. Eh, Mbak Rina malah ikut-ikutan. Tiap hari gue ingetin, tapi tetap aja Mbak Rina lupa. Capek juga gue akhirnya."

Hessa mengernyit sesaat, lalu tergelak. Tertawa lebar membuat Alga jadi ingin menyumpal mulut cewek itu.

"Emang bisa gitu? Hahahaha, keren banget. Ternyata ada ceritanya, toh."

Alga memutar bola mata jengah. "Eh, gue, kan, tadi belum selesai ngomong. Yang tadi Dopid itu."

Hessa menghentikan tawanya perlahan, mengusap ujung matanya yang berair akibat terlalu banyak tertawa.

"Jadi, tadi gue tahu dari Dapid. Dia iseng poto-poto sok ganteng gitu, kan. Terus katanya ada aplikasi lucu. Gue coba download, emang lucu, sih."

Hessa menoleh, dengan kening berkerut. "Jadi?"

"Jadi ... ayo poto!"

Hessa mengerjap pelan. Agak bingung juga kenapa ini cowok satu jadi makin random begini.

Alga segera membuka ponselnya. Siap dengan aplikasi yang dimaksudnya tadi, ia mengacungkan ponsel agak tinggi, juga siap dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

Namun, ia jadi mengernyit dan menoleh kembali saat Hessa masih saja bingung tanpa ekspresi.

"Eh, muka lo kenapa jadi kayak muka kurang kasih sayang?"

Hessa mendelik, lalu tersenyum lebar menatap kamera yang masih terangkat.

Melihat itu, Alga juga tersenyum lebar. Satu foto berhasil diambil.

"Eh, bentar. Gini doang mana lucunya," gerutu Alga sembari menurunkan ponselnya. "Pakai stiker dulu."

Saat ponsel kembali teracung, Hessa menoleh. Langsung tertawa renyah dengan memukul pundak Alga.

"Kenapa harus stiker babi, sih?" ujar Hessa di sela-sela tawanya. Ia kembali menoleh, di layar ponsel hidungnya jadi membesar dan memerah juga dengan pipi bulat yang menghiasi.

Alga tertawa kecil. "Ya udah yang kucing aja."

Foto kedua diambil dengan stiker kucing yang membuat mereka jadi terlihat lucu. Lalu mereka sama-sama tertawa. Seperti itu terus, berganti-ganti stiker.

"HESSAAAA!"

Hessa terkejut setengah mati, sontak menoleh sampai tak sengaja menyenggol Alga yang memegang ponselnya. Hampir saja ponselnya jatuh jika saja Alga tak sigap menangkapnya.

Padahal ponsel baru. Kan, sayang.

Seseorang datang dari jauh. Ah, dia tak sendirian, ada sosok gadis cantik di sampingnya yang digenggam tangannya.

Cowok itu berlari menghampiri Hessa, membuat si cewek mau tak mau ikut berlari sebab tangan mereka gandengan.

Sementara Alga di samping Hessa menatapnya tak suka. Perasaan tak suka itu kembali muncul, padahal baru saja mood-nya naik drastis.

"Hessa, gue diterimaaaa!"

"Hessa, gue diterimaaaa!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jejaknya mantenan:)

AlgaHessa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang