43. Balas

355 28 0
                                    

Happy Reading♡

***

Alga keluar kamar, membuat Hessa yang baru saja menaruh gayung pada tempatnya, kini menatap Alga.

"Udah bersihin kamarnya?" tanya Hessa, Alga mengangguk.

Mereka berbagi tugas. Hessa membersihkan sofa dan sekitarnya, sampai dapur. Sementara Alga hanya membersihkan kamarnya.

Otaknya kali ini berguna. Hessa tak tahu saja, tak ada yang harus dibersihkan dari kamarnya. Semuanya sudah rapi bahkan sebelum ia ke sini. Jadi, dari tadi Alga hanya tiduran di kamar menikmati waktu istirahatnya.

"Bagus, deh. Pesen makanan, gih! Nggak ada apa pun di kulkas Lo."

Alga meringis tanpa dosa. "Iya."

"Mau pizza ya gue!" Hessa menjatuhkan diri berbaring di sofa. Istirahat sebentar sebelum makan. Ia memejamkan mata, meski tak benar-benar tertidur, pikirannya yang kemana-mana, memikirkan hal yang belum pasti nantinya. Hal yang membuatnya ingin membanting sebuah benda di sekitarnya menyalurkan emosi.

"Sa, jangan benci sama mama lo, ya."

Hessa tersenyum kecil dengan mata yang masih terpejam. Ia tetap pada posisinya, hanya kini lengannya terangkat menutupi mata.

"Jawab, elaaah! Diem-diem bae."

"Iya, iya. Nanti gue coba."

"Kok nanti?"

"Ya, kan, sekarang gue lagi tiduran, lagi di sini."

Alga mendudukkan diri di karpet bawah dekat tempat Hessa berbaring. Punggungnya bersender di pegangan sofa. Mereka saling berbincang tapi sama-sama tak menatap.

"Buat berusaha supaya nggak benci sama orang mah bisa dilakuin kapan aja di mana aja, Sa. Nggak harus nanti-nanti."

"Jangan sampai benci itu jadi dendam. Nyokap lo sendiri lagi. Nggak baek, Sa. Beneran, deh!"

Hessa terkekeh pelan. "Iya, iya. Lo kayak emak-emak kalo lagi nasehatin anaknya yang bandel."

"Dih, dikasih tahu juga!"

"Iya, Alga. Lagian gue sayang sama mama, kok."

"Sayang sama gue juga, nggak?"

"Hah?"

"Lagian ya, Sa. Kayaknya Lo belum denger penjelasan mama lo, deh."

Hessa memutar bola mata jengah. "Gue bahkan dengar sendiri ucapan Mama di telepon."

Alga memperbaiki posisi duduknya, kali ini lebih serius. "Gini, ya, Sa. Coba lo mikir, buat apa mama lo nikah sama papa gue karena alasan harta dan kekuasaan, kalau papa lo aslinya nggak kalah sama papa gue."

"Jadi ...." Hessa menggantungkan ucapannya, nampak berpikir sebab keningnya berkerut.

"Hm, ya. Tepat sekali apa yang Lo pikirin."

"Emang lo tahu apa yang gue pikirin?"

Alga dengan cepat mengangguk. "Pasti Lo mikir, kalau gue ganteng banget."

"Pede, gila!" Hessa melemparkan bantal ke arah Alga yang langsung tergelak.

"Itu makanannya kok belum datang, ya?" Alga melongokkan kepala menatap pintu, sesaat setelah meredakan tawanya.

Hessa bangkit dari posisinya. Tepat saat terdengar suara ketukan pintu.

"Wah, panjang umur. Ambil, gih!"

"Iya, Ndoro!" Alga memutar bola matanya malas, tapi tetap bangkit membukakan pintu.

Hessa tersenyum merekah, tanpa sadar memekik kegirangan saat Alga meletakkan plastik di atas meja dan mendorong mendekat ke arahnya.

AlgaHessa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang