5. Orang Gila

1.2K 92 0
                                    

Happy Reading♡




***

Hessa melangkah keluar Indomaret, matanya menjelajah sekitar sambil tangannya yang membuka tutup botol.

Ia tersentak kecil saat mengingat sesuatu. "Apa gue terima aja ya?" gumamnya.

Namun, buru-buru ia menggeleng cepat. "Nggak, nggak. Ntar dia kesenangan dong!"

"Tapi, inikah bukan murni dari dia. Dia juga nggak setuju bokapnya nikah lagi."

"Mbaknya ... waras, kan?"

Hessa menoleh, langsung mendelik keras pada seorang cowok yang memakai seragam SMP.

Cowok itu nampak menciut, tapi tak juga pergi membuat Hessa kali ini melebarkan mata melotot.

Hessa mendecak kecil. "He asal Lo tahu ya bocah, ngomong sendiri itu bukan berarti gila. Itu artinya, otak gue itu bekerja lebih efisien. Karena membicarakan sesuatu dengan kepala sendiri itu benar-benar memperkuat pikiran tentang apa yang mau gue lakukan, terus dapat mudah dipahami juga!"

"Lo bocil tahu apa, sih?" Hessa memicing menatap cowok tadi.

"Lah, kok ngamok?"

Hessa benar-benar ingin menampol wajah tanpa dosa itu. Bagaimana bisa bocah seumurannya bicara seperti pada orang yang lebih tua? Apalagi mukanya benar-benar menjengkelkan siapapun yang melihatnya, termasuk Hessa.

Melihat amarah tertahan dari Hessa, si cowok tadi langsung berlari menjauh tapi dengan tawa yang sengaja dikeraskan.

Hessa menghembuskan napas panjang, lalu kembali tersadar tentang rencananya tadi sebelum bocah itu datang.

"Gue harus ketemu sama dia." Hessa mulai berjalan, tapi selangkah langsung berhenti tiba-tiba saat tersadar sesuatu.

"Ketemunya gimana? Gue nggak tahu rumahnya, nggak punya nomornya."

Hessa berjalan pelan sambil menggumam sepanjang langkah ringannya.

"Atau minta nomornya ke Dita ya? Ah, nggak. Mereka kan udah putusan," ujarnya mengingat saat pesta ulang tahun tempo hari Dita menangis, lalu keesokannya Dita menceritakan semuanya.

Hessa menggumam sepanjang jalan, hingga tanpa sadar ia berada di taman tak jauh dari Indomaret.

"Giman-"

"HAAA, TOLONGIN GUA!"

Sraaak!

Hessa terjatuh dengan keadaan yang sangat mengenaskan, tak bisa dikatakan baik-baik saja. Ia meringis, bagaimana bisa ia terjatuh di atas semak tebal di pinggir taman seperti ini. Tubuhnya limbung akibat ditabrak entah siapa ....

Hessa menolehkan kepala, matanya langsung melebar. Dia lagi?

Alga, iya dia Alga. Dia berlari-lari dengan wajah ketakutan yang tak pernah Hessa lihat sebelumnya. Setelah Hessa amati, ia paham kini.

"Pffft." Hessa menahan tawanya, benar-benar memalukan.

"HESSA, JANGAN KETAWA LO! BANTUIN GUE! BANTUIN GU-HEH! PERGI NGGAK LO! HAAA, HESSA TOLONG!"

Hessa malah semakin mengeraskan tawanya. Membiarkan menikmati pemandangan langka dimana Alga ketakutan dikejar orang gila memutari semak tempatnya jatuh.

Namun, tak tega juga, akhirnya Hessa bangkit. Sejenak ia menepuk-nepuk bajunya, lalu berpikir bagaimana caranya membantu orang gila itu. Eh, Hessa mengerjap. Maksudnya mengusirnya.

Hessa berdehem keras mempersiapkan diri. Ia kemudian mendekat dan merentangkan tangannya lebar-lebar ke depan orang gila itu, membuat Alga dengan sigap memegang bahu Hessa dan bersembunyi di balik punggungnya meski sesekali mengintip kecil.

AlgaHessa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang