9. Dicuekin

1K 75 0
                                    

Happy Reading♡




***


Hessa menutup pintu rumahnya, lalu melangkah mendekat pada Alga yang duduk di kursi halaman rumahnya, sedang menunggu.

Alga menoleh, lalu melirik rumah Hessa. "Tante Dewi nggak ada?"

Hessa menggeleng. "Di butik, pulangnya agak malam, sih, biasanya."

"Yaah, padahal mau pamitan dulu sama mertua, mau ajakin anak gadisnya kencan pertama."

Hessa melayangkan tabokan ke lengah Alga yang berbalut hoodie malam ini. Ia lalu menghela napas. "Mertua atau Mama tiri lo?"

Alga dibuat bungkam dengan kata-kata itu.

Hessa mendengkus kecil. "Kita lihat aja, deh. Menang siapa kali ini," ujarnya penuh arti, lalu melangkah lebih dulu disusul Alga di belakangnya.

"Yang penting gue menang taruhan, dan sekarang kita kencan. Terus lo nraktir gue karena gue yang menang."

Hessa mendengkus sebal. "Serah lo."

"Hehe, nggak banyak kok, Sa. Tapi ya jaga-jaga lah ya, takut uang lo kurang nantinya."

Hessa menirukan gaya bicara Alga, masih kesal perihal menangnya Alga tadi padahal dia sudah jelas curang.

"Terus gantinya ongkos bus mana?" Hessa mengulurkan tangan meminta.

Alga menggerakkan dagu ke arah motornya. "Noh, ganti bensin pergi sama lo malam ini."

Lagi-lagi Hessa mencibir, tak tahu juga bagaimana harus menghadapai laki-laki di depannya ini.

"Eh, ke warungnya Mang Pidin aja!" Hessa tiba-tiba bersorak ceria.

"Nggak, ah. Ntar lo malah nyuekin gue!" tolak Alga tak terima. Karena saat pertama kali mengajak Hessa ke sana, ia malah dicueki oleh Hessa karena saking senangnya Hessa bisa tertawa-tawa mendengar lawakan receh Mang Pidin.

"Ih, ayo! Gue mau dengar teka-teki lagi."

Alga mendelikkan mata. "Dih, teka-teki apanya? Itu mah lawakan, lo nya aja yang receh!"

"Dih gue dolar," sahutnya tak terima. "Pokoknya ke sana ya?"

"Nggak!" tolak Alga tanpa pikir panjang.

Hessa merenggut sebal. Ia lantas menurunkan tubuhnya, jongkok sambil kedua tangannya memeluk pagar rumahnya. "Ya udah kalau nggak mau, gue bakal tetap di sini nggak mau pergi. Bahkan sampai Mama pulang, gue pun nggak peduli. Biar nanti ditanya kenapa, gue bilang karena lo gue kayak gini."

Alga ternganga, wajahnya shock tak menyangka dengan aksi Hessa saat itu juga. Benar-benar membuatnya sakit kepala.

"Berdiri, nggak!" pintanya setengah mengancam.

"Nggak. Mau!" tolak Hessa menekankan setiap katanya.

Dengan nada dan ekspresi galak Alga belagak menggerakkan tangannya seperti ingin menjewer Hessa. "Heh, berdiri nggak kamu? Jangan malas ayo berdiri! Atau Mama jewer ha?"

Oke, drama dadakan ala anak alay dimulai.

Hessa meletakkan kedua tangannya di kepala, seolah berlindung atas amukan sang bunda. "Ampun, Bunda! Hessa nggak suka sekolah. Jangan paksa Hessa."

"Kenapa jadi bunda, anjay! Tadi gue bilangnya mama! Ah, dasar nggak pro lo ah." Alga malah tiba-tiba mengamuk sewot.

"Lah, kok ngamok?" Hessa menirukan gaya anak SMP yang sempat ia temui di depan Indomaret kala itu. Tak lupa ekspresi yang sama ia tirukan pula.

AlgaHessa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang