19| Kabur

8.1K 296 3
                                    

Tawa Ardan mengudara. Namun saat melihat tatapan tidak bersahabat dari Kaisha, Ardan langsung mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

"Terserah, bawa gue ke mana pun yang menurut lo harus." Kaisha kembali memutar tubuhnya lalu melangkahkan kakinya menuju ke suatu tempat.

Saat mereka tiba, Ardan justru merasa sedikit kebingungan. Mengapa gadis itu membawanya ke tempat papan pengumuman?

Kaisha memutar tubuhnya menghadap Ardan. "Lo bisa lihat peta sekolah kita." Ardan menatap peta sekolah yang berada di samping mading sejenak lalu kembali menatap Kaisha.

"Tapi gue maunya lo nunjukin gue semua tempatnya, enggak cuma lewat peta."

"Lo itu ... bener-bener berbakat nyusahin orang, 'kan?" Ardan diam-diam tersenyum.

"Yaudah, sini." Kaisha kembali melangkah membuat Ardan bersorak dalam hati.

Kali ini, Kaisha melangkah menuju ke atap sekolah. Ardan masih setia mengekori.

Saat tiba di atas, Kaisha langsung merentangkan tangannya, menerima tamparan angin dingin yang menyapu pipinya dengan lembut.

Ardan tertegun.

Jika dilihat dari samping, gadis itu benar-benar sangat cantik. Matanya yang bulat, hidungnya yang sedikit mancung, dan ... bibirnya yang merah dan mungil.

Kaisha menoleh terhadapnya membuat Ardan salah tingkah. Pria itu jelas-jelas sudah tertangkap basah sedang mengamati Kaisha bukan?

"Geser sini." di luar dugaan, Kaisha justru memanggilnya mendekat. Ardan bahkan sudah sempat mengira bahwa Kaisha akan memarahinya karena telah lancang menatap gadis itu. Ardan tersenyum lalu berjalan mendekati Kaisha

"Dari sini, lo udah bisa lihat pemandangan sekolah kita." Ardan menatap lurus ke depan, dan dia langsung disuguhi pemandangan sekolah barunya yang luas dan bersih.

Hening.

Keduanya sibuk dengan pemikiran masing-masing. Tidak lama, Kaisha menoleh terhadap Ardan.

"Kenapa lo pindah sekolah? Bukannya keren bisa sekolah di SMA 1?" Ardan menoleh sekilas.

"Keren sih, tapi ada masalah yang bikin gue mau enggak mau harus pindah."

"Masalah?" Ardan mengangguk lalu menghadap Kaisha.

"Rumah baru gue terlalu jauh dari SMA lama gue, makanya gue terpaksa harus dipindahin." Kaisha hanya ber-oh ria. Gadis itu kembali menatap pemandangan di hadapannya.

"Btw, rumah lo jauh dari sini?"

Kaisha menggeleng.

"Bagus dong, siapa tau gue bisa ke rumah lo?"

Gadis itu langsung menatap Ardan lalu tersenyum mengejek. "Enggak usah berlebihan, apalagi sampe sok akrab sama gue."

Tanpa mereka sadari, Adrian sedang mengamati mereka dari kejauhan.

Tidak bisa dipungkiri, hati Adrian sesak saat melihat Kaisha berdua-duaan dengan pria lain. Tanpa sadar, jarinya mengepal kuat.

Adrian sendiri tahu, sejak awal ini semua adalah salahnya sendiri. Keegoisan Adrian yang membuat hubungannya dengan Kaisha hancur.

Andai saja sejak awal Adrian menjaga jarak dengan Liliana, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini.

Namun mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlanjur. Kebencian Kaisha terhadap Adrian sekarang sudah sangat mendalam. Dan Adrian sendiri juga sudah pasrah akan kelakuan Kaisha terhadapnya ke depan nanti.

***

Kaisha melangkahkan kakinya menjauh dari Ardan saat mendengar bel jam istirahat berbunyi. Gadis itu memutuskan untuk kembali ke kelasnya.

Surrender✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang