04| Rasa sayang

8.6K 337 0
                                    

"Maksud lo?"

Daisy mengedikkan bahunya cuek. "Gue juga kurang yakin sih, kalo itu emang si Adrian." Kaisha baru bisa bernapas lega.

"Lo hampir bikin gue jantungan tau."

"Gue saranin lo jaga hubungan lo baik-baik, jangan sampai lengah. Kita enggak tau persis kayak apa hati seseorang."

"Lo juga dong?"

Daisy sontak mengacungkan jari tengahnya. "Bego! Kalo gue jelas beda. Kita 'kan udah kenal lama. Gue enggak bakalan mau khianatin lo. Dan inget, gue enggak terlalu suka sama hubungan lo dengan pacar lo itu." Kaisha terkekeh pelan.

"Iya-iya. Cukup gue aja yang suka, lo jangan." Daisy mencebikkan bibirnya.

Sejak awal, Daisy punya insting yang mengatakan bahwa Adrian bukanlah seorang lelaki yang setia, beberapa kali Daisy juga sempat memberitahukan hal itu kepada Kaisha, namun gadis itu selalu tidak mempercayainya, alhasil Daisy dibuat lelah sendiri.

***

Kaisha terbangun di tengah malam saat merasakan tenggorokannya kering. Gadis itu bangun dari tidurnya lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar menuju ke dapur sambil menggunakan ponselnya sebagai penerangan. Ia sempat melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam.

Kaisha menghentikan langkahnya tepat di depan kamar adik kembarnya. Gadis itu memutar tubuhnya lalu membuka pintu kamar si kembar. Setelah itu, ia melangkahkan kakinya masuk untuk memeriksa keadaan adik-adiknya.

Kaisha berjalan ke arah kasur Astera untuk memperbaiki letak selimut adik gadisnya itu. Setelahnya, ia memutar tubuhnya lalu berjalan ke arah kasur Alder, mematikan lampu adik lelakinya.

Satu kebiasaan Alder adalah selalu lupa untuk mematikan lampu di atas nakasnya, sedangkan Astera selalu menendang-nendang selimutnya ketika tidur membuat Kaisha hampir setiap malam harus memeriksa keadaan si kembar.

Setelah selesai, Kaisha melangkahkan kakinya keluar lalu berjalan menuju ke dapur.

Kaisha membuka pintu kulkas lalu meneguk air minum langsung dari botolnya. Padahal Damian sudah seringkali mengingatinya agar menuangkan air ke dalam gelas terlebih dahulu sebelum diminun. Namun Kaisha terlihat tidak terlalu peduli akan ucapan ayahnya.

"Ekhem!" seseorang berdehem dengan cukup keras membuat Kaisha yang sedang minum langsung tersedak.

Damian merebut botol yang berada di tangan Kaisha lalu menuangkan airnya ke dalam gelas. Setelah itu, ia langsung memberikan gelas tersebut kepada Kaisha membuat gadis itu langsung menyengir.

"Tadi Kaisha lupa, Dad."

"Alesan. Kamu emang selalu gitu 'kan? Enggak pernah mau dengerin Daddy." Kaisha terkekeh menanggapi. Gadis itu lantas meneguk air yang diberikan oleh ayahnya hingga habis.

"Makasih, Dad. Kaisha naik tidur dulu." Kaisha mengecup pipi ayahnya lalu berlari menuju kamarnya.

Damian tersenyum samar. Setelahnya ia lalu berjalan menuju ke ruang tengah untuk menghubungi seseorang.

"Halo? Kamu belum tidur?"

"..."

"Iya-iya, senin aku udah masuk."

"..."

"Iya, mending sekarang kamu tidur. Udah malem."

"..."

"See you too."

Tanpa Damian sadari, si sulung Leonardo mendengar semua percakapannya.

Kaisha mengepalnya tangannya hingga buku jarinya memutih. Ia tadinya kembali ke dapur untuk mengambil ponselnya yang ia simpan di atas meja, namun saat mendengar suara samar ayahnya di ruang tengah, Kaisha memilih untuk pergi memberitahu ayahnya agar segera tidur.

Surrender✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang