12| Ketika takdir berkata demikian

9.9K 374 2
                                    

"Aku tau semua itu emang salah aku, tapi aku enggak mau kita cerai," ujar Damian penuh penegasan.

"Terserah kamu, Dam. Aku bakalan ngirim surat gugatan cerai ke kamu secepatnya." setelah itu, Alana langsung melangkah keluar dari rumah lalu memasuki mobilnya.

Damian langsung mengejar Alana namun sayang, mobilnya sudah melaju pergi meninggalkan Damian sendiri di rumah itu.

***

Alana mengemudi dengan air mata yang tak henti-hentinya lolos dari permukaan matanya.

Hatinya hancur dikhianati oleh suaminya sendiri. Sudah hampir dua puluh tahun usia pernikahan mereka berjalan, tetapi Damian dengan teganya menghancurkan semua itu. Damian dengan tega menghancurkan kepercayaan yang telah Alana berikan padanya.

Kaisha yang sedari tadi mengamati ibunya lantas menoleh ke luar jendela. Air matanya jatuh tanpa bisa ia cegah.

'Dasar perempuan jalang! Lo tunggu aja pembalasan gue setelah ini. Gue bakalan cabik-cabik tubuh lo make tangan gue sendiri.'

Kaisha membatin dengan tangan terkepal. Sedangkan Alana yang sedari tadi mengemudi tidak sadar jika di hadapannya sedang ada lampu merah.

Alhasil mobil yang mereka tumpangi ditabrak oleh sebuah truk hingga menabrak tiang jalan. Orang-orang yang berada di dalam mobil mengalami guncangan yang teramat dasyat, membuat darah segar keluar dari beberapa bagian tubuh.

Orang-orang yang berada di sana langsung membentuk kerumunan untuk membantu korban kecelakaan. Dikarenakan posisi Kaisha tidak terlalu sulit untuk digapai, alhasil mereka mengambil tubuh Kaisha keluar terlebih dahulu tanpa menyadari bahwa oli mobil ternyata bocor.

Setelah tubuh Kaisha diangkat keluar, percikan api yang tadinya sedikit langsung berkobar saat terkena oli dari mobil. Kobaran tersebut pun langsung melahap semua isi di dalam mobil. Orang-orang yang tadinya mendekat langsung berlari menjauh, menghindar dari terkenanya serpihan mobil.

Kaisha yang samar-samar melihat itu meneteskan air matanya. Tubuhnya mati rasa. Sedikit lagi mungkin jiwanya bisa saja meninggalkan tubuh yang malang itu.

***

Ponsel Damian bergetar. Pria itu mengernyit saat melihat nomor yang tidak dikenali tertera di layar ponselnya. Damian menggeser tombol hijau lalu menempelkan ponselnya di telinga.

Selang beberapa detik, pupilnya melebar. Damian segera mematikan ponselnya lalu bergegas menuju rumah sakit tempat Kaisha dilarikan.

Pikiran Damian kembali kacau. Memori tentang keluarganya terngiang-ngiang di benaknya.

Tanpa sadar, air mata Damian menetes. "Maafin kesalahan aku, Na. Aku tau kalo kesalahan aku udah fatal banget," lirih pria itu.

Setelah tiba, Damian langsung turun dari mobilnya lalu bergegas masuk ke dalam. Namun Damian tidak sengaja berpapasan dengan beberapa mobil ambulan. Alhasil perhatian Damian teralihkan sejenak. Damian memperhatikan para korban yang dikeluarkan dari mobil tersebut.

Hati Damian remuk. Mendadak, tubuh pria itu jatuh berlutut. Ia jelas mengenali ketiga tubuh tadi. Istri dan kedua anak kembarnya. Damian kembali berdiri untuk mengejar para korban yang dilarikan.

Namun mereka sudah hilang dari jangkauan. Damian langsung menahan seorang suster yang kebetulan lewat di sampingnya. "Suster, kalo boleh tau yang lewat tadi itu korban apa, ya?"

"Yang tadi, Pak? Oh, yang tadi itu korban keluarga yang tewas saat kecelakaan di persimpangan jalan, Pak. Tapi syukurlah, masih ada satu keluarga yang selamat dan sekarang sedang ditangani sama dokter di ruangan ICU." tubuh Damian langsung mematung.

Surrender✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang