36| Kebencian Rania

7.9K 309 6
                                    

Ardan akhirnya tiba di rumahnya. Suasana hatinya saat ini benar-benar buruk disebabkan oleh perkataan Gio saat di sekolah tadi.

Saat memasuki rumahnya, ibu Ardan menyambut kedatangannya, namun Ardan tetap saja cuek. Sudah beberapa hari semenjak Ardan mengabaikan ibunya. Pria itu kesal terhadap ibunya sendiri karena telah merusak kebahagiaan Kaisha sekaligus wanita yang membuat Ardan jatuh cinta sejak pandangan pertama.

Ardan sadar betul bahwa perbuataannya saat ini memang salah karena telah mengabaikan ibu kandungnya sendiri, tapi kesal itu selalu saja menghampiri Ardan ketika melihat ibunya. Jadi mau tidak mau, Ardan mengabaikannya.

Andai ibunya menikahi pria lain, hidup Kaisha tentu tidak akan seberantakan ini, dan Ardan juga pasti masih bisa berteman dekat dengan Kaisha.

"Abi, sampai kapan Abi mau cuekin Mama kayak gini?" langkah Ardan mendadak terhenti. Pria itu kemudian menoleh terhadap Rania dengan senyum tipis di bibirnya.

"Aku enggak cuekin Mama."

"Bohong. Mama yang lahirin kamu, jadi Mama tau persis sifat kamu. Kenapa? Apa karna Kaisha, kamu jadi cuek kayak gini sama Mama? Inget Bi, dia udah hina Mama, yaitu mama kamu sendiri!"

"Semua ini enggak ada hubungannya dengan Kaisha sama sekali, jadi enggak usah sangkut pautin dia. Dan Mama enggak perlu nyalahin orang lain, karna yang salah di sini adalah Mama."

"Maksud kamu apa?! Kamu mau nyalahin Ma-"

"Iya, andai aja Mama enggak ngerusak atau bahkan mengusik kehidupan Kaisha, Mama enggak bakalan dapet hinaan seperti sekarang."

"Jadi kamu bela anak itu?!"

"Abi enggak bela Kaisha. Faktanya, emang Mama yang salah di sini! Jadi berhenti nyalahin orang lain dan introspeksi diri Mama sendiri!" setelah itu, Ardan langsung pergi meninggalkan ibunya yang mematung atas perkataannya.

Setelah kepergian Ardan, Rania langsung tertunduk lalu menangis. Ini adalah kali pertamanya Ardan berbicara dengan suara tinggi terhadapnya. Dan ini semua disebabkan oleh Kaisha.

Kebencian Rania terhadap Kaisha pun makin bertambah. Rania benar-benar membenci anak itu. Andai saja Rania mampu untuk menyuruh Damian mengusir Kaisha, Rania pasti sudah lama melakukan itu. Namun posisinya saat ini masih terlalu lemah di dalam kehidupan Damian. Ditambah lagi, Damian itu bucin akut terhadap anak gadisnya itu.

Namun Rania sudah berjanji terhadap dirinya sendiri, setelah anak yang ada di dalam kandungannya ini lahir, Rania akan menyuruh Damian untuk mengusir Kaisha. Dan jika Damian tidak mau, Rania akan mengancam untuk membawa anak mereka pergi jauh dari Damian dan tidak akan muncul lagi untuk selama-lamanya.

Memikirkannya sudah membuat Rania bersorak gembira. Ya, anak itu memang perlu diberi pelajaran karena telah berani menghina Rania.

Awalnya, Rania tidak pernah berpikir untuk membenci Kaisha, ia bahkan siap untuk menerima Kaisha di dalam hidupnya. Namun setelah mendapat penghinaan besar sewaktu Rania datang ke rumahnya tempo hari, Rania memilih untuk menyimpan dendam dan berpura-pura menyukai Kaisha di hadapan suaminya.

Rania mengepalkan tangannya, "Benar-benar anak enggak guna."

***

Kaisha masih belum pernah keluar dari kamarnya sejak tadi malam. Dokter keluarga pribadi Damian juga baru saja pulang setelah memeriksa kondiri kesehatan Kaisha dan untung saja, Kaisha cuma mengalami demam biasa.

Saat ini, semua anggota keluarga Kaisha sedang berkumpul di kamar gadis itu, mereka benar-benar mengkhawatirkan kondisi Kaisha saat ini yang gampang sekali drop sejak kematian Alana.

Surrender✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang