28| Perang dingin dan adu mulut

7.8K 261 1
                                    

Setelah kepergian Ardan, barulah Kaisha turun ke bawah. Kaisha juga kebetulan baru selesai mandi. Gadis itu mengenakan baju hitam kebesaran yang menutupi setengah pahanya dan dipadukan dengan celana pendek motif batman sebatas lutut.

"Tuh cowo sinting udah pulang?" mendengar suara Kaisha, Gio menoleh ke arah sumber suara lalu mengangguk. Namun baru sedetik ia mengalihkan tatapannya dari Kaisha, ia spontan kembali menoleh saat melihat celana yang dikenakan Kaisha. Gio melotot.

"Lo kok make celana cowo?!" Kaisha langsung melihat celananya lalu kembali mendongak.

"Oh ini, punya adek gue. Kebawa di tas, jadi gue pake." Gio menggelengkan pelan.

"Ganti." Kaisha menggeleng lalu mendudukkan bokongnya di sofa yang berada di depan Gio. Gio sendiri masih setia menatap Kaisha dengan wajah datar. Kaisha meraih remot televisi lalu memindahkan siaran berkali-kali.

Saat merasa bosan, Kaisha beranjak dari duduknya lalu menuju dapur. Gio masih setia menatap kepergian gadis itu dengan kening berkerut.

Saat tiba di dapur, Kaisha langsung membuka kulkas. Namun ia tidak menemukan apa-apa di sana. Gadis itu cemberut lalu kembali ke ruang tengah seraya mengusap perutnya yang rata.

"Gio, gue laper." Gio menghela napas lalu mematikan ponselnya.

Pria itu berdiri. "Yaudah, ayo keluar cari makan." Kaisha langsung mengangguk antusias.

"Tapi celana lo, ganti dulu."

***

Tibalah mereka di sebuah restoran. Setelah memesan makanan, Kaisha langsung menopang dagunya di atas meja dengan raut wajah antusias seraya menunggu kedatangan pesanannya. Gio yang melihat itu diam-diam tersenyum geli.

Setelah makanan tiba di hadapannya, Kaisha pun langsung melahap makanannya dengan rakus. Gio yang melihat itu tidak merasa ilfeel, melainkan merasa bahwa Kaisha itu adalah gadis yang lucu.

"Pelan-pelan," tegur Gio.

"Enggak bisa, gue laper."

Setelah mereka selesai makan, Gio pun membayar makanan mereka lalu mengajak Kaisha untuk singgah di minimarket.

Saat tiba di minimarket, mata Kaisha langsung dipenuhi oleh binar. Gadis itu tanpa basa-basi langsung memilih banyak camilan untuk dibeli.

Setelah selesai berbelanja untuknya, Kaisha mengeluarkan uang dari saku celananya lalu membayar belanjaannya. Sedangkan Gio, masih berada di rak belakang mencari sesuatu. Kaisha yang bosan menunggu pun memilih untuk menghampiri Gio.

Melihat kantong plastik yang dibawa Kaisha, Gio mengernyit. "Siapa yang bayarin?"

"Gue."

Gio berdecak sebal. "Kenapa lo yang bayar? Kan gue yang ngajak, jadi gue yang harus bayarin."

"Kan tadi lo juga udah bayarin makanan gue di restoran, jadi gapapa gue yang bayar. Lagian gue juga enggak miskin-miskin amat kok." Gio mengambil dompetnya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang merah, setelah itu ia berikan pada Kaisha.

"Beli apa lagi yang lo mau." Kaisha menggeleng lalu mengangkat kantongnya.

"Ini udah cukup. Lagian gue juga punya uang kali, kalo mau beli sesuatu." Gio langsung menyentil dahi Kaisha membuat gadis itu meringis.

"Apa sih Gio?!" Gio mengabaikan Kaisha lalu kembali mencari sesuatu untuk mereka makan sehari-hari.

***

Setelah tiba di rumah, Kaisha langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa. Sedangkan Gio melangkah menuju dapur untuk menaruh belanjaannya. Setelah selesai, Gio kembali ke ruang tengah lalu mendapati Kaisha yang tertidur.

Surrender✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang