44| ToD membawa sial

6.7K 241 0
                                    

"Udah gue duga, lo pasti diem-diem beli es krim lagi," ujar Gio setelah membuka pintu kulkas menggunakan tangannya yang bebas.

Kaisha yang masih terkejut hanya bisa mematung. Perbedaan tinggi mereka yang teramat kontras membuat Kaisha harus mendongak. Tinggi gadis itu bahkan hanya mencapai sebatas dada Gio.

Namun sedetik kemudian setelah sadar, ia langsung mendorong tubuh Gio dengan kuat agar segera menjauh darinya. Lalu diam-diam menutup pintu kulkas menggunakan kakinya.

"Lo mau ambil kesempatan ya meluk-meluk gue?!" tuduh Kaisha seraya menyilangkan tangannya di depan dada.

Gio yang dituduh tidak baik lantas menatap Kaisha dengan tatapan datar. "Lo pikir gue cowo cabul? Lagian gue kalo mau meluk orang milih-milih juga kali. Mana mau gue sama cewe kurus."

Kaisha terdiam sejenak lalu menurunkan tangannya. "Iya juga sih." namun sedetik kemudian, saat sadar arti dari perkataan Gio, Kaisha langsung melotot kesal.

"Lo ngatain gue kurus gitu?!"

"Gausah ganti topik." Gio kembali membuka pintu kulkas lalu mengeluarkan semua es krim yang baru saja dibeli oleh gadis, kemudian menghitungnya. Setelah itu, ia memasukkannya kembali ke dalam kulkas.

"Gue udah itung semuanya, awas aja kalo gue dateng, es krimnya berkurang satu. Bakalan gue peluk beneran lo," ancam Gio. Sedangkan Kaisha yang mendengar perkataan Gio langsung tertawa.

"Lo pikir gue takut?"

Mendengar perkataan Kaisha yang cukup berani, Gio tiba-tiba mengurung gadis itu menggunakan tangannya yang bertumpu pada kulkas. Gio kemudian mendekatkan wajahnya ke samping telinga Kaisha membuat gadis itu panas dingin. "Lo pikir gue enggak berani? Bahkan lebih dari sebuah pelukan gue juga bisa," bisik Gio dengan nada sensual.

Kaisha yang merasa pipinya sudah memerah langsung mendorong tubuh Gio dengan kuat. "Dasar cowo mesum!"

Sementara itu, di bawah, Daisy yang merasa penasaran terhadap Ardan lantas menatap pria itu dengan serius.

Sedangkan Ardan yang sedang menonton, langsung menoleh saat sadar seseorang menatapnya dengan intens.

"Kenapa?" tanya Ardan kebingungan.

"Gue mau nanya dikit, boleh?" Ardan menanggapi pertanyaan Daisy dengan anggukan kecil.

"Lo kenal Kaisha dari mana? Maksud gue, kok lo bisa deket sama Kaisha?"

"Kenapa emangnya? Enggak boleh ya?"

"Dih, kenapa enggak boleh? Justru gue orang yang ngerasa paling seneng kalo ada yang deket sama Kaisha selain gue. Maksud gue tadi, gue cuma enggak nyangka aja gitu, kok lo bisa deketin dia padahal Kaisha itu orangnya ngeselin, terus galak juga lho, gitu."

Ardan ber'oh' ria. Sedikit iri dengan persahabatan mereka. Daisy benar-benar seorang sahabat yang baik, tulus, dan setia. Sekarang ia mengerti, mengapa Kaisha merasa amat terpukul ditinggal oleh Daisy.

Diam-diam Ardan berharap semoga suatu saat nanti, dia akan mempunyai seorang pacar yang peduli terhadapnya, seperti Daisy.

Ardan kemudian memutar tubuhnya agar bisa berhadapan langsung dengan Daisy. "Gue bisa deket sama Kaisha, gara-gara waktu itu dia yang anter gue pertama kalinya keliling di sekitar sekolah, karna gue murid pindahan. Awalnya Kaisha emang galak sama gue, tapi lama-kelamaan, gue sadar kalo dia itu ternyata baik dan ya, kami pun jadi temen dekat." Ardan tersenyum, menampilkan kedua lesung pipinya.

"Hell! Gue tau kenapa Kaisha bisa suka sama lo."

"Karna lesung pipi gue 'kan?"

"Bingo. Kaisha itu bener-bener maniak sama orang yang punya lesung pipi. Termasuk ke gue." Daisy ikut menampilkan lesung pipinya.

Surrender✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang