42| Ardana Kavin Abiputra

7.9K 282 3
                                    

Pupil Kaisha langsung melebar, mulutnya juga terbuka. Gadis itu terdiam sejenak sebelum akhirnya langsung berdiri lalu memeluk tubuh seseorang yang sedang berdiri di hadapannya itu.

"Lo ke mana aja sih?! Kenapa lo ninggalin gue?!" Kaisha marah, air matanya juga mengalir dengan sangat deras.

"Lo tau semenderita apa gue pas lo enggak ada?! Gue sendirian Ci! Cuma lo harapan gue satu-satunya waktu itu, tapi lo juga ikutan pergi."

Gadis itu Daisy. Ia tersenyum tipis lalu membalas pelukan Kaisha dengan erat. "Maafin gue ya Kai, gue tau kalo gue udah salah karna ninggalin lo di masa-masa sulit lo. Tapi waktu itu gue terpaksa harus ikut bokap sama nyokap gue," gumam gadis itu.

Kaisha menggeleng. "Enggak. Gue enggak mau maafin lo."

Daisy tertawa. "Gimana kalo seharian ini gue bawa lo jalan-jalan?" tawarnya.

Kaisha mendengkus sebal lalu terpaksa mengangguk. Ia pun melepaskan pelukannya, namun belum sedetik, ia kembali memeluk Daisy.

Kedua gadis itu tertawa.

***

Kini mereka sedang jalan-jalan mengelilingi kota menggunakan mobil Daisy. Kaisha sendiri merasa sangat senang sampai-sampai ia lupa bahwa ia harus pergi ke sekolah hari ini.

"Oh iya Ci, lo bakalan balik lagi ke sekolah kita 'kan?"

Daisy mengangguk. "Iya dong, masa gue harus ninggalin lo sendirian." Kaisha lantas mengacungkan jempolnya.

Namun entah mengapa, Daisy merasa ada yang tidak beres di sini. Ia pun mengamati Kaisha saat mobilnya berhenti di lampu merah.

"Kenapa?" tanya Kaisha lalu memasukkan kerupuk ke dalam mulutnya

"Lo ngerasa ada yang aneh gak sih?"

"Maksud lo?"

"Gatau juga sih, tapi gue ngerasa ada yang janggal."

"Lo jangan nakut-nakutin gue ya Ci."

"Lupain, mungkin cuma perasaan gue doang." Daisy mengedikkan bahunya dengan cuek lalu mulai melaju saat lampu jalan berubah warna.

Sementara di sisi lain, Gio dan Ardan justru sedang dilanda kekhawatiran karena Kaisha belum juga tiba di sekolah padahal sudah hampir pukul 8 siang.

"Lo bukannya deket sama Kaisha? Kenapa lo gatau dia ke sekolah atau enggak?" celutuk Ardan tiba-tiba seraya menghampiri Gio yang berada di atap sekolah.

Gio lantas menoleh. "Lo lupa, dia enggak punya hape buat ngabarin. Lagian gue belum sedeket itu."

"Belum? Kenapa belum? Bukannya selama ini lo selalu keluar sama dia?" sindir Ardan. Terselip nada kecemburuan di sana. Namun Gio memilih untuk tidak mempedulikannya.

Hening.

"Oh ya, kenapa lo enggak coba buat nelfon Om Damian? Siapa tau Kaisha masih enggak bisa ke sekolah?" saran Ardan.

Mendengar itu, Gio buru-buru langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi Damian. Tidak lama kemudian terdengar suara Damian di seberang sana.

"Halo?"

"Halo Om, ini Gio. Kaisha ada di rumah?"

"Kaisha? Dia udah pergi ke sekolah tadi pagi. Kenapa? Kaisha enggak ada di sekolah?" Gio yang tiba-tiba diberikan pertanyaan langsung merasa bingung antara ingin menjawab dengan jujur atau berbohong. Ardan yang melihat itu segera merebut ponsel Gio lalu berbicara dengan Damian.

"Halo Daddy, ini Abi."

"Oh Abi, Gio ke mana?"

"Gio kebelet pipis." terdengar suara kekehan dari Damian.

Surrender✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang