25| Adrian pamit pergi

7.9K 294 3
                                    

Air mata Kaisha kembali berlinang. Gadis itu menunduk lalu bergumam pelan, "Que enggak cukup mampu...,"

Gio dan Ardan terdiam.

Hening.

Setelah itu, Kaisha menghapus air matanya lalu berdiri. Gadis itu kemudian menepuk-nepuk bagian bajunya yang kotor lalu berjalan melewati kedua pria di hadapannya.

"Lo mau ke mana?" Ardan bertanya.

Kaisha menjawab tanpa menoleh, "Sekolah." namun sedetik kemudian, langkah gadis itu terhenti. Ia menoleh lalu menatap Gio dan Ardan secara bergantian, "Oh ya, anggep aja kalo kalian enggak pernah lihat sisi gue yang ini ... alias karakter Kaisha yang lemah." Kaisha memutar tubuhnya lalu kembali melangkah.

Ardan menatap punggung Kaisha tidak percaya. Bagaimana sikap Kaisha bisa berubah secepat itu? Padahal baru saja Ardan melihat sisi Kaisha yang baru, tapi sekarang ... gadis itu bahkan sudah terlihat biasa-biasa saja. Ardan benar-benar memuji sikap Kaisha saat ini

Gio membuyarkan lamunan Ardan dengan menepuk pundaknya, lalu mereka pun segera menyusul Kaisha.

Kaisha duduk di atas motor lalu menghidupkan mesinnya. Gadis itu menoleh lalu kemudian menyuruh Gio untuk duduk di belakangnya. Gio terdiam, Ardan justru membeo.

"Gio, ayo cepetan."

"Terus gue?" Ardan menunjuk dirinya.

"Lo 'kan punya motor, lagian gue lagi pengen boncengin orang lain sih selain elo."

"Cih, mau modus 'kan lo sama Gio?" Ardan mencibir.

"Gapapalah, daripada gue modusin lo yang tepos itu." Kaisha beralih menatap Gio, "Ayo Gi, cepetan!" Gio mengangguk lalu duduk di belakang Kaisha tanpa menggunakan helm.

Ardan masing mematung. Bagaimana bisa Kaisha menyebutnya tepos? Mentang-mentang tubuh Gio sedikit berotot, Kaisha dengan seenak jidat mengejek postur tubuhnya.

Kaisha menjulurkan lidahnya terhadap Ardan lalu melajukan motornya. Ardan yang melihat itu mencibir lalu menghidupkan motornya untuk mengejar motor Kaisha.

***

Setelah tiba di depan pintu gerbang sekolah yang tertutup, Kaisha memarkirkan motornya di luar lalu melangkah hendak menuju ke belakang sekolah.

Gio berkomentar. "Mau ke mana lo?"

Kaisha menoleh. "Masuk, emangnya lo bisa lewat depan gerbang depan?" Gio menggeleng lalu mengikuti langkah Kaisha, kemudian disusul oleh Ardan yang baru saja memarkirkan motornya di samping motor Kaisha.

Saat tiba di koridor, Gio langsung berbelok menuju kelasnya, Kaisha dan Ardan menoleh sebentar lalu kembali berjalan lurus ke depan, menuju kelas mereka.

Tiba-tiba Kaisha berpapasan dengan Adrian, mantan kekasihnya.

Kaisha membuang muka, Ardan masih setia menatap lurus ke depan, Adrian justru menatap Kaisha dengan sorot sendu. Ia kemudian berdiri di hadapan Kaisha, menghalangi jalan gadis itu.

Ardan meraih tangan Kaisha membuat langkah gadis itu terhenti lalu menatap lurus ke depan. Ardan melepaskan tangan Kaisha, lalu gadis itu mendongak, menatap Adrian yang beberapa senti lebih tinggi darinya, dengan wajah datar.

"Minggir." Kaisha berkata dingin.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu." Adrian berusaha meraih tangan Kaisha namun gadis itu justru menolak untuk melakukan kontak fisik dengannya.

"Sha, tolong ... aku mau ngomong sesuatu sama kamu." Kaisha menggeleng lalu menyentakkan tangan Adrian yang kembali hendak meraih tangannya.

"Lo itu bahkan enggak layak buat nyentuh gue, apalagi ngomong sama gue. Lo tau ... level kita udah beda. Lo itu sampah, sedangkan gue ... orang yang udah ngebuang lo. Lo ngerti 'kan maksud gue? Kalo lo masih enggak ngerti, gue bisa banget jelasin dengan senang hati." Kaisha tersenyum menghina.

Surrender✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang