31| Kebenaran

8.6K 337 10
                                    

"Sha, jaga mulut lo! Wanita yang lo sebut murahan ini adalah mama kandung gue!"

"Mama kandung lo, sekaligus wanita yang bikin hidup gue hancur."

"Lo pasti udah tau tentang ini udah lama 'kan? Dan lo sengaja bikin gue terlihat kayak orang bodoh yang enggak tau apa-apa!" Ardan tertunduk membuat Kaisha terkekeh garing.

"Jadi bener kata gue, lo emang sengaja bikin gue terlihat bodoh."

"Sha udah, ayo kita pulang." Damian meraih lengan Kaisha namun gadis itu justru menghempaskan tangan Damian dari lengannya.

"Daddy jangan ikut campur, justru semua ini adalah salah Daddy. Andai aja sejak awal Daddy enggak pernah berhubungan sama wanita pelacur ini, mommy Kaisha masih ada di sini!" Kaisha beralih menatap Rania yang masih menangis seenggukan.

"Air mata lo sama sekali enggak mempan. Lo udah terlanjur hancurin semuanya, Pelacur."

"Sha!"

"Apa?!" Kaisha balas membentak seraya menatap Ardan dengan tatapan penuh amarah.

"Dan lo ... mulai sekarang, lo enggak usah lagi sok peduli sama gue. Anggap aja hubungan pertemanan kita selama ini adalah sebuah kesalahan dan gue bener-bener menyesali semua itu. Dan juga, anggap aja kalo kita sama sekali enggak pernah dekat atau bahkan kenal. Kalo diinget-inget lagi, gue jadi jijik asal lo tau. Ternyata selama ini gue berteman sama anak dari wanita pelacur yang udah hancurin keluarga gue."

Hinaan Kaisha terhadap Rania berhasil menyulut amarah Ardan.

"Tutup mulut lo Sha, lo enggak berhak ngatain gue sama mama gue! Salahin mama lo yang enggak becus jaga suami!" Damian dan Rania kompak menatap Ardan dengan raut wajah terkejut. Sedangkan Ardan sendiri langsung mematung di tempat.

"Sha, gue enggak-"

"Lo bilang apa tadi?" Kaisha mendekat ke arah Ardan membuat pria itu sedikit mundur. Tatapan gadis itu terlihat penuh dengan amarah.

"Lo bilang mommy gue enggak becus jagain suami?" gadis itu terkekeh garing, "Jawab gue sialan!" Kaisha tiba-tiba mencekik leher Ardan membuat pria itu kesulitan untuk bernapas.

Sedangkan Rania yang hendak mendekat langsung urung saat Damian menarik lengannya lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. Damian sendiri bahkan panas dingin melihat tindakan Kaisha saat ini, dan yang Damian takutkan, Kaisha tiba-tiba akan menyerang Rania dan anak di kandungan Rania, mengingat Kaisha sekarang sedang marah besar.

Damian akui, Ardan terlalu berani. Damian saja bahkan tidak pernah menyinggung kesalahan mommy Kaisha sejak kematian istrinya itu.

Tatapan Kaisha masih sedalam jurang yang tidak ada akhirnya. Ardan bahkan sampai sedikit ketakutan. Pria itu semakin kesulitan untuk bernapas dikarenakan tenaga Kaisha yang cukup besar.

"Lep-lepasin gue Sha...," tatapan Kaisha masih kosong sedangkan cekikan di leher Ardan semakin menguat.

"Lo tadi bilang apa? Mommy gue enggak becus jagain suami? Apa gue enggak salah denger?" Kaisha menatap Ardan dengan nyalang. "Di sini, mama lo adalah pelakor! Apa perlu gue beliin kaca biar lo sama mama lo ngaca posisi kalian itu di mana?!" emosi Kaisha benar-benar berada di puncaknya.

"Justru ibu lo yang terlalu murahan, ibu lo udah merenggut kebahagiaan mommy gue satu-satunya, ibu lo juga udah bikin gue lupa sama yang namanya kebahagiaan, ibu lo juga udah bikin gue harus kehilangan banyak orang yang gue sayang, dan bikin gue ngerasain banyak penderitaan. Ibu lo itu bener-bener wanita ular yang enggak punya hati nurani. Ibu lo itu adalah sampah yang seharusnya dilenyapin. Dan suatu saat nanti ... gue sendiri yang bakal lenyapin dia." Ardan menegang. Kaisha melepaskan cekikannya lalu menonjok perut Ardan membuat pria itu meringis. Belum cukup sampai di situ, Kaisha kembali menendang tulang kering Ardan.

Surrender✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang