13| Luka yang masih tersemat

9.8K 344 14
                                    

Sudah beberapa bulan sejak kejadian mengenaskan itu, dan Kaisha juga sudah diizinkan pulang ke rumah dikarenakan kondisi tubuhnya yang semakin membaik.

Sewaktu Kaisha masih berada di rumah sakit kemarin, hanya Daisy yang rutin menjenguknya. Kata Daisy, Adrian dan Lili sibuk, sebab itu mereka sama sekali tidak datang. Walaupun Kaisha sendiri tidak yakin jika Adrian dan Lili benar-benar sibuk.

Sudah beberapa bulan juga semenjak Kaisha menginjakkan kaki kembali di rumah ini, namun gadis itu masih saja enggan keluar dari kamarnya. Yang Kaisha lakukan hanyalah terus melamun. Terkadang Kaisha bahkan berbicara seorang diri. Ia tidak mengizinkan siapa pun masuk ke dalam kamarnya, termasuk Damian sendiri.

Gadis itu tidak menangis, tapi siapa pun akan tau bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Bayangkan saja, ia ditinggalkan oleh tiga anggota keluarganya sekaligus.

Semua orang bisa sabar, namun hanya sebagian yang bisa ikhlas. Termasuk Kaisha saat ini. Jika ditanya apakah Kaisha sabar? Tentu Kaisha akan menjawab, iya. Namun jika ditanya apakah Kaisha ikhlas? Kaisha mungkin tidak akan menjawab pertanyaan itu.

Lamunan Kaisha mendadak buyar saat seseorang mengetuk pintu kamarnya. Kaisha bangun dari kasurnya lalu berjalan untuk membuka pintu.

Wajah Kaisha mendadak datar saat melihat sang pelaku. Dendam Kaisha untuk ayahnya masih tersemat di lubuk hatinya.

"Sha, ayo kita turun makan. Kaisha pasti laper 'kan?" ujar Damian hendak menyentuh bahu Kaisha namun segera ditepis oleh gadis itu.

"Saya kenyang."

Hati Damian seolah tertusuk oleh sesuatu yang teramat tajam. Sejak kejadian itu, Kaisha semakin dingin terhadapnya. Kaisha bahkan sudah enggan memanggil Damian dengan sebutan 'Daddy'. Gadis itu benar-benar membencinya.

"Kalo gitu, Kaisha mau makan apa Sayang?" Kaisha menggeleng lalu menutup pintu kamarnya dengan gerakan cepat.

Kaisha makan hanya pada saat tengah malam di saat ia terbangun.

Damian yang berada di luar kamar kembali menghela napas frustrasi. Sifat Kaisha benar-benar sudah berubah drastis. Damian bahkan tidak yakin, jika Damian meninggal nanti, Kaisha akan datang untuk melihat jasadnya. Sekarang ini ... memandang Damian lama saja, Kaisha sudah tidak sudi, bagaimana Damian bisa memperbaiki hubungan mereka? Di saat Damian saja sudah tidak ada harganya lagi di mata Kaisha. Bagi Kaisha, mungkin sekarang Damian hanyalah seorang pengganggu di dalam hidupnya, tidak lebih dari itu.

"Sha, apa yang harus daddy lakuin supaya kamu mau ngomong lagi sama Daddy?"

"Mati!" teriak Kaisha di dalam sana. Selain dingin, Kaisha juga terkadang akan membentak serta mengutuk Damian.

Damian duduk bersandar di depan pintu kamar si sulung. Untuk saat ini, pasti sulit bagi Damian untuk memberitahukan sesuatu pada Kaisha. Jangankan mengobrol, mengeluarkan dua patah kata saja sudah cukup panjang bagi Kaisha ketika sedang bersama Damian. Dipikir-pikir, Damian akan memberitahu Kaisha suatu berita penting.

Ya, Damian akan menikah dengan sekretarisnya. Arania Dewi.

Sementara Kaisha kembali termenung di dalam kamarnya.

Tidak lama ponselnya berbunyi. Kaisha hanya melirik ponselnya sekilas lalu memalingkan wajahnya ke luar jendela. Daisy, gadis itu tidak pernah absen menghubungi Kaisha serta mengirimkan pesan padanya.

Sejak pulang ke rumah, Kaisha sudah tidak berkomunikasi dengan siapa pun termasuk Daisy. Gadis itu benar-benar mengasingkan dirinya. Setiap kali ada orang yang berkunjung, Kaisha akan mengunci pintunya lalu mematikan seluruh lampu kamarnya.

Surrender✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang