15| Kehadiran wanita itu

9.2K 352 14
                                    

Kini, Kaisha dan Gio sedang makan berdua di dalam kamar gadis itu.

Gio sesekali akan menggeleng pelan saat melihat kamar Kaisha yang berhamburan, mirip seperti kapal pecah.

"Cewe tapi kamar berantakan."

"Ck ... diem! Gausah protes." decak Kaisha lalu kembali menyuapi mulutnya sendiri.

Tanpa Kaisha sadari, gadis itu sebenarnya merasa nyaman dengan Gio. Bahkan Kaisha sempat melupakan masalahnya sejenak. Namun Kaisha sudah menyematkan di dalam hatinya, bahwa ia tidak boleh percaya terhadap mana-mana pun pria.

Hening.

"Oh ya, kapan-kapan lo juga harus bawa gue ke rumah lo," ujar Kaisha. Gio menatap Kaisha beberapa saat, hingga akhirnya ia pun mengangguk menyetujui.

***

Hari ini akan menjadi hari pertama Kaisha masuk ke sekolah setelah libur selama tiga bulan berturut-turut. Namun Kaisha kurang yakin, apakah ia bisa fokus di sekolah nantinya?

Kaisha menggeleng pelan lalu menyemprotkan parfum ke area tubuhnya. Setelah selesai, Kaisha langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya.

Tiba-tiba langkahnya mendadak terhenti saat melihat keberadaan seorang wanita di ambang pintu.

Kaisha kembali melangkah. Saat tiba di hadapan wanita itu, Kaisha menatapnya dengan alis yang hampir menyatu.

"Anda siapa?" wanita itu langsung menoleh.

"Eh, Kaisha? Kenalin, saya Arania Dewi." Arania mengulurkan tangannya, berniat untuk menjabat tangan Kaisha.

Namun Kaisha, gadis itu hanya menatap uluran tangan Rania tanpa berniat untuk membalasnya. Alhasil, Rania menarik tangannya kembali lalu tersenyum kikuk terhadap Kaisha.

Namun Kaisha menyadari sesuatu. Gadis itu menatap cincin yang tersemat di jari manis wanita itu dengan pandangan sulit. Perhatian Kaisha beralih ke pakaian yang sedang digunakan oleh Rania. Selang beberapa detik, Kaisha akhirnya sadar. Bersamaan dengan itu, Damian memasuki rumah seraya membawa koper di tangannya. Kaisha mengamati setelan rapi berwarna hitam yang dikenakan oleh ayahnya.

Gadis itu lalu beralih menatap Rania dengan raut wajah penuh amarah. Tidak lama kemudian, sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi wanita itu.

"Kaisha!!" bentak Damian lalu segera membawa tubuh Rania ke belakang tubuh tegapnya.

"Siapa yang ngajarin kamu bersikap enggak sopan kayak gini?!" Kaisha masih belum mengalihkan pandangannya dari Rania.

"Sha, dengerin Daddy. Wanita ini adalah istri Daddy, ibu kamu. Kaisha harus bersikap sopan sama dia!" Kaisha langsung menatap Damian dengan raut wajah penuh amarah.

"Heh brengsek! Mommy saya cuman Alana asal Anda tau!"

Kaisha kembali menatap Rania lalu mengacungkan jadi telunjuknya terhadap wanita itu. "Heh pelacur! Pelet apa yang udah lo kasih ke daddy gue hah?! Sampe dia enggak bisa bedain mana berlian mana kerikil macem lo!"

"Kaisha!"

"Apa?!" balas Kaisha membentak.

"Kaisha sama sekali enggak bakal ngizinin kalo jalang ini harus menetap di sini, apalagi sampai tinggal di kamar tempat mommy saya! Saya sama sekali enggak sudi!!" teriak Kaisha lantang lalu meludah di sampingnya.

"Sha, wanita ini punya nama!"

"Apa peduli Kaisha?!" tidak lama, Kaisha lantas meraih rambut panjang Rania lalu menariknya kuat. Damian yang melihat itu dengan segera menyingkirkan tangan Kaisha dari rambut istrinya. Namun tenaga Kaisha bukan main. Damian saja bahkan kerepotan saat tangan Kaisha beberapa kali mengenai wajahnya.

Surrender✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang