*Aska
Aku melihat kaira yang keluar kamar, bau vanila masuk ke Indra penciumanku, pasti dia baru saja mandi tetapi ini masih siang.
"Kamu mandi lagi kaira, bukannya tadi pagi udah mandi? AC-nya kurang dingin?" Aku terheran-heran pastinya.
"Emm. tadi itu..tembus.vjadi mandi lagi."
"Oh...perutnya masih sakit?"
Kekhawatiran ini membuat ku semakin merasa tidak enak sama pak aska. aku semakin dilanda serba salah, aku GK tahu diri banget memang.
"Udah gak kok pak, awal hari aja."
"Ohh."
"Bapak mau makan siang?"
"Nanti saja. tolong bantu saya berjalan."
"Biasanya juga sendiri."
"Saya mau coba gak pakai tongkat."
"Hah! Jangan macem-macem deh pak, nanti malah tambah parah gimana, sabar dong pak, semua juga butuh protes ehhh proses maksudnya hehehe"
Aku tersenyum mendengar ocehan kaira, apakah dia mengkhawatirkan aku?..jangan gr dulu aska. "Saya merasa lebih baik kaira."
"Pak! jangan dipaksa kalau masih sakit."
"Saya serius!"
Aku menarik nafas panjang, dasar duren keras kepala..eh kok duren? Dukam aja deh..duda kampret
"Pak beneran deh, nanti kalau kenapa-kenapa gimana."
"Kamu mau bantu saya tidak?!"
"Ya iya mau, ihh.. ngeyel banget sih." lanjut gumam ku
"Saya dengar kaira."
"Bodo!"
Aku mendekati pak aska yang masih duduk. dirinya sudah meletakkan tongkat ke arah samping. aku meraih tangannya agar berdiri tanpa tongkat tetapi dengan tanganku. pak Aska begitu erat memegangi tanganku.
"Pak Aska berat banget sih?" Gerutu ku.
"Sembarangan!"
Aku mencoba kembali, sampai pak Aska sudah berdiri.
Aku mencoba kaki satunya untuk menopang tubuh ku sendiri, sakit rasanya tetapi tidak sesakit waktu pertama kalinya latihan berjalan. aku memegangi pundak kaira dengan erat.
"Pelan-pelan pak."
"Iya, gak mungkin kan saya lari."
"Ya kan saya cuma bilang, bapakan keras kepala."
"Memang kepala kamu gak keras."
"Gak gitu konsepnya Jamal."
"Jamal-jamal ganteng gini panggil Jamal..panggil sayang atau honey gitu." Aku menarik turunkan alisku menggoda kaira.
"Saya lepas nih." Ancamku
"Iya-iya gak lagi"
Aku dengan pak Aska kembali fokus ke tujuan awal. sedikit demi sedikit pak aska bisa berjalan lumayan jauh walaupun langkahnya masih pendek. tetapi tidak apa ada kemajuan setidaknya.
"Akhh." Pekikku ketika kaira melepaskan tangannya membuat kakiku secara spontan mengenai lantai. aku menahan rasa sakitku. tetapi ketika kmu membuka mataku. wajah kaira begitu dekat bahkan aku tidak bisa merasakan nafasnya, pasti kaira menahannya.
Aku menatap mata bolanya dalam-dalam dan menyingkirkan helai demi helai rambut lurus kaira.
"Nafas kaira, jangan ditahan." ucapku dengan lirih, aku mencoba untuk menahan tawaku. aku bisa melihat kaira yang pipinya sudah seperti kepiting rebus. dia mencoba bangkit tetapi aku kembali menahannya. aku bisa melihat mata mulanya melotot ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Kampret
Teen FictionPerjalanan yang jauh dengan tidak adanya tujuan itulah yang dilakukan dan dirasakan oleh gadis yang mempunyai nama kaira Amelia. Dia terus saja berjalan entah mau kemana. Untung saja ada orang yang memanggilnya untuk menjaga cucunya secara mendadak...