32

693 32 0
                                    

"Papaaaaa.." Teriak Gabriel dari arah luar yang memang sudah pulang dari sekolah PAUD nya.

"Papa belum pulang sayang." Kata kaira.

"Mama?"

"Iya?"

"Gabriel mau kasih hadiah ke papa."

"Mama enggak dikasih? Sama adeknya juga enggak?" Ya, kaira sudah mengandung dipernikahannya dengan pak Aska. Kehamilan untuk pertama kalinya bagi kaira, kini kandungan itu sudah berumur 6 bulan, dan berat badannya juga sudah bertambah banyak.

Waktu itu memang, mereka memutuskan untuk menunda kehamilan kaira, dengan alasan fokus ke Gabriel yang masih butuh perhatian banyak dari orang tuanya, dan pak Aska tidak mempermasalahkan itu, itu bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan baginya.

Lagi pula, pak Aska juga setuju, biar Gabriel juga semakin dekat dengan kaira yang dia anggap ibu kandungnya, untuk itu biarlah Gabriel tahu di usianya yang memang sudah pas untuk tahu mengenai hal itu.

"Gabriel kasih tahu mama sekarang aja ya? Tapi jangan kaget, kasian adek."

"Iya-iya apa, Gabriel mau kasih hadiah apa?"

Gabriel membuka resleting tas yang sudah di biarkan dilantai yang sebelumnya dia sampirkan dipundaknya.

"Tadaaaaaa...." Tangan Gabriel mengudara keduanya dengan piala diatasnya. Gabriel menang juara 1 lomba mewarnai untuk tingkat kabupaten.

Dari beberapa hari yang lalu memang Gabriel sudah sangat belajar mewarnai, semua buku dia warnai dengan serius. Ditambah masa kecilnya yang suka mewarna dan menggambar.

"Wahhhh, anak mama pinter banget ini." Kaira tak henti-hentinya menciumi wajah Gabriel. Ya, dia bangga dengan anak sambungnya yang sudah sangat dia cintai dan dia anggap seperti anaknya sendiri.

"Ya udah, mau ke kantor papa aja?" Tawar kaira.

"Mau."

"Kalau gitu Gabriel, siap-siap, mandi dulu ya, mau mama mandiin?"

"Gabriel bisa sendiri mama." Ya, semenjak kaira mengandung, Gabriel seolah-olah sudah bisa melakukan hal itu semua. Dirinya sangat sayang ke kaira dan adiknya itu.

"Mama tunggu dibawah ya."

"Siapp."

_____

Tok tok tok

"Masuk." Pak Aska menutup map yang tengah ia baca untuk melihat siapa yang datang keruangnnya.

"Papaaaaa.." Teriakkan itu membuat aska tersenyum. Lantas dirinya berdiri untuk menyambut anaknya.

"Aduh, anak papa." Aska mencium pipi Gabriel. Dirinya diam, walaupun sudah tahu dengan apa yang anaknya bawa itu. "Apa yang membuat anak papa kesini?"

Wajah Gabriel begitu senang. Dirinya dengan ceria menunjukkan piala yang dia bawa, sendari tadi piala itu dia peluk dengan kasih sayang.

"Anak papa pinter banget sih? Juara berapa?"

"Satu dong."

"Papa bangga sama kamu, nak."

Kaira yang melihat itu semua tersenyum bahagia.

"Gabriel duduk di sofa ya."

Gabriel menurut, anak itu langsung ke sofa yang disampingnya terdapat cendela besar, dirinya sangat suka berada disana, untuk melihat kendaraan berlalu lalang. Apa lagi jika ada kereta api lewat, dirinya sangat suka itu.

"Kamu gak mau apa-apa sayang?"

"Mama tadi pengen belut, pa." Sahut Gabriel.

"Oh ya?" Gabriel mengangguk. "Terus gak beli? Kenapa gak beli dulu?" Aska mengelus-elus perut kaira yang besar. Membawanya untuk duduk di sofa.

Duda KampretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang