18

1K 64 1
                                    

"Bapak ngapain sih?!" Aku sudah kesal melihat pak Aska yang berdiri di samping kulkas yang dia sandari, Entah sudah berapa lama, dan memang untuk apa coba dia berdiri disana tidak ngapa-ngapain.

Aku saat ini memang berada didapur memasak, coba-coba sebenarnya dengan melihat video diponsel.

"Gak ngapa-ngapain."

"Ya kalau gak ngapa-ngapain pergi jangan disini pak."

"Rumah-rumah siapa?"

"Ya rumah bapak."

"Jadi terserah saya Dong."

"Mending bapak duduk dimeja makan, ini masak kan hambir selesai nanti pak Aska cobain."

"Oke." pak Aska langsung pergi begitu saja ke arah meja makan

Dasar!

"Cobain pak." Ucapku seraya meletakkan piring didepan pak Aska.

Pak Aska mengambil sendok dan mencicipinya.

"Kamu belum pernah masak ini?"

"Belum."

"Em..untuk pemula enak sih, masih bisa dimakan. Bagus."

Aku tersenyum mendengar nya, untuk masakan pertama tetapi hasilnya cukup bagus lah. aku duduk berhadapan dengan pak Aska laku aku mengikuti untuk makan.

"Ehmm...pak."

"Hmm." Pak Aska yang sibuk dengan makannya.

"Nanti...saya...mau pulang kerumah pak. izin ya?"

"Mau ngapain?"

"Bunda sakit katanya rindu sama saya, tapi....saya gak hanya pulang kampung pak, saya mengundurkan diri ya?" Aku mendapatkan pelototan tajam dari pak Aska tetapi sebisa mungkin aku tetap dalam posisku.

"Emm...kan bapak juga mau rujuk sama mbak vinis, pasti juga mbak vinis gak akan mengulangi kesalahannya yang kedua kalinya, dan pasti juga saya tidak diperlukan disini lagi, saya juga sudah menerima lamaran dari desa, saya menerima pak." Jelas saja kalimat terakhir itu hanya alasanku saja agar pak Aska mengizinkan aku pulang, siapa tahu berhasil. Aku bisa melihat pak Aska yang tengah menatapku tajam hanya dengan lirikkanku, aku menunduk tidak berani melihat wajahnya.

Brakkk

Huaaaaaa aaaaaaaaaa

Tangis gabriel pecah, Aku segera berlari ke arah kamar dengan pak Aska yang ada dibelakangku.

Ternyata Gabriel hanya mimpi buruk buktinya dia menangis dengan mata yang terpejam. Aku mengelus-elus rambutnya pelan sampai Gabriel kembali diam.

Disaat Gabriel sudah diam pak Aska menarik ku ke arah ruang tengah dengan genggaman tangannya yang begitu kuat.

"Pak bapak apa-apa an sih."

"Kita lanjutkan pembicaraan tadi!"

"Kenapa bapak ngizinin saya?"

"Maka dari itu ini harus dibicarakan."

Aku menatap pak Aska malas.

"Tadi kamu bilang apa?"

"Jadi bapak gak dengerin saya?"

"Denger!" Jawabnya dalam hati.

"Gak!"

"Saya hari ini mau izin pulang,"

"Terus?"

"Saya ngundurin diri jadi pengurus anak bapak."

Duda KampretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang