10

1.4K 80 0
                                    

"Kaira"

Aku membeku di tempat, Aku sudah mengenal suara itu, Dan sangat tidak mungkin orang lain berada didalam rumah ini.

Bagaimana jika pak Aska mendengar semuanya,bukan bagaimana-bagaimana hanya saja, Aku sedikit terkejut.

Kalau difikir-fikir juga buat apa aku bersikap seperti, seperti aku membuat kesalahan, Padahal aku hanya bertelepon.

Aku membalikkan badan ku yang awalnya memunggungi pas Aska yang sudah berdiri.

"I.iya pak, Bapak ada perlu apa?" sekuat tenaga aku mencoba untuk setenang mungkin.

Pak Aska mendekat dengan tongkatnya dan duduk disamping aku, Aku membantunya untuk duduk. Pak Aska hanya tersenyum sedikit, ingat! Hanya sedikit, Bahkan hampir seperti tidak tersenyum.

Pak Aska menarik nafasnya panjang dan menghembuskan secara kasar.

Pak Aska menoleh ke arah aku, Aku hanya menaikkan sebelah alisku.

"Apa kamu akan terima dia?" Tanya pak Aska to the point

"Dia?" Beo ku.

"Waktu ditelepon."

"Bapak denger?"

"Gak sengaja."

"Dasar nguping." Aku mencoba untuk mencairkan suasana.

"Jawab!"

aku tersentak kaget. "Emm..gak tahu juga pak..maybe."

"Maybe ya." Gumam pak Aska dengan menunduk. Entah lah mendengar jawab dari kaira aku merasa hidupku hancur walaupun kata-kata itu masih mungkin. Sangat meragukan tetapi aku hancur dengan kata mungkin. Apa aku harus menyerah? Ku rasa ini belum waktunya untukku menyerah.

"Terkadang saya sangat pengen melarang kamu ra..tetapi ya saya sadar, Saya bukan siapa-siapa kamu..kalaupun kamu terima dia saya juga gak memaksa, Saya terima dengan baik, Kamu jauh lebih tahu sifat dia kan, Mungkin dia jauh lebih baik dari saya, Kamu bisa menilainya sendiri, Saya tahu kamu akan memilih orang yang tepat."

"Pak."

"Hmm?" Alisku terangkat.

"Kalau semisal saya nyuruh pak Aska untuk berjuang.. Bapak mau?"

"Jelas saja saya mau.. Tapi kalau kamu sudah menerima dia ya buat apa saya berjuang? Percuma dong..Beda lagi kalau kamu memang menginginkan saya pasti saya mau berjuang agar dia tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih serius... Satu hal ya kaira, Kalau kamu memang tidak menyukai saya, Jangan buat saya lebih berharap ke kamu..saya gak mau saja pada akhirnya nanti saja sakit hati."

"Em..pak."

"Udah. jangan dibahas..tolong bikin saya kopi."

"Iya."

______

Setiap harinya setelah pak Aska pulang dari rumah sakit dengan diperolehkannya berjalan dengan tongkat, Pak Aska tidak henti-hentinya untuk melatih berjalan, aku tahu pasti pak Aska menginginkan segera untuk bisa berjalan kembali. Ya tetapi tetap saja jangan terlalu keras, Selepas itu hidup pak Aska hanya dibuat untuk berjalan dan kerja.

Seperti saat ini, Entah sudah berapa lama pak Aska berjalan hanya untuk lebih kuat berdiri.

"Udah kali pak, Jangan terlalu keras, Kalau keras-keras latihannya itu otot malah gak bisa menerima dengan baik."

"Saya sedang berusaha kaira."

"Ya tapi jangan terlalu keras pak udah, dari tadi juga, Bahkan pak aska juga melupakan anak sendiri ya kan."

"Udah duduk dulu pak, Makan, berjalan terus gak makan ya kaya apa."

"Iya-iya, Calon istri gini amat."

"Gak jelas banget."

"Kok gerah ya Ra?"

"Lama berjalan ya gitu."

Aku melihat pak aska ingin melepaskan kaos polosnya. wah gak beres ni orang.

"Pak!"

"Apa?!"

"Ya gak buka baju juga kali"

"Gerah."

"Ya tapi kan gak buka baju juga, Lagian kan ada saya disini, Gak Malu apa."

"Gak tuh."

Astaghfirullah

"Saya ambil kipas aja deh kalau gitu."

"Hmm."

Aku memang sering melihat Abang telanjang dada kalau dirumah, itapi kan itu Babah sendari dan sudah terbiasa juga, lhah ini siapa?

Aku mengambil kipas kecil yang bisa dibawa kemana-mana. jari jempolku menekan tombol on agar kipas berputar dan aku mulai mengipasi pak Aska yang sedang makan.

"Masih gerah pak?"

"Tidak."

"Emm..kaira."

"Iya pak?"

"Kalau saya meminta kamu untuk menolak dia, Apa kamu akan melakukannya?"

"Iya."

"Serius?" Aku bahagia mendengar jawaban kaira

"Iya..karena saya juga gak suka pak sama dia, Saya yakin bunda saya juga akan terima keputusan saya."

"Saya lega rasanya..apa saya masih bisa memperjuangkan kamu?"

"Gak tahu pak." Aku sebenarnya bingung sendiri harus bagaimana lagi, Kalau aku jawab iya aku takut pak Aska berharap lebih kepadaku tahu-tahu nya nanti endingnya diluar dugaan, Kalau aku jawab tidak aku takut menyakiti hati pak aska.

"Dari tadi gak tahu terus jawaban kamu"

"Yaudah saya ganti, saya gak mau."

"Gak mau?"

"Hmm."

"Yakin?"

"Iya."

"Yakin gak mau duren nih?"

"Dih.apasih, Gak jelas banget deh pak."

Aska menggeser duduknya agar lebih dekat ke kaira. kaira yang memang duduk di sofa tidak bisa berkutik.

"B.bapak jangan macam-macam ya."

"Memang nya saya mau ngapain?"

"Ya.ya..."

"Hmm"

"Pak jangan bercanda deh, Bapak mau ngapain!" Aska mendekatkan wajahnya ke kaira dengan senyuman smrik nya.

"Saya...saya mau kamu."

"Pak jangan macam-macam ya."

Sepertinya Aska sama sekali tidak menghiraukan ucapan kaira dan langsung mencium bibir kaira.

Kaira mencoba memberontak, memukul berkali-kali ke dada bidang Aska

....

....

Aku tidak habis pikir dengan jalan pikirnya pak Aska,aku sudah beberap kali memberontak tetapi pak Aska malah semakin menjadi

Ya Tuhan

Air mataku turun begitu saja,se umur-umur aku tidak pernah melakukannya.

"Pak.hiks"

"Maaf kaira..maaf."

"Bapak keterlaluan, Ini pelecehan namanya, Bapak pikir saya apa, Wanita murahan HAH!! Saya gak tahu ya sama jalan pikiran bapak hiks." Aku berlari ke dalam kamar mandi, bagaimana bisa kejadian seperti ini terjadi.

....

Bersambung

Vote
Komen
Follow ig: Vernia02

~02-Agustus-2021
See you next chapter

Duda KampretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang