30

667 37 0
                                    

*Kaira

Aku yang tengah duduk dimeja rias menoleh disaat ketukan pintu terdengar.

"Adek?"

"Kenapa, Bun?"

"Kebawah ya."

"Eh? Iya." Walaupun sebenarnya aku bingung, tetapi aku tetap mengiyakan.

"Bun, ada tamu?" Aku melihat bunda tengah membuat teh, dua pula, kalau Abang kan gak mungkin, Abang gak suka teh.

"Iya, tolong anterin ke depan ya?"

"Iya."

Aku membawa nampan dengan ditanya terdapat dua gelas teh hangat.

"Huaaaa.."

Lohh?

Aku berhenti melangkah, seperti aku mengenal suara tangisan itu. Tetapi tidak mungkin..

"Ayah, ini tehnya dan .. Pak Aska!" Kagetku, benar-benar kaget. Ngapain coba orang ini kesini?

"Dek, tolong ya, itu anaknya di emong, biar diem, kasian."

"Iya." Aku masuk kedalam. "Susunya pak?"

"Terimakasih, Ra." Aku mengangguk. Aku membawa Gabriel kedalam kamar, aku melihat bunda yang juga melihatku.

"Hati-hati dek, anak orang."

"Iyaa."

Aku kembali melanjutkan langkahku.

"Kita nonton cartoon yuk." Ajakku, aku membawa Gabriel keatas ranjang dan menonton cartoon kesukaan Gabriel yang memang sudah tayang. Aku juga memberikannya DOT susu yang sudah ia pegang dengan mata yang fokus dengan apa yang dia lihat.

Aku menggapit Gabriel ditengah-tengah kakiku, dengan aku bersandar di kepala ranjang dan Gabriel bersandar ke tubuhku, ya setelah melihat cartoon dan meminum susu Gabriel untungnya bisa diam, mungkin kelelahan dalam perjalanan dan kesal.

"Ini bunda bawain biskuit sama smoothies, bukan buat kamu ya dek."

"Iya-iya bunda."

"Tujuan pak Aska kesini apa ya?" Tanyaku dalam hati.

"Jemput aku kali ya? Takut aku ingkar janji kaya waktu itu?"

"Widihh, banyak makanan nihh."

"Apa sih bang, gue aja gak boleh makan sama bunda, ya walaupun nyolong dikit sih hehe."

"Itu boss Lo kan dek?"

"Iya, gak tahu deh kenapa tiba-tiba datang kesini."

"Lo gak ada yang disembunyikan kan?, Coba jujur."

Aku menghela nafas panjang. "Pak Aska itu boss lebih tepatnya bapaknya ini," aku menunjuk Gabriel dengan dagu. Tanganku sibuk mengelus-elus rambut milik Gabriel. "Sekaligus pacar gue bang, memang sih, beberapa kali pak Aska ngajak aku ke jenjang yang serius, nikah maksudnya. tapi aku tolak, aku gak mau buru-buru, aku belum siap, jadinya ya pacaran. Nah, aku pulang juga mau cerita tentang ini sebenarnya, gimana gitu."

Aku melihat Abang mengangguk.

"Gue tahu, gue tahu semuanya, dia udah cerita dari dia awal nikah sampai ketemu lo, dia datang kesini juga berniat yang Lo bilang tadi, Lo tinggal siapin jawaban dek."

"Gimana dong bang?"

"Kok tanya Abang sih?"

"Ya, bingung, takut juga."

"Dia baik, dia dewasa, dia mapan, apa lagi? Kalau Lo liat fisiknya, apa kurangnya?, Dan buang rasa takut Lo itu, Lo terlalu banyak nonton sinetron yang bisa mengubah pola pikir Lo jadi buruk-buruk tahu gak?"

Duda KampretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang