Sesampainya di Rumah, aku memberhentikan sepedaku, membuka gerbang lalu memasukkan sepeda ke dalam garasi.Tak lupa membuka sepatu sebelum memasuki Rumah, aku melihat sepasang sepatu kulit hitam mengkilat ada di rak sepatu.
Melihat sepatu itu saja membuat kebahagiaanku semakin bertambah, aku langsung bergegas memasuki Rumah, menemui sang pemilik sepatu yang tidak lain adalah Ayahku.
Ayahku, Andrea Firmansyah Alexander, adalah pemilik Perusahaan Abadi Nan Jaya Company yang bergerak di bidang industri ban kendaraan.
karena pekerjaan ia harus menetap di Jakarta untuk mengurus perusahaannya dan hanya kembali ke Medan sekali dalam tiga bulan, sudah jelas aku sangat merindukan Ayahku di setiap waktu kedatangannya.
"Ayah... Ayah..." panggilku sambil berjalan mencari Ayah.
Krek. suara pintu terbuka, tepatnya pintu kamar. Ayah dan ibu pun keluar dari kamar itu.
"Ben...!" seru Ayah memanggilku
Aku tersenyum pada Ayah, berjalan menghampirinya lalu memeluknya, ayah pun balas memelukku dengan erat
"Ayah kenapa kali ini ga ngabarin kalau mau pulang ?" tanyaku sambil melepaskan pelukanku.
"Ehm... iya biar suprise hehe," jawab Ayah, tampak seperti Ayah menyembunyikan sesuatu.
Aku melihat ibu, ibu memang tersenyum, tapi mata ibu yang sembab membuatku ragu. Mereka menyembunyikan sesuatu dibalik senyuman mereka.
"Yang benar yah ? kenapa ibu menangis ?" Aku memberikan pertanyaan bertubi-tubi.
Ayah menghela nafas, entah mengapa perasaanku mulai tidak enak.
"Ayo duduk dulu," ajak Ayah untuk duduk di sofa.
Kami pun duduk di sofa, Ayah berdiam diri sejenak, semoga tidak ada hal buruk yang terjadi.
"Ben... Ayah mau bilang, kalau kita akan segera berkemas," kata Ayah
"Berkemas ? Emangya kita mau kemana yah ?" tanyaku
"Kita akan pindah ke Bandung nak, kita tidak akan tinggal disini lagi," jelas Ayah
DEG!
"Perusahaan Ayahmu mengalami kebangkrutan Ben, dan sudah diambil alih oleh pihak lain, kita akan jual Rumah ini dan memulai usaha baru di Bandung nak," jelas ibu.
"Lalu bagaimana dengan pendidikanku bu ? Ben sudah nyaman dan sudah punya banyak teman di sekolah Ben sekarang," kataku yang sudah mulai merasa cemas.
"Maafkan Ayah nak, tapi kita tidak punya pilihan lain, ini demi kebaikan keluarga kita juga, kamu akan bersekolah di sekolah yang baru," kata Ayah.
Tidak ingin lagi membantah mereka, tanpa mengatakan sepatah kata pun aku berdiri berjalan meninggalkan mereka berdua memasuki Kamarku dengan hati yang patah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTANCE [TAMAT]
Teen FictionBLURB : Kabar pernikahannya menjadi sebuah kejutan. Membuatku merasa hilang harapan dan teringat akan suatu kenangan. Ketika jarak tercipta karena suatu keadaan yang tak diharapkan, hingga memisahkan aku dengannya. Masa sekolah yang penuh kenangan I...