Ting... tong... suara bel Rumah yang baru saja aku tekan.
Aku menunggu pemilik Rumah membukakan pintu tapi tak kunjung dibukakan, aku hendak menekan tombol bel sekali lagi tetapi sebelum itu,
Krek... suara engsel pintu yang bergerak lalu pintu pun terbuka.
"Hai bro," sapaku
"Eh bro, kok malam amat lu datang," kaget Aris.
"Izinkan masuk dulu dong," ucapku tersenyum
"Eh iya hehe, yuk masuk bro," ucap Aris tertawa cengengesan mengizinkan aku masuk.
Kami memasuki Rumah lalu duduk di atas sofa empuk di ruang tamu.
Aris juga sahabatku, kami tiga bersahabat di masa SMA, Aku, Wahyu dan Aris. Hanya saja kami berdua sudah pindah ke Bandung dan Wahyu menetap di Medan.
"Gue baru pulang dari studio, jadi langsung kemari," jelasku
"Lembur ya ?" tanya Aris
"Ga lembur sih, cuma malas mau cepat pulang aja," jawabku
"Haha," Aris tertawa kecil.
"Lu sibuk ga selama seminggu ini ?" tanyaku
"Lu ngejek atau gimana ?" Aris balik bertanya.
"Maksudnya ?" tanyaku bingung
"Nanya beginian sama pengangguran," kata Aris murung
"Hahaha," tawaku.
"Emangnya kenapa bro ?" tanya Aris.
Aku menceritakan kepada Aris tentang undangan pernikahan Mira yang dikirimkan Wahyu kepadaku tadi pagi, tampak kini wajah Aris yang merasa iba dengan keadaanku saat ini.
"Sudah bro, Ikhlaskan saja si Mira, mungkin kalian tidak ditakdirkan untuk bersama," kata Aris mencoba menguatkanku.
"Emang kalau ngomong itu enak bener ya," bantahku menatap Aris.
"Jadi maumu gimana sekarang ?" tanya Aris.
"Kita ke Medan," jawabku
"Kok perasaanku jadi ga enak ya," kata Aris mengerutkan jidat.
"Jangan ga enakan dulu, kali ini enak kok," kataku
"Hmm," gumam Aris
"Kita makan rendang di pesta nikahan Mira," kataku
"Hah ?! yang bener bro ?" tanya Aris kaget,
"Iya setelah itu kita batalkan pernikahannya," sambungku
Aris diam sejenak melihatku dengan ekspresi datar.
"Jangan gila dulu bro," kata Aris.
"Hahaha belum kok, masih waras," tawaku.
Aris diam mengerutkan jidat.
"Jadi, lu mau kan ikut ke Medan ?" tanyaku
"Ehm... boleh deh, lumayan bisa makan rendang sambil lihat drama gratis," ledek Aris.
Aku tertawa mendengar jawaban Aris.
****
Ya... benar, aku ingin membatalkan pernikahan Mira, karena aku tidak menerima caranya meninggalkanku seperti ini. Karena aku jauh darinya bukan berarti aku tidak lagi mencintainya.
Kini kesabaranku untuk menemuinya sudah hampir habis, aku mulai bersiap untuk kepergianku dari Bandung menuju Medan, tempat dimana cinta kami bersemi.
Aku membuka lemariku, mengambil beberapa baju untuk dimasukkan ke dalam tas, tiba-tiba baju berwarna putih terjatuh ke lantai.
Aku mengambil baju itu lalu membuka lipatannya, ternyata itu adalah seragam sekolahku yang dengan noda tinta berwarna hitam, Aku tersenyum memandangi seragam sekolah itu, kembali melipatnya lalu memasukkannya ke dalam tas.
****
Pagi yang cerah membuatku bangun lebih cepat hari ini lalu bersiap untuk pergi ke studio untuk bekerja, aku mengambil laptop dan kamera canon kesayanganku lalu pergi ke studio dengan motor CBR biru, karena biru warna kesukaanku.
Aku seorang fotografer di sebuah studio foto di Bandung, karena mengambil gambar adalah hobiku jadi aku tidak merasa seperti melakukan pekerjaan, tetapi bersenang-senang, bahkan studio ini sudah seperti Rumahku sendiri.
Setelah melakukan beberapa pekerjaan di studio, aku memasuki ruangan Kak Astri, Pemilik studio yang sudah seperti kakakku Sendiri.
"Pagi Kak Astri," sapaku dengan senyuman,
"Pagi..." sapa Kak Astri tersenyum
Aku menduduki kursi di hadapan Kak Astri.
"Tumben pagi-pagi udah masuk ruangan kakak, biasanya sore-sore haha," ledek Kak Astri
"Hehehe iya kak, sebenarnya aku mau ijin ni," kataku
"Mau pergi kemana ?" tanya Kak Astri
"Ke Medan kak," jawabku
"Oh pulang kampung," kata Kak Astri
"Hehe iya kak," aku tertawa kecil
"Ada apa ni di Medan ?" tanya Kak Astri,
"Teman dekatku menikah seminggu lagi kak, jadi aku mau ijin selama seminggu, sekalian mau temui orangtua di Medan," jelasku
"Oh iya, Ok kamu boleh pergi, tapi hanya seminggu saja ya, tidak boleh lebih," kata Kak Astri memberi ijin.
"Terima kasih kakak," ucapku tersenyum.
"Sama-sama adik," balas kak Astri tersenyum
"Baik kak, aku lanjut dulu ya," pamitku
"Ok selamat bekerja," kata Kak Astri.
Aku keluar dari ruangan Kak Astri dengan Wajah berseri, aku ambil handphone dari saku celanaku, mencari nomor Aris lalu menemuinya, tak lama kemudian Aris mengangkat panggilanku.
Halo...
"Halo bro," sapaku
Iya bro, ada apa ?
"Kita fix pergi besok, lu udah bisa siap-siap," jawabku
Bah... tiba-tiba amat, ok bro aku siap-siap.
"Ok bro," kataku lalu memutuskan panggilan.
Akhirnya Aku bisa pergi ke Medan untuk menemui Mira, untuk menyatakan perasaanku padanya dan juga membatalkan pernikahannya.
.
.
.Hai Guys... Gimana cerita Distance versi Revisinya ?
Kalian bisa beri saran dan kesan kalian di kolom komentar untuk membuat cerita ini jadi lebih baik,
Terima Kasih 😊
Ardnerus Nomis
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTANCE [TAMAT]
Teen FictionBLURB : Kabar pernikahannya menjadi sebuah kejutan. Membuatku merasa hilang harapan dan teringat akan suatu kenangan. Ketika jarak tercipta karena suatu keadaan yang tak diharapkan, hingga memisahkan aku dengannya. Masa sekolah yang penuh kenangan I...