DISTANCE [TAMAT]

31

Hmm iya deh... intinya jangan pernah merasa kalau kamu sendirian, apa gunanya sahabat kalau kamu tetap saja menyembunyikan kesedihan,

_ Wahyu

Tiba-tiba di tengah kesunyian handphone-ku bergetar. Kulirik handphone itu, penasaran siapa yang menelpon di tengah kekelaman ini.

Tertera nama Wahyu di panggilan itu, tanpa menunggu lama aku langsung mengangkat panggilannya.

"Halo," sapaku

"Halo, bisa bicara dengan pak Benjol ?"  Wahyu mulai meledek.

"Iya dengan saya sendiri Wahyu jones."

"Eh... enak aja aku dibilang jones, kamu tuh yang jones."

"Haha... iya deh iya, yang waras ngalah, gimana kabarmu bro ?"

"Baik jol, kamu gimana ?"

"Ba... baik kok,"

"Kok kamu tiba-tiba gagap ? habis keselek jengkol ?"

"Hehe... enggak kok yu, biasa aja."

"Serius ni kamu gapapa ?"

"Gapapa yu, aku cuma kecapean aja, butuh istirahat,"

"Hmm iya deh... intinya jangan pernah merasa kalau kamu sendirian, apa gunanya sahabat kalau kamu tetap saja menyembunyikan kesedihan,"

Tiba-tiba saja panggilan terputus, bukan karena aku memutuskannya, tetapi karena daya handphone-ku sudah habis, dan tidak ada listrik untuk mengisi daya.

Aku bangkit dari kursi lalu melakukan salah satunya cara untuk menanti pagi, yaitu tidur.

****

Di Kelas yang tidak begitu sunyi, sudah ada beberapa teman di dalam Kelas. Satu per satu Mereka mulai menghampiri untuk berkenalan denganku. Mereka benar-benar sangat ramah.

Namun tetap saja, ketika mood sedang kacau, hal-hal yang membahagiakan, mau sebahagia apapun akan terasa hampa.

Tak lama Dinda pun datang, berjalan memasuki kelas menuju bangku.

"Hai Ben," sapa Dinda tersenyum, sambil meletakkan tasnya ke atas meja.

"Hai," balasku dengan senyuman tipis.

"Gimana... mau dengar syarat-syarat buat masuk one heart comunity ?" tanya Dinda.

"Apaan tuh ?" aku balik bertanya.

"Itu nama komunitas bikers sekolah ini," jelas Dinda

"Oh iya hehe, nanti-nanti aja deh, lain waktu," tolakku