BLURB :
Kabar pernikahannya menjadi sebuah kejutan. Membuatku merasa hilang harapan dan teringat akan suatu kenangan.
Ketika jarak tercipta karena suatu keadaan yang tak diharapkan, hingga memisahkan aku dengannya. Masa sekolah yang penuh kenangan I...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hujan turun dengan derasnya membasahi jalanan kota Bandung di sore hari, membuatku menunggu di Studio ditemani oleh secangkir kopi tanpa gula, belakangan ini Aku suka yang pahit-pahit.
Ingin rasanya cepat pulang ke Rumah, beristirahat melepaskan rasa penat setelah berkali-kali mengambil gambar.
Terdengar suara pintu yang terbuka, itu pintu ruangan Kak Astri. Kak Astri keluar dari ruangannya.
"Eh Ben, Kamu masih disini ? kirain kamu sudah pulang," kaget Kak Astri.
"Iya kak, di luar masih hujan hehe," ucapku tersenyum.
"Iya deras banget hujannya," keluh Kak Astri.
Kak Astri berjalan menghampiriku, duduk bersamaku di kursi panjang dekat pintu masuk studio.
"Dinda sudah hubungi kamu belum ?" tanya kak Astri.
"Belum, emangnya ada apa kak ?" tanyaku penasaran.
"Ada deh, nanti juga kamu tahu sendiri," Kak Astri tak ingin memberitahu. Bikin aku curiga aja hehe.
"Hmm ok deh kak," Aku pasrah.
"Kamu minum kopi ?" tanya Kak Astri.
"Iya kak hehe, mau aku buatin ?" tawarku.
"Boleh deh, mata kakak udah mulai redup ni," kata Kak Astri.
"Ok tunggu sebentar ya kak," pintaku sambil bangkit hendak berjalan ke dapur.
Baru saja aku berjalan beberapa langkah, tiba-tiba ada cahaya lampu menyinari kami berdua, membuat kami langsung menoleh ke sumber cahaya. Ada mobil kecil berwarna Merah sedang parkir di depan studio. Setelah mematikan lampu mobil pemilik mobil membuka pintu lalu keluar dari mobilnya.
"Hai hai.... !" Ia berseru menyapa sambil melambaikan tangan, ternyata ia adalah Dinda.
"Hai Dinda !" balas Kak Astri setengah teriak.
Kedatangan Dinda membuatku diam terpelongo, penampilanya sekarang berbeda dari Dinda yang aku kenal sebelumnya.
Rambut lepas terurai, Celana jeans navy blue, kaos berwarna biru langit, sepatu sneakers pink, dan yang lebih mengejutkan lagi ia memakai topi kupluk biru persis seperti kupluk milikku.
Tak peduli dengan hujan yang deras ia berjalan santai memasuki Studio. Kini ia ada di hadapanku, menggerakkan telapak tangannya di depan mataku, membuat mataku berkedip.
"Kok bengong haha," tawa Dinda.
"Ini beneran Dinda kan ?" tanyaku, menatap Kak Astri
"Iya dong, jadi siapa lagi ?" Kak Astri meyakinkanku.
"Darimana datangnya topi kupluk ini hah ?" tanyaku, tertawa sambil melepaskan topi kupluk dari kepalanya.
"Emangnya cuma kamu aja bisa pakai kupluk ? haha," tawa Dinda.