33

52 16 95
                                    

Dua tahun pun berlalu sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di Kota Bandung, mengawalinya dengan hal-hal yang pahit namun perlahan semakin hari semakin terasa manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua tahun pun berlalu sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di Kota Bandung, mengawalinya dengan hal-hal yang pahit namun perlahan semakin hari semakin terasa manis. Hingga pada saat ini kami dapat merasakan kebahagiaan itu.

Usaha loundry Ayah dan Ibu sudah menjadi sukses hingga yang dulunya kami mengontrak Rumah, sekarang  sudah memiliki Rumah sendiri di Bandung.

Hari ini, adalah hari pengumuman kelulusan kami, tak terasa aku akan segera meninggalkan Sekolah ini, dan juga Dinda, sahabat baik yang selalu ada dan selalu membantuku.

Kami semua berkumpul di Kelas, menunggu Ibu Wali Kelas membagikan surat pengumuman kelulusan. Aku dan Dinda masih menjadi teman sebangku seperti biasanya.

"Ben," panggil Dinda

"Iya Dinda," sahutku

"Besok kita jalan yuk," ajak Dinda.

Aku diam menatap Dinda, di suasana menegangkan seperti ini ia malah mengajakku jalan besok.

Ibu Rini, Wali Kelas kami memasuki kelas, menciptakan keheningan di dalam Kelas.

"Selamat Pagi anak-anak ibu sekalian," sapa Bu Rini.

"Selamat pagi Bu..." serentak kami membalas sapaan Bu Rini.

Ibu Rini menduduki kursinya.

"Pagi ini kalian akan menerima pengumuman kelulusan dan nilai Ujian Nasional kalian, sudah ibu siapkan satu per satu di dalam amplop yang bertuliskan kalian, dan sekarang Ibu akan memanggil nama kalian satu per satu untuk mengambil amplop ini," jelas Bu Rini.

Ibu Rini menyebutkan nama kami satu per satu sesuai dengan daftar absen.

"Ben Alexander Romeo," sebut Bu Rini.

Aku langsung bangkit dari bangkuku, menghampiri Ibu Rini untuk mengambil amplop yang berisi pengumuman kelulusan itu.

Setelah mengambil amplo itu aku kembali duduk di bangkuku.

"Ayo buka," pinta Dinda yang sudah sangat penasaran.

"Ok," turutku lalu perlahan membuka amplop itu.

Kuambil lipatan kertas yang ada di dalam amplop itu,  lalu membukanya.
Tertera data diriku di dalam surat itu. Namun aku lebih fokus pada tulisan yang bercetak Tebal bertuliskan "LULUS".

"Yes !" Seruku kesenangan

"Lulus Ben ?" tanya Dinda

"Iya Dinda," jawabku

"Waah selamat Ben," ucap Dinda yang ikut senang.

"Dinda Apriani," sebut Bu Rini memanggil Dinda.

Dinda berjalan maju ke depan mengambil surat pengumuman kelulusannya lalu membukanya setelah duduk di Bangku, dan syukurlah Dinda lulus juga.

"Selamat ya Dinda," ucapku tersenyum

"Iya sama-sama Ben, " balas Dinda.

"Jadi mau jalan kemana ni ?" tanyaku

"Gowes yuk," ajak Dinda

"Iya itu udah pasti, tapi dimana ?" tanyaku

"Jayagiri aja, sekalian uji nyali," jawab Dinda

"Waah nyari masalah lu, disana jalannya ga rata, pada rusak," kataku hendak menolak

"Iyaa tapi seru, pemandangannya bagus, ayo dong Ben," rayu Dinda.

"Hmm ok, besok kita pergi ya," kataku

"Siap," turut Dinda.

Akhirnya masa putih abu-abu telah usai, banyak perjuangan yang dilakukan untuk mencapai titik ini. Mengorbankan kesenanganku selama ini tidaklah sia-sia. Karena pada akhirnya kebahagiaan yang sesungguhnya akan datang.

****

Setelah menerima pengumuman kelulusan, tanpa menunggu lama lagi aku langsung pulang ke Rumah untuk memberitahu kabar gembira ini kepada Ayah dan Ibu.

Sesampainya di Rumah, aku langsung masuk ke dalam Rumah, tampak Ayah dan Ibu yang sedang duduk santai berbincang bersama.

"Ayah... Ibu... Ben lulus," ucapku dengan sangat bahagia, tak ku sadari mataku sudah membendung air mata.

Ibu langsung bangkit dari kursinya, berjalan menghampiriku.

"Akhirnya anak ibu sukses juga sekolahnya, selamat ya Ben, Ibu sayang kamu," ucap Ibu lalu langsung memelukku.

"Gitu dong baru anak Ayah, Pintar dan pekerja keras," puji Ayah

"Terima kasih Ayah... Ibu..." ucapku.

"Iyaa sama-sama nak, kamu sudah bagikan kabar gembira ini kepada kami, dan sekarang giliran Ayah," kata Ayah

"Apa itu yah ?" tanyaku yang langsung penasaran.

"Kamu pasti senang banget mendengarnya," kata Ayah yang membuatku tambah penasaran.

"Ayo dong yah, langsung aja bilang," pintaku

Ayah tertawa melihat ekspresiku yang begitu ingin tahu.

"Kita akan pergi ke Medan," ungkap Ayah.

Apa aku ga salah dengar ? Aku merasakan mimpi yang menjadi kenyataan, setelah dua tahun akhirnya kami dapat pergi ke Medan.

"Serius yah ?!" Aku masih tidak percaya.

"Iya beneran, lusa kita berangkat," kata Ayah

"Horee !" teriakku sambil melompat lalu memeluk Ayah dan Ibu saking bahagianya.

Sampai Ayah dan Ibu tertawa melihat tingkahku.

"Nanti siang kamu pergi ke tempat kerja kamu, minta cuti untuk pergi ke Medan," pinta Ayah

"Siap yah," turutku,

Betapa bahagianya hari ini bagiku sampai aku tidak bisa berhenti tersenyum,

Medan... I'm Coming. batinku.

.
.
.

Hello Guys... Akhirnya bisa juga Double update hari ini 😂

Distance hadir menemani malam minggu kalian, ikuti terus kelanjutan ceritanya ya 😉

Terima kasih sudah membaca ❤


Ardnerus Nomis

DISTANCE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang