Diawasi.

246 46 0
                                    

"Dia menyentuh bahuku, dia.. astaga." Selama perjalanan pulang menuju rumahnya, Irene selalu berucap seperti itu dan masih terkejut, ia saja menyentuh bahunya sekarang dan mengusapnya kecil.

Sentuhan tidak sengaja itu malah berbekas di hati dan membuat Irene tersenyum malu sambil menunduk. Jarak rumahnya dari minimarket tadi lumayan dekat, jadi ia memilih berjalan dan memasuki gang kecil.

Tap..

Mendengar itu membuatnya langsung mendongak dan menghentikan langkah kaki, tangan yg mengusap bahu turun ke samping tubuh, dan ia langsung berbalik kebelakang.

"Eoh?" Tidak ada apa-apa hanya pintu gang dan memperlihatkan motor atau mobil yg berlalu lalang. Ia mengusap tengkuk dan berbalik lalu melangkah kembali menuju rumah di sebalik gang.

Tap..

Terdengar lagi dan ia memilih melangkah cepat dan mencoba mengabaikan suara serta rasa takut yg mulai menyerang dirinya.

Tap..

Tap..

Langkah kaki itu mulai terdengar cepat dan bahkan sudah berlari, membuat Irene bergetar hebat dan ia memejamkan mata kuat kareka ketakutan.

"Aaaaaa kumohon jangan mencopetku." Ia berteriak karena bahu bekas Seulgi disentuh kembali, dan digantikan oleh rematan kuat membuatnya memekik tertahan dan langsung membuka mata, ia menoleh kebelakang melihat siapa yg menyentuh dan meremat bahunya.

"Eoh Siyeon?"

"Ck." Siyeon ternyata, ia memakai pakaian santai dan berdiri dibelakang Irene, kedua tangannya terangkat mendorong punggung Irene supaya berjalan kembali.

"Hey hey apa yg kamu lakukan." Irene tentu berprotes, terlebih ternyata sedari tadi Siyeon lah yg mengikuti dirinya, atau bukan si Serigala tersebut.

"Jalan terus kalau kau ingin selamat." Ucap Siyeon dengan netra tajam melirik kebelakang, Irene yg takut dengan ucapan Siyeon hanya mengangguk dan menggerakkan kakinya untuk melangkah kembali, ia akan membiarkan Siyeon berada dibelakangnya.

Dan seperginya mereka dari sana, di tiang listrik yg berada didalam gang itu, keluar sosok cowok tinggi lengkap dengan pakaian serba hitamnya, ia juga memakai mask dan topi tengah menatap datar ujung gang didepan sana.

"Ck penganggu."

___♪___

"Bisa kamu jelasin?" Irene bertanya dan melirik kesamping karena Siyeon telah berpindah berjalan di sebelahnya.

"Apa?" Balas Siyeon dengan tatapan tajam dan menusuk, membuat Irene menelan ludah takut dan menggerakkan netranya menoleh kedepan, sama halnya dengan Siyeon yg kembali melirik kebelakang.

"Jangan lewat gang itu lagi." Ucapan datar dari Siyeon membuat langkahnya terhenti dan menatap bingung anak itu yg juga berhenti melangkah.

"Aku tidak mengerti."

"Ck bodoh, kau tengah diawasi sekarang dan berhati-hatilah." Ucap Siyeon merogoh kasar kantong cemilan Irene sebentar dan mengeluarkan sesuatu.

"Kau sudah sampai dirumah, btw thanks." Ucapnya lagi mulai melangkah meninggalkan Irene yg terdiam di depan pagar rumahnya.

"Ak-aku diawasi? Oleh siapa?" Setidaknya itulah pertanyaan yg terlontar buat dirinya sendiri.

Siyeon dengan langkah malas kembali ke gang tersebut, tatapannya sangat tajam dan tangan yg memegang sesuatu malah bergerak melempar kedepan dengan kuat.

Srak!

Bungkusnya tiba-tiba terbelah 2 dan isinya hancur lebur berserakan di tanah, lalu di dekat tiang keluarlah sosok cowok tinggi yg tengah memegang pisau kecil sekarang.

"Ck, kurang belaian makanya nguntit in anak orang." Ucapnya santai tanpa takut sekali dengan cowok itu yg sudah menggeram marah.

"Dengar, dia milikku dan kau tidak berhak menguntit atau mengawasi dirinya, sebelum.." dia menjeda ucapannya dan mendekati cowok itu sambil mengeluarkan sesuatu dibalik Hoodienya.

Melihat senjata di tangan Siyeon, nyali cowok itu ciut seketika dan ia melangkah mundur disaat moncong pistol menyentuh dahinya.

"Kepala lu bolong karena pistol kesayanganku, Door!" Seringain kecil muncul melihat wajah ketakutan cowok tersebut, ia menjauhkan pistol dan menendang kuat dada cowok itu, sehingga ia terjatuh dan akhirnya bergerak mundur, dan berdiri lalu lari terbirit-birit.

"Lain kali sewa orang yg memiliki mental baja, bukan banci." Ucapnya tidak tau kepada siapa, padahal di gang itu hanya ada tiang dan tumpukan kayu tidak terpakai.

Tap..

Tap..

Dan derap langkah kaki seseorang yg berada di ujung gang tengah menatap datar punggung Siyeon.

"Kalau begitu kau saja yg menggantikan dirinya."

"In your dream, sampah." Siyeon berbalik dan membalas tajam tatapan datar cowok di ujung gang sana, hanya saling tatap dengan emosi yg berbeda-beda.




























































Sejujurnya aku kit heart dengan siders..

Whistle (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang