Akhirnya hari senin dilalui dengan baik oleh mereka semua, Minji membereskan barang-barangnya yg berserakan dilantai, ia memasuki kedalam tas dan menatap bingung tas biru dongker yg sedari tadi pemiliknya tidak ada didalam kelas.
"Kemana anak itu?" Gumamnya sembari memakai tas dan meraih tas Seulgi, ia dengan cepat menuju pintu kelas,namun terhenti seketika didekat meja Yoohyeon, ia menoleh dan melihat anak perempuan itu yg malah tidur, menunduk sedikit lalu dengan perlahan Minji menyentuh bahu dan mengguncangnya pelan.
"Hyeon." Irene masih berada didalam kelas dan mendengarnya, jadi yg dilakukan anak itu adalah mendekati Minji yg masih berusaha membangungkan Yoohyeon.
"Kenapa?" Minji mendongak menatap Irene, ia menggeleng tidak tau, meletakkan tas Seulgi dan kembali mengguncang pelan bahu Yoohyeon.
"Hyeon."
"Biarkan aku beristirahat, kakak lelah." Mendengar itu Minji mengernyit bingung, sedangkan Irene langsung saja menarik kursi disebelah Yoohyeon dan tangan kanan terangkat menyentuh kening anak itu.
"Dia demam."
"Hah!" Bagaimana bisa, perasaan tadi diuks baik-baik saja, dan sekarang malah deman, tentu Minji terkejut dengan apa yg dikatakan Irene, namun ia ikut menyentuh kening Yoohyeon dan melotot kaget. Apa yg dikatakan Irene benar, anak itu demam.
"H-hentikan hiks, sakit."
"D-dia mengingau." Irene dan Minji saling tatap, lalu dengan cepat Minji melepas tasnya dan ia beralih berjongkok disebelah kursi, tau apa yg dilakukan oleh Minji ia membantunya meletakkan tubuh Yoohyeon ke punggung.
"Terimakasih." Ucapnya berdiri perlahan dan berjalan cepat menuju uks, disusul Irene yg langsung membawa tas Minji dan Seulgi.
Selama perjalan menuju uks Minji memikirkan ngigauan yg terlontar dari mulut Yoohyeon, ia tidak mengerti. Hentikan? Apa yg perlu dihentikan, dan kata "Sakit" malah membekas didalam benak dan..
Minji melirik sedikit wajah Yoohyeon yg berada nyaman dibahunya, ia menghela nafas melihat sudut mata yg mengeluarkan air mata.
"Kau membuatku penasaran dengan kehidupanmu Hyeon." Irene dibelakang hanya berjalan mengikuti Minji dengan raut wajah khawatirnya.
___♪___
"Aku membencimu hehehehe."
Jleb!
Cklek!
"Dek ayok ma- ucapannya terhenti, tangan yg memegang kenop pintu langsung terlepas dan ia melangkah mundur. Matanya melotot dan bibirnya bergetar setelah melihat apa yg dikerjakan oleh adeknya.
Ia melihat adeknya tengah memegang pisau dan menikam sebuah foto dimeja.
Deg!
Jantung nya serasa mau berhenti, nafasnya tersendat ia langsung berlari kebawah, meninggalkan sang adek yg menyeringai kecil melihat kepergian kakaknya, dengan langkah yg ringan ia menyusul sang kakak dan tangan yg memegang pisau terkepal kuat.
Ia bersiul riang, dan sang kakak yg mendengar siulan itu makin berlari cepat, menuruni tangga dengan buru-buru namun sialnya, kaki sebelah kanan terkilir dan ia malah jatuh terguling kebawah.
Brugh!
Sang kakak meringis kesakitan, dengan perlahan ia merubah posisi duduk dan memegang kepalanya, ia melihat kaki yg terkilir dan berusaha berdiri, namun sia-sia karena ia kembali terduduk dan..
Tap..
Dengan cepat ia mendongak keatas dan sudah melihat sang adek yg tersenyum lebar sambil mengelus pisau.
"Hey kakak heheheh."
"Jangan mendekat!" Ia berteriak dan tangan kirinya terangkat menyuruh sang adek untuk tidak mendekat, namun percuma karena adeknya makin melangkah turun.
Jadi dengan ketakutan yg melanda diri, ia memaksakan tubuh untuk berdiri.
"Arghh!" Menggigit bibir bawah dengan kuat karena rasa sakit dikaki dan kepala, nafasnya memburu dan perlahan ia menyeret kakinya untuk melangkah.
"Kau mau kabur? Kkkk tidak akan bisa."
"Kakak mohon hiks, hentikan."
"Okay." Dia menghela nafas lega, namun ucapan selanjutnya dari sang adek membuatnya kembali merasakan takut dan bergerak cepat karena sang adek berlari.
"Pi boong hahahaha."
Brugh!
"Tidak! Kakak mohon hentikan." Ia memberontak karena sang adek sudah berada diatas tubuhnya, menangis hebat melihat pisau yg terangkat dan..
"Yoohyeon!"
Matanya terbuka lebar, dan nafasnya terdengar memburu, jantungnya berdegup cepat dan ia merubah posisinya menjadi duduk lalu memeriksa keadaan kaki dan kepala, mengabaikan Minji yg tengah menatap khawatir dirinya.
Kalau kalian bertanya dimana Irene, anak itu setelah menemani Minji ke uks, ia langsung pulang dan katanya akan bekerja paruh waktu di salah satu minimarket.
"Kau baik-baik saja?" Ia bertanya kepada Yoohyeon yg malah diam sekarang dengan keadaan air mata yg mengalir ke pipi.
"Yoohyeon?" Minji menyentuh bahunya, namun..
Plak!
Dengan cepat ditepis dan membuat Minji terkejut dengan perlakuan Yoohyeon.
"Maafkan kakak hiks, jangan menyakiti kakak." Bahkan tubuh Yoohyeon tiba-tiba bergetar dan kedua tangannya gemetaran hebat.
Minji tiba-tiba merasakan sakit melihat keadaan Yoohyeon seperti ini, untuk pertama kalinya ia melihat anak itu dalam keadaan kacau dan terlihat ketakutan.
Tangannya terangkat kembali namun terhenti diudara dan terkepal erat melihat Yoohyeon yg malah menghentikan tangisan dan menatap kosong jendela didepannya.
Sungguh, Minji sangat penasaran dengan Yoohyeon sekarang.
"Mari kita pulang." Ucapnya pelan dan meraih lembut lengan Yoohyeon, untung anak itu tidak menepis kuat dan hanya diam disaat dirinya dibawa turun dari kasur uks.
Seulrene, Jiseulnya ntaran aja ya hehehe, sesekali full Jiyoo 🌚.
Btw gua bingung.. mau di chap berapa konflik sebenarnya nongol..
/duduk dipojokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whistle (✅)
RandomTerinpirasi dari salah satu lagu kpop. Yg suka monggo dibaca Yg gak suka ya monggo di baca jugaa😂😂