Rooftops.

132 26 0
                                    

Bel pulang berbunyi, Seulgi dengan malas membereskan alat-alatnya, membuka tas dengan kasar dan memasukkan cepat semua alat-alat kedalam tas, rahangnya terkatup keras dan Seulgi mengigit bibir bagian dalamnya.

"Yaish!" Ia berteriak kesal dan nafasnya memburu dengan wajah memerah, murid yg ada disana diam seketika dan melihatnya, termasuk Minji yg melotot kaget sambil memegang dada, dibelakang meja mereka ada Siyeon yg menatap dengan kernyitan dahi, lalu Irene menunduk karena masih takut dengan tatapan para murid yg melayang kepadanya.

"Lu kenapa woi!" Minji berucap setelah rasa kagetnya hilang, ia menghela nafas dan berdiri sambil menyampirkan tas ke bahu kiri, Seulgi menghela nafas kasar dan memejamkan mata sejenak untuk mengontrol emosinya.

"Hm."

"Hm!?" Minji melotot tidak percaya dengan balasan Seulgi, ia menggeleng kecil dan memberikan jalan ke Seulgi, terlihat anak itu yg berjalan sedikit berat.

"Seulgi!" Minji menoleh kebelakang, dan Siyeon melewatinya begitu saja, ia mendekati Seulgi yg berhenti dan membalikkan badan, alis kanan anak itu naik.

"Apa?"

"Ke Rooftops, ada yg mau gua bahas, dan lu juga." Ucapnya menoleh kebelakang dan tangan kanan terangkat menunjuk Minji.

"Kenapa?"

"Ada, gua duluan, ayok Irene."

"A-aku juga?" Irene bertanya dengan kepala yg terangkat sedikit dan menunjuk dirinya, Siyeon mengangguk dan tersenyum, tangan kanan terulur dan bergerak menyuruh Irene mendekat.

"B-baik." Dengan gugup ia berjalan mendekati Siyeon, setibanya disana, tangan kirinya di genggam dan ditarik lembut keluar dari kelas, melewati Seulgi yg menatap intens tangan mereka berdua.

Puk!

Seulgi tersentak kaget, bahunya di tepuk kuat dan pelakunya Minji yg cengir kuda sekarang.

"Hehehe maaf, ayok."

"Duluan, gua mau jemput seseorang." Seulgi berucap sambil melangkah keluar.

"Seseorang itu siapa?" Dan Minji bertanya tepat disebelah Seulgi, Seulgi hanya diam, namun setibanya di depan pintu, ia menghentikan langkah dan menoleh ke Minji.

"Kakakku." Ucapnya dengan senyuman lebar, Minji terdiam seketika namun perlahan senyumannya terbit dan tangan kanan terangkat memukul lagi bahu Seulgi.

Puk!

"Akhirnya!"

"YAK!" Dia kesal, tapi cuman sebentar karena Seulgi tersadar dengan ucapan Minji.

"Akhirnya!"

Ucapan itu membuat senyuman hangat terbit diwajahnya.

"Seulgi!" Dan teriakan itu seketika membuat wajahnya datar, sama halnya dengan Minji yg menatap malas orang itu yg sudah berlari mendekati mereka.

"Aku mau bicara." Ucapnya setelah berada didekat Minji dan Seulgi.

"Okay gua duluan." Minji menepuk sekali lagi bahu Seulgi, ia melangkah melewati orang itu dan memberikan tatapan sinis.

___♪___

"Kenapa aku harus ikut?" Irene bertanya kepada Siyeon, anak itu masih memegang tangannya dan bahkan makin mengerat, Siyeon hanya diam tidak menjawab Irene, ia melangkahkan kakinya naik keatas dan Irene menghela nafas karena tidak mendapatkan jawaban.

"Sengaja, biar lu dimarahin pulang telat." Ucap Siyeon akhirnya, ia tertawa kecil melihat wajah kesal Irene, melepaskan pegangan tangan dan beralih membuka pelan pintu Rooftops, hembusan angin yg menyejukkan diterima mereka berdua.

Irene melangkah masuk duluan dan segera duduk di sofa usang, lumayan capek berjalan ke lantai 4 untuk menuju rooftops, Siyeon melewatinya mendekati pembatas Rooftops dan setibanya disana, kedua tangannya terentang serta memejamkan mata perlahan.

Ia menghirup udara diatas Rooftops, lumayan menyejukkan berada disini.

"Siyeon?"

"Ya?" Siyeon menurunkan kedua tangannya,beralih masuk kedalam saku celana dan membalikkan tubuh menatap Irene, alis kirinya naik seketika disaat melihat Irene yg kebingungan.

"Ada apa?"

"Aku masih penasaran soal waktu itu."

"Waktu itu?" Ia mengernyit bingung, mengangkat kepala keatas dan tangan kanan keluar dari saku, lalu bergerak menyentuh dagunya.

Waktu itu? Kapan? Terlalu banyak kejadian yg dilaluinya.

"Yg kamu ngikutin aku pulang."

Ah itu ternyata, Siyeon terkekeh kecil dan menurunkan kepalanya, tangan kanannya kini malah bergerak menggaruk tengkuk.

"Bukannya sudah ku jelasin?" Irene mengigit bibir bawah, Siyeon memang sudah menjelaskannya tapi secara singkat dan Irene masih belum mengerti, dan sampai sekarang malah jadi penasaran.

"Intinya ini saja... ia menjeda ucapanya dan berjalan mendekati Irene, setibanya disana ia langsung menghempaskan bokong, kedua tangan terletak di belakang kepala dan kaki kirinya menyilang ke kaki kanan.

"Kau diawasi, sampai sekarang mungkin? Dan berhati-hatilah." Ucapnya lagi dan memejamkan mata, ia tidak sadar dampak yg terjadi dengan Irene setelah mendengar ucapannya.

"Yaish mereka lama sekali!" Irene tersentak kecil mendengar teriakan protes Siyeon yg masih memejamkan mata.

"Tidak perlu takut Irene, aku selalu ada disisimu."

"Cerewet juga kamu." Ucap Irene dengan kekehan kecil, Siyeon tidak marah dibilang cerewet, ia hanya diam dan tersenyum tipis.


























Siyeon Irene bagus kayaknya..

Auto diserbu kapal SeulRene gua.

Kabur!

Whistle (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang