Luka.

321 51 2
                                    

"Shhh sial." Seulgi tengah duduk di meja belajar dan menyelesaikan tugas rumahnya, tangan kirinya menyentuh sudut bibir yg luka lalu meringis kesakitan.

"Bodoh!"

Tak!

Ia menghempas kasar pena di meja, menyandarkan punggungnya ke kursi dan menyentuh lagi sudut bibirnya yg luka.

"Kalau Jisoo melihat ini dia pasti panik, Aish!" Ia meremat rambutnya, entah kenapa ia rela melakukan itu hanya untuk sapu tangan murid baru.

Cklek!

Pintu kamarnya terbuka begitu saja, membuat wajahnya perlahan berubah menjadi datar dan rahangnya terkatup keras.

Tap..

Tap..

Derap langkah kaki mulai terdengar mendekatinya dan berhenti tepat dibelakang kursi Seulgi. Bahunya disentuh dan saat itu pula Seulgi langsung berdiri tak lupa menepis kasar tangan tersebut.

Sret!

"Tangan kotormu tidak pantas menyentuhku!" Ia berteriak kepada orang itu yg terdiam dengan senyuman serta mata sedihnya, tangan itu perlahan turun dan terkulai lemas di samping tubuh. Orang itu bergerak mendekati meja kecil di samping tidur Seulgi, ia membuka laci kecil dan mengeluarkan sesuatu.

"JANGAN PERNAH MENYENTUH BARANGKU!" Seulgi merampas kasar jenis barang segi empat dari tangan orang itu, nafasnya memburu dan wajahnya memerah karena menahan emosi melihat wajah orang didepannya.

"Maaf, aku hanya ingin mengobati lukamu." Ucapnya merebut lembut kotak obat ditangan Seulgi, ia menarik nafas lalu menghembuskan perlahan dan membuka kotak obat tersebut.

"Ka-

"Hanya sekali, biarkan aku melakukan tugas ku sebagai kakak." Seketika emosi Seulgi makin naik mendengar kata kakak dari mulut orang tersebut.

"Kau bukan kakakku, kau hanya anak haram di keluarga ini, sampah."

Deg!

Setelah mengucapi kata tersebut, Seulgi menghela nafas kasar dan memilih melangkah keluar kamar, tangan kirinya meraih kenop pintu lalu menariknya kuat.

Blam!

Pintu ditutup dengan keras membuat orang itu menunduk dalam dan perlahan air matanya jatuh kepipi. Sakit.. hatinya sangat sakit mendengar kata itu terlontar dari bibir adeknya.

"Hiks.. eomma."

"Sial, sial, sial!" Setiap langkahnya keluar dari rumah dan menuju halaman belakang, ia selalu melontarkan kata "sial" untuk dirinya sendiri.

Bugh!

Lalu setibanya disalah satu pohon besar yg terdapat rumah pohon dan sebuah tangga kayu yg terpaku dibatang pohon tersebut. Ia langsung meninju kuat batang pohon untuk melampiaskan emosinya.

Bugh!

"Sial!"

Bugh!

"Sial! Hiks.. maaf." Dan tinjuan terakhir ia langsung menempelkan kening ke batang pohon dan menunduk dalam, air matanya jatuh seketika mengingat ucapannya tadi.

"Hiks.. maaf, maaf hiks."

___♪___

"Papa sudah menemukan mama baru buatmu dan akan nikah bulan depan." Ucap sosok pria paruh baya yg berdiri didepan pintu sambil bersidekap dada, ucapan tersebut membuat Seulgi yg masih berumur 9 tahun terdiam dengan tangan kanan memegang kuas, didepannya ada kanvas kecil dengan sketsa seseorang wanita, ruangan tersebut merupakan tempat koleksi gambar atau lukisan yg dibuat oleh Seulgi.

Tangannya turun perlahan dan ia hanya menoleh sedikit melihat sosok itu.

"Oh, bagus." Hanya itu dan Seulgi kembali menoleh kedepan, matanya tiba-tiba memanas melihat sketsa yg akan diwarnainnya.

"Kamu merestukan papa?"

"Tidak." Ucap anaknya singkat, ia terkekeh dan mengangguk kecil.

"Ya walaupun kamu tidak merestukannya papa tetap melaksanakan pernikahan tersebut."

Blam!

Pintunya ditutup dan terdengar derap langkah kaki yg menjauh, tangan yg memegang kuas terkepal kuat dan..

Tak!

Kuas tersebut patah seiring air mata jatuh ke pipinya.

"Kalau begitu buat apa meminta restu ku sialan." Batinnya dengan wajah memerah dan mata yg mengeluarkan air mata.

1 bulan telah berlalu dan disini Seulgi berada sekarang, di salah satu hotel yg ternama, banyak orang penting yg diundang, memakai pakaian glamor dan trendy, tapi tidak dengan Seulgi. Ia hanya memakai kemeja hitam, Jeans hitam dan setangkai bunga Lily orange berada ditangan kanannya.

Ia berdiri tepat didepan pintu hotel dan tatapannya sangat datar melihat altar yg dipenuhi oleh beberapa orang, disana ada Papanya, mama tiri dan kakak tiri yg ternyata telah berumur 15 tahun.

"Cih, katakan saja kalau itu jalang yg selama ini menghancurkan keharmonisan keluarga kita." Gumamnya menatap tajam sosok wanita disamping papanya,lalu netranya bergulir melihat anak jalang tersebut yg tengah memakai dress putih selutut.

"Anak haram." Gumamnya lagi dengan tangan kanan yg mengepal kuat Bunga Lily sehingga hancur, Seulgi dengan emosi yg membara memilih pergi dari sana dan meninggalkan bunga lily orange yg telah berserakan di lantai.

Whistle (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang