Sunmi.

141 28 0
                                    

"Guru." Sunmi yg tengah memasak terpaksa berhenti dan menoleh ke Irene yg hanya menongolkan kepalanya dibalik tembok, anak itu tengah tersenyum canggung dan menggaruk kepalanya yg tidak gatal sama sekali.

"Ada apa?" Bibirnya bergerak untuk menanyai sesuatu, namun dia urungkan disaat melihat raut wajah kelelahan dari Sunmi, ia menggeleng sembari menggigit bibir bawah dan keluar dari persembunyiannya. Sunmi hanya mengangguk kecil dan menoleh kembali fokus kemasakannya.

Irene mendekati Sunmi dan setibanya disamping Guru itu, ia langsung meraih pisau dan memotong wortel, mendengar suara potongan dari pisau, Sunmi menoleh kearah Irene dan tersenyum hangat.

Membuat Irene terdiam menunduk, ia sebenarnya tengah gugup dan masih canggung sekarang, terlebih kata-kata yg dia ucapkan tadi malah terlintas dibenaknya.

"Jangan melamun, nanti jarimu luka." Seketika Irene sadar dan mengangguk kecil, dia sudah selesai memotong wortel dan beralih memotong daging ayam, namun pisau ditangan tiba-tiba diambil oleh Sunmi, Irene mendongak dan menatap bingung Sunmi yg malah tersenyum.

Sunmi meletakkan Pisau dan kedua tangan bergerak memegang bahu Irene, ia langsung saja mendorong tubuh itu menuju meja makan.

"G-guru."

"Kamu duduk saja okay?" Ucapnya menepuk kedua bahu Irene dengan lembut dan kembali melanjutkan masakannya.

Irene menghela nafas dan memilih menuruti ucapan Sunmi, ia duduk sambil bertopang dagu dan menatap intens punggung Sunmi.

Senyumannya perlahan terbit dan matanya berkaca-kaca disaat melihat sekilas bayangan Eommanya yg tengah memasak makanan kesukaannya.

"Kamu menangis?"

"Eoh?"

"Itu." Sunmi menunjuk pipi Irene dan mengusap lembut bekas air mata dengan jempolnya, diperlakukan seperti itu malah membuat Irene menjadi tersentuh.

"Sudah selesai, saya harap kamu suka." Sunmi meletakkan masakan buatannya dihadapan Irene, ia berdiri disamping anak itu sambil bersedekap dada dan memandang berbinar Irene yg mulai menyicipi masakannya.

"Bagaimana?" Tanyanya tak sabar menanti jawaban Irene, cukup lama Irene terdiam, dan akhirnya jawaban yg ditunggu serta senyuman yg sangat manis dan kedua jempol diberikan ke Sunmi.

"Ini sangat enak, kak!"

Deg!

Irene melotot kaget dengan ucapan yg terlontar darinya, ia langsung memukul bibir dan menatap takut Sunmi yg malah diam sekarang.

"G-guru."

"Kak.. aku menyukainya, panggil saya kakak sekarang ya?" Ucapnya dengan mata berkaca-kaca serta senyuman hangat.

___♪___

Sunmi dan Irene berada dalam satu ranjang sekarang, mereka hanya diam menatap langit kamar, suasana sangat canggung bagi Irene, tapi tidak dengan Sunmi yg kadang tersenyum sendiri mengingat Irene memanggilnya "kak"

"G- Irene menelan ludahnya disaat badan Sunmi bergerak menyamping dan menatap Irene.

"Ma-maksudku kakak, ya kakak.. heum itu.."  Irene sangat penasaran apa yg dilakukan Sunmi malam kemarin, ia memejamkan mata sejenak dan membukanya perlahan lalu menoleh kesamping.

Dirinya malah terdiam membeku disaat melihat wajah Sunmi yg berada dihadapannya sekarang.

Sangat cantik dan mengingatkannya dengan seseorang.

"Katakan saja. Kakak yakin ada yg ingin kamu tanyakan." Ucap Sunmi tersenyum sendiri disaat menyebutkan kata "kakak" maklum, karena selama ini dia tidak dianggap oleh adeknya sendiri.

"Heum malam itu.. kakak mau kemana?"

"Bukannya sudah kakak jelaskan tadi pagi?"

"Penginapan, tapi aku tidak tau kenapa kakak mencari penginapan, kakak tidak punya rumah, atau selama ini ting-

Ucapan Irene terhenti seketika disaat mendengar kekehan kecil dari Sunmi, ia seketika sadar karena banyak bertanya.

"Kamu lucu."

"K-kakak yg lucu." Sunmi menunduk sedikit untuk menahan tawanya, ia menengadah dan menarik nafas dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Irene.

"Kakak punya rumah, punya adek malahan." Irene diam dan fokus mendengarkan Sunmi, bahkan ia ikut menyampingkan tubuh dan menatap langsung kedua mata Sunmi.

"Tapi sayangnya kakak tidak akrab dengannya."

"Kenapa?"

"Kami bukan saudari kandung, ibuku dengan ibunya berbeda." Raut wajah Sunmi berubah menjadi sedih seketika, Irene merasa tidak enak sekarang, ia salah tingkah jadinya.

"Kak, ma-maaf."

"Tidak apa-apa, kakak bakal lanjutin." Dan Sunmi melanjutkan ceritanya, Irene kembali fokus mendengar cerita Sunmi, kadang ia bisa melihat wajah guru itu yg berubah-ubah, seperti senang, marah lalu sedih.

Cukup lama Sunmi bercerita dan akhirnya guru itu terlelap meninggalkan Irene yg masih terkejut dengan cerita Sunmi.

"Adekku satu kelas denganmu Irene, aku menyayanginya namun ia sangat membenciku."

"Anak haram, ya seperti itulah dia memanggilku."

"Irene!" Irene langsung berbalik kearah suara, ia langsung menangis dan menghambur kepelukan Sunmi, Sunmi memeluk erat anak itu dan mengelus lembut surainya.

Sakit rasanya melihat keadaan Irene yg sangat kacau sekarang, walaupun sudah dibersihkan, tetap saja bekas dan aroma dari lemparan para murid masih berbekas di badan Irene.

"Ka-kakak hiks, aku takut."

Deg!

Sunmi memeluk erat Irene, ia menyembunyikan wajahnya keleher anak itu dan tidak menyadari seseorang yg bersama Irene, tengah menatap intens mereka berdua.

Perlahan tangan kanan orang itu terangkat dan menyentuh dada kirinya.

"Rasa sakit apalagi ini."

Whistle (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang