Kejadian itu sudah berlalu, foto itu sudah terhapus bersih oleh seseorang, perlahan nama sekolah menjadi baik lagi, para murid juga mulai sibuk dengan aktfitas sekolah.
Ekskul, olimpiade dan lain-lainnya terus dilakukan oleh pihak sekolah, sebagian dari murid masih mengingat foto itu, mereka menganggapnya ini kejadian yg lumayan memalukan.
Semuanya berjalan baik-baik saja.. tentu tidak, tidak bagi Irene karena anak itu tetap dipandang rendah, setiap ia lewat bakal ada yg mengenai dirinya.
Seperti kotak susu, gumpalan kertas serta kata-kata yg sangat menyakitkan membekas di hatinya.
Ia juga berubah sekarang, jalan selalu menunduk dan kedua tangannya selalu bergetar menatap para murid. Setiap jalan juga kakinya sering dihadang dan berakhir jatuh, mereka tertawa sedangkan Irene menangis dalam diam, menunduk dalam dengan uraian rambut yg menutupi sebagian wajah.
Plok!
Telur busuk mendarat dikepalanya, sakit dan sangat busuk, Irene mengepal pelan kedua tangan yg bergetar dan ia mengigit bibir bawahnya kuat.
Kenapa cuman dirinya saja yg diperlakukan seperti ini, bukan salahnya. Dia korban disini, kenapa Seulgi terlihat baik-baik saja dan hanya menatap diam dirinya di ujung lorong.
Kali ini bukan telur, melainkan seember tepung yg sudah dicampuri oleh air comberan, mereka terus tertawa puas sembari memfoto dirinya.
Salah satu dari mereka berjongkok dan mendekatkan kamera kewajah Irene, ia ingin mendapatkan foto yg bagus.
Grep!
Namun seseorang datang dan mengambil cepat hp itu, orang itu bergerak berdiri dan merebut hpnya, tapi.. orang itu langsung membanting kelantai sehingga pecah menjadi beberapa bagian.
1 orang lagi datang yg langsung membuka jaket denimnya dan meletakkan lembut diatas kepala Irene, orang itu juga menatap tajam orang yg memotret Irene tadi.
"Tidak pergi?" Pertanyaan yg terlontar dengan suara yg berat, mereka hanya diam dan malah menantanga kedua orang itu. Salah satu dari mereka tertawa sarkas, dengan emosi yg memuncak ia langsung menendang salah satu dari mereka.
Kaget dan langsung mundur disaat orang itu melangkah mendekati dia yg sudah terduduk sambil memegang pinggul, ia berjongkok dan tersenyum manis.
"Enak? Mau yg lebih enak lagi gak?" Ia bertanya dan orang itu menggeleng cepat.
"Kalian juga mau?" Sontak mereka semua menggeleng cepat dan langsung membubarkan diri, menyisakan kedua orang itu yg menatap tajam mereka semua, serta Irene yg masih menunduk dan mulai menangis sekarang.
Seulgi yg tadinya hanya menonton, segera melangkah mendekati Irene, namun belum sampai disana ia sudah dihadang oleh Jisoo yg langsung saja menariknya pergi dari sana.
Salah satu dari 2 orang itu melihat Seulgi yg ditarik Jisoo.
___♪___
"Lepas." Singkat padat dan jelas, Jisoo menghentikan langkahnya seketika dan menatap penuh Seulgi yg berwajah datar. Dengan tidak rela Jisoo melepas tangan Seulgi, setelah terlepas Seulgi langsung mengelap cepat tangannya, seperti membersihkan bakteri ditangan. Jisoo yg melihat itu merasakan sakit di dadanya.
Mereka berdua berada di dekat tangga menuju Roftoop, saling berhadapan dan diam menatap Seulgi yg masih membersihkan tangannya, cukup lama dan akhirnya Seulgi memasukkan tangan yg bekas dipegang Jisoo kedalam saku celana.
"By."
"Hm?" Hanya dibalas deheman dan sama sekali tidak menatap dirinya.
"By, kamu kenapa sih?" Jisoo meraih tangannya lagi, tapi Seulgi menepisnya cepat dan mundur 1 langkah, ia menatap dingin Jisoo yg tersentak kecil akibat penolakan dirinya.
Jisoo menghela nafas sesak, ia menurunkan tangannya dan menahan diri untuk tidak menangis dengan sikap Seulgi yg kembali dingin.
"Aku tidak tau kamu kenapa, waktu itu kenapa menghindar?" Yg dimaksud adalah kejadian Seulgi yg keluar dari kepala sekolah, anak itu memberikan tatapan kosong kepada orang yg menunggu sedari tadi.
Ia mendengar suara langkah kaki yg berlari, menoleh ke asal suara dan langsung berbalik badan pergi dari sana.
Dan semenjak kejadian itu, Seulgi selalu menghindarinya, sampai sekarang.
"Seulgi, dijawab." Jisoo berucap lirih, matanya mulai berkaca-kaca dan dadanya terasa sesak sekarang, ia menunduk karena Seulgi tidak mau berbicara, bahkan anak itu mulai memalingkan wajahnya lagi, enggan untuk menatap wajah Jisoo.
Jisoo mengigit bibir bawahnya, ia perlahan mendekati Seulgi, kedua tangannya terangkat memegang lengan Seulgi, kali ini Seulgi tidak menepis dan menjaga jarak, ia hanya diam dengan nafas yg memburu perlahan. Matanya juga memerah menahan air mata, tangan yg berada didalam saku terkepal perlahan.
"Seulgi hiks." Isakan kecil lolos dari bibir Jisoo, anak itu menempelkan dahi ke lengan dan mencengkram kuat lengan baju Seulgi, ia berharap Seulgi mau melihat, memeluk dan menenangi dirinya yg mulai menangis.
"Ayok putus." Ucapan itu terlontar dari bibir Seulgi, membuat tangisan Jisoo terhenti seketika dan matanya melotot kaget, dengan cepat ia mendongak dan sudah mendapatkan tatapan sedih dari Seulgi.
"S-seulgi."
"Ayok putus Kim Jisoo." Ucapnya lagi dengan senyuman hangat serta air mata jatuh ke pipi, Seulgi perlahan melepas lembut cengkraman Jisoo dilengan bajunya.
Terlepas, tapi Jisoo kembali memegangnya, bahkan lebih kuat sehingga badan Seulgi condong kedepan sedikit.
"K-kamu bercandakan, iyakan?" Ia bertanya dengan senyuman, berharap Seulgi bercanda dengan ucapannya, namun gelengan dan tangan yg dilepas kembali cukup sebagai jawaban kalau Seulgi tidak bercanda dengan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whistle (✅)
RandomTerinpirasi dari salah satu lagu kpop. Yg suka monggo dibaca Yg gak suka ya monggo di baca jugaa😂😂