THJ: 25 (Retaliation)

7.4K 438 1
                                    

Playlist: Thinking Out Loud By Ed Sheeran
-
-
-

Gia menolehkan kepalanya kearah Alfonzo yang tengah serius menyetir tepat di sampingnya saat ini, wanita itu meremas tangannya yang terasa dingin ia menggigit bibirnya risau. Namun tiba-tiba bisa Gia rasakan genggaman erat dari Alfonzo. "Kenapa Gia?" tanya Alfonzo dengan satu alisnya yang terangkat. Gia menggelengkan kepalanya dan ia hanya mampu menghembuskan napasnya pelan. "Aku hanya sedikit takut" jawabnya.

Alfonzo mengusap rambut wanita itu kemudian menggenggam tangannya lagi. "Apa yang kau takutkan, Gia? Aku akan berada di sampingmu" ucap Alfonzo dengan nada rendahnya.

Gia mengangguk setuju ia menatap kembali ke depan lalu berucap. "Belok kiri" ucapnya langsung di wujudkan oleh Alfonzo. Mobil hitam Alfonzo menepi tepat di depan club yang Gia beri tahu lalu mereka pun keluar bergantian.

Alfonzo menatap Gia dan meraih lengan wanita itu. "Kenapa kita ke club?" tanya Alfonzo pelan. Gia tersenyum mendengar pertanyaan dari Alfonzo ia hanya menarik tangan Alfonzo memasuki club tersebut.

Suasana club cukup sepi karena memang ini masih siang, kedua orang itu berjalan menuju tangga dan berhenti tepat di depan pintu berwarna silver milik si empu club. "Dengar ini, Al. Apapun yang terjadi di dalam, kau harus mengiyakan segala ucapanku, kau mengerti?" Gia memerintah pria itu dan dengan cepat diangguki oleh Alfonzo meskipun ia tak mengerti dengan pasti apa maksud ucapan Gia.

Alfonzo mengedarkan tatapannya ke seluruh ruangan dengan warna biru yang temaram, sedangkan Gia menatap seorang pria yang tengah duduk tepat membelakangi pintu masuk.  "Tak adakah penyambutan untukku, Max?" tanya Gia dengan suara lembut namun rendahnya.

Seketika pria yang tadi membelakangi pintu memutar kursinya dan menatap Gia dengan matanya yang melebar apalagi wanita itu tampak sangat dekat dengan pria lain yang tinggi dan tegap di sampingnya. "Gia?" panggil Maxime dengan suaranya yang bergetar.

Gia melepaskan lingkaran tangan Alfonzo dengan anggun lalu menjalankan kakinya menuju meja milik Maxime dan duduk disana, ia mengangkat satu kakinya dan mengeluarkan permen karet kemudian memakannya. "Well, Max. Aku bingung bagaimana caranya kau dapatkan kembali club mu ini setelah aku mengacaukannya kemarin?" tanya Gia dengan menatap Maxime penuh intimidasi.

"Em, Gia. Aku_" Gia tertawa pelan, ia menertawai Maxime yang tampak seperti orang bodoh saat ini, hanya diam di tempatnya berdiri dengan wajah yang pucat pasih.

"Honey" panggil Gia diangguki oleh Alfonzo. "Ya, ada yang kau inginkan my girl?" balas Alfonzo seakan-akan ia mengetahui rencana Gia padahal zonk!

"Kenalkan ini Maxime, dia adalah alasan aku bertemu denganmu" ucap Gia sangat santai ia bahkan mengeluarkan smirk menakutkan di bibirnya. "Gia, aku meminta maaf atas segala dosa dan kelakuan bodohku, aku akui aku sangat bodoh dengan mengorbankanmu untuk club milikku" jawab Maxime yang ketakutan di tatap sangat tajam bak singa yang siap memburu mangsanya oleh Alfonzo.

"Baiklah, katakan bagaimana kau dapatkan kembali club milikmu Max?" tanya Gia sangat anggun. Maxime menelan salivanya susah payah, ia menghembuskan napasnya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaam dari Gia. "Aku meminjam dari Leonardo" balas Maxime sangat pelan.

Gia tertawa pelan, ia menegakkan tubuhnya lalu berjalan mendekati tempat Maxime berada. "Lagi dan lagi kau memanfaatkan temanmu Max, saat itu aku sekarang Leo? Ku rasa kau memang tak bisa hidup tanpa kami" sindir Gia pedas.

Alfonzo? Pria itu bingung ingin lakukan apa, saat ini ia hanya ingin mendengar obrolan Gia dengan pria yang bernama Maxime itu dan menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi dengan kedua orang yang terlihat saling mendinginkan itu.

"Al, mungkin kau tak tau mengapa aku bisa berada di rumah bordir saat itu, maka dengarkan aku. Si biadab ini bernama Maxime, ya dia sahabatku tapi itu dulu. Sebelum ia merenggut kehormatanku lalu menjualku ke mucikari" jelas Gia yang langsung berdampak pada urat di leher Alfonzo yang mengetat. Entah mengapa, pria itu tak suka mendengar fakta bahwa Gia selama ini sudah di peralat oleh Maxime.

The Heaven Jail (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang