THJ: 46 (Destroy Of Heart)

6.5K 424 9
                                    

Playlist: Arcade By Duncan Laurance & Fletcher
-
-
-

Note: Hai masih adakah yang baca? Kalo iya boleh dong di klik bintangnya...


Maxime terpaku di tempatnya berdiri sesaat setelah mendengar teriakan menggema dari Gia, ia menatap wajah cantik Gia dengan pandangan penuh kepercayaan. Batinnya kalut, dimana Gia yang lembut dulu?

"Haruskah aku katakan padamu Max, aku tak akan membiarkan kau mengambil anakku!" sentak Gia dengan lelehan air mata yang menderas.

"Baiklah jika memang kau tak ingin aku mengambil anakku, maka kau pun harus ikut bersamaku, Gia" ucap Maxime tanpa tau malu.

Gia menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Maxime. Ia menatap Maxime dan menghembuskan napasnya. "Haruskah aku mengikuti ucapan bodohmu itu Max? Atau haruskah aku tertipu lagi dengan kata-kata sialanmu itu? Sudah cukup kau membuatku terluka dan aku tak akan biarkan siapapun melukaiku lagi, jangan lagi katakan apapun Max, sudah cukup" ucap Gia dengan penuh kesedihan di matanya.

Rasanya rasa sakit datang bertubi-tubi seakan menghantamnya tanpa jeda dan Gia lelah menghadapi semua ini, dimana letak kebahagiaan yang Tuhan ciptakan untuknya? Sebegitu buruknya Gia sampai Tuhan pun seakan tak memberikan ia kebahagian sebentar padanya?

"Dengar Gia, kita bisa menjaga Theodore bersama. Aku tau kesalahanku dan aku mengerti dengan jelas kau membenciku, tapi percayalah kita akan hidup bahagia bersama. Tidak kah kau merasa tertarik dengan ajakan ku?" ucap Maxime masih merayu Gia.

Wanita itu seakan tersadar dengan kenyataan yang baru saja ia lihat di kamar utama mansion, kamar dengan puluhan gambar Agatha yang berbaris rapih dan Gia merasa sesak mengingat itu semua. Bukan karena ia marah ataupun cemburu pada wanita yang telah tiada tapi Gia hanya merasa kecewa dan merasa dibohongi mentah-mentah oleh pria yang berstatus kan sebagai suaminya tersebut. Gia menatap Maxime kemudian menggeleng pelan. "Kau dan Alfonzo tak ada bedanya Max" lirih Gia dengan memundurkam langkah kakinya.

Melihat Gia yang akan berjalan menuju tangga membuat Maxime hendak mengejarnya tapi langkah kaki Maxime terhenti saat mendengar suara bariton dari ambang pintu. "Stop it son of bitch!"

Maxime menolehlam kepalanya dan melihat Alfonzo dengan balutan jas rapih dan wajah garangnya berdiri tak lupa kedua tangan pria itu yang mengepal menandakan kemarahan yang akan keluar kapan saja dari dalam dirinya. Maxime membalikkan tubuhnya dan menatap Alfonzo dengan matanya yang tajam, ia menatap pria itu lalu melangkah mendekati Alfonzo dan begitupun pria itu, ia melangkahkan kaki lalu berhenti di tengah ruangan menatap Maxime dengan tatapan penuh intimidasi.

"Welcome Maxime, untuk apa kau ke mansionku? Untuk membujuk istriku agar bisa pergi bersama?" tanya Alfonzo dengan seringainya.

Maxime mengangguk cepat. "Ya dan aku akan keluarkan Gia dengan putraku dari mansionmu ini!" ucap Maxime dibalas kekehan geli dari Alfonzo.

"Putra mana yang kau maksud Max?"

Maxime terdiam ia menatap Alfonzo penuh curiga. "Apa maksudmu?" tanya Maxime yang tak tahan dengan tatapan Alfonzo.

Alfonzo semakin melangkah mendekati Maxime kemudian melipat lengannya di depan dada. "Putra mana yang kau sebut 'anakku' itu Max? Apa kau mengetahui namanya? Ku rasa kau sendiri tak mengenalnya?" ucap Alfonzo penuh akan sindiran untuk Maxime.

Maxime berdiri dengan wajah pias, benar apa yang dikatakan oleh Alfonzo, ia tak mengenal anak itu. Tapi entah mengapa Maxime merasa yakin bahwa putra Gia juga adalah putranya ia yakin!

Alfonzo menggelengkan kepalanya merasa kasihan pada pria dihadapannya, halu tingkat dewa!

"T-tapi aku yakin ia adalah putraku! Persetan dengan ucapanmu itu Al! Yang jelas kau sudah mendapatkan Gia maka putranya adalah milikku!" ucap Maxime dengan sentakan tajamnya.

The Heaven Jail (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang